Laman

Kamis, 18 September 2014

Liburan singkat : Jogja-Magelang-Salatiga

Kembali ke Jakarta yang panas, padat dan ramai setelah liburan selama 6 hari di Jogja.

Aku sempat dilema sebelum berangkat ikut liburan ke Jogja, karena di detik-detik terakhir keberangkatan, aku mendapat kesempatan mengerjakan sebuah proyek penulisan novel yang deadline-nya akhir bulan September. Antara ingin ikut liburan bersama keluarga yang pasti akan seru banget, sekaligus aku harus bekerja cepat agar bisa menyelesaikan tugas menulis sesuai jadwal.

Liburan ke kampung halaman ibuku di Desa Janten, Kulon Progo, Jogjakarta kemarin memang sudah direncanakan sejak sebulan lalu. Tiga bulan sudah sejak bapak terserang stroke ringan tepat sebelum berencana mudik. Alhamdulillah, keadaan bapak sekarang semakin membaik. Memorinya telah kembali 100%. Adikku yang kemudian ingin menghadiahkan bapak kesempatan pulang kampung yang tertunda sekitar tiga bulan.

Adikku menyediakan waktunya mengantar bapak dan ibu ke desa kelahiran keduanya, menyetir sendiri mobilnya. Aku pun akhirnya memutuskan ikut, berharap bisa mencuri-curi waktu mengetik tugas menulisku di sela-sela liburan ini.

Kami berangkat dari Jakarta tanggal 11 September pagi, sesudah subuh, tepat pukul 5 pagi. Jalanan Jakarta masih lancar. Pukul sepuluh kami sudah melewati Nagrek dan memutuskan beristirahat di Restoran Gentong sampai waktu zuhur dan makan siang.


Langit-langit dihiasi payung lukis


Suasananya cukup nyaman. Ada musola, dan toiletnya wangii ^_^

Wilujeng Sumping ... ^_^

Setelah sampai wilayah Wangon, barulah jalanan semakin padat. Banyak sekali truk-truk besar yang lewat sini selama Jembatan Comel diperbaiki sampai Januari 2015 nanti.

Kami istirahat lagi makan malam di sebuah warung yang menyajikan menu serba bebek. Sekalian kami solat magrib, karena kami sampai di situ tepat saat azan magrib berkumandang.

Kemudian perjalanan kami lanjutkan hingga akhirnya sampai di Desa Janten pukul 10 malam. Wuaaah, sekarang ini perjalanan Jakarta-Desa Janten semakin lama saja.

Lelahnya bukan main. Terutama adikku karena ia menyetir mobil sejak pukul lima pagi hingga pukul sepuluh malam. Kami segera mandi. Ngobrol sebentar dengan bulik dan sepupuku yang setia menunggu kedatangan kami. Pukul 12 malam, kami semua tidur lelap sekali sampai azan subuh berkumandang.

Ah, segarnya udara desa. Pagi masih berembun, aku bisa menghirup udara dalam-dalam sepuas-puasnya.

Sekolah SD negeri tepat berada di depan rumah peninggalan Mbahku

sawahnya habis dipanen

Rumah peninggalan Mbahku yang sejuk

Awalnya, aku berharap masih bisa mengetik di sini, karena itu aku sengaja membawa laptop. Tapi ternyata aku nggak bisa. Di sini memang suasananya lebih enak untuk bersantai, apalagi bertemu bulik, sepupu dan keponakanku yang cuma kutemui setahun sekali.

Akhirnya kuputuskan menikmati saja liburan ini, mamanfaatkan kesempatan menyegarkan pikiran. Bercengkrama dengan saudara-saudaraku di Desa Janten, dengan bulik, adik sepupuku dan keponakanku yang baru berusia 6 tahun. Menyenangkan. Ini adalah liburan singkat yang menyenangkan. ^_^

Selama seharian di hari Jumat 12 September, aku, ibu, bapak dan adikku hanya berdiam di rumah istirahat total sambil asyik ngobrol bersama bulikku. Bapak nggak boleh terlalu capek. Walau sekarang sudah jauh lebih sehat, tapi tetap harus cukup istirahat.

Di bagian depan rumah peninggalan Mbahku ini, dijadikan TK sementara, karena TK yang ada di seberang rumah sedang masa pembangunan ulang.

Yang paling senang tentu saja Marianqa keponakanku, karena sekolah TKnya menjadi dekat sekali, hanya di ruang depan rumah Mbahnya ^_^. Tapi karena saking dekatnya, Marianqa menjadi murid yang paling sering datang terlambat. Hehehe,

TK di ruang depan rumah peninggalan Mbahku

Wuiih, ada taman bermain di halaman rumah peninggalan Mbahku

Desa Janten memang luar biasa. Perangkat desanya sangat aktif mengupayakan dana untuk kemajuan desa. Karena itu TK Janten dibangun ulang menjadi jauh lebih baik tanpa menunggu rusak atau rubuh.

TK Janten, 5 bulan lalu dihancurkan


TK Janten yang baru selesai dibangun

Hari Sabtu, barulah kami mulai jalan-jalan lagi. Pertama adalah berziarah ke makam Mbahku dari pihak ibu di Desa Janten, kemudian dilanjutkan ziarah ke makam Mbahku dari pihak bapak di Desa Kulur, masih satu kecamatan, nggak terlalu jauh. Desa Kulur lebih dingin dari Desa Janten karena lebih dekat dengan pegunungan Menoreh, letaknya lebih tinggi.

Pemandangan dari rumah peninggalan Mbahku di Desa Kulur.


Sore pukul 4, kami berpamitan pada saudara-saudara bapakku di Desa Kulur lalu melanjutkan jalan-jalan kami ke Pantai Glagah yang ramai sekali. Banyak remaja yang datang untuk foto-foto. Beberapa di antaranya membawa tongsis kemudian selfie bareng-bareng. Tren masa kini mendorong banyak orang menjadi hobi narsis ya. Selfie seolah menjadi suatu keharusan tiap kali mengunjungi suatu tempat.

Pemandangan kumpulan remaja selfie dengan tongsis terlihat di beberapa bagian Pantai Glagah yang sekarang telah dibangun dermarga panjang. Latar belakang deburan ombak yang menjilat beton pemecah ombak memang menjadi obyek yang cukup eksotis. Mungkin kalau aku ke sini bersama teman-temanku bakalan selfie rame-rame juga, hehehe.

Kumpulan pemecah ombak di sekeliling dermaga Pantai Glagah

Debur ombak sedang sangat tinggi sekarang ini di pantai selatan. Cakrawala berkabut. Di daerah ini, walau siang hari panas terik, tapi angin berhembus kencang, saat malam udara menjadi dingin sekali. Pertama kali datang aku mandi pukul 11 malam air di bak mandi sedingin air dalam kulkas, membuatku menggigil.

Aku dan adikku berharap, dengan mengajak bapakku ke pantai, beliau akan merasa segar dan menjadi semakin kuat. Setidaknya menjadi penyegaran karena selama tiga bulan ini nggak boleh ke mana-mana hanya di rumah saja.

Pantai Glagah, Kulon Progo, bagian dari pantai selatan yang ombaknya luar biasa

Hari Minggu, kami semua bangun pagi-pagi sekali karena ingin menuju Salatiga, tempat tinggal sepupuku Erma. Pukul setengah 7 pagi kami berangkat. Mobil adikku full. Tapi seru banget dan rasanya menyenangkan berkumpul bersama keluarga.

Sampai Ambarawa, kami bermaksud mampir ke museum kereta api. Adikku ingin sekali menunjukkan pada bapak yang hobi berat kereta api bagaimana rasanya naik kereta uap peninggalan masa lalu yang bahan bakarnya masih batubaara. Sayangnya sesampainya di sana, ternyata museum ditutup karena sedang direnovasi, tak ada penjelasan kapan akan dibuka kembali. Ah, padahal entah kapan kami punya kesempatan ke Ambarawa bersama-sama lagi.

Akhirnya kami sampai di rumah Erma tepat pukul 12 siang. Rumah Erma terletak tinggi di kaki Gunung Merbabu. Jalan menuju ke sana berliku-liku dan terus naik. Oya, kami juga melewati Rawa Pening.

Erma memelihara banyak sekali ikan. Ada ikan mas, mujair, nila untuk dimakan sehari-hari, ada juga ikan-ikan hias. Marianqa senang banget melihat-lihat ikan itu bergerak-gerak ke sana ke mari mengikuti langkahnya berharap diberi makanan.

Pukul 3 sore, kami kembali ke Desa Janten. Erma ikut karena masih ingin bersama-sama kami. Wow, mobil makin penuh tapi kami senang banget dan sangat menikmati perjalanan rame-rame ini.

Jalur pulang sengaja dipilih yang beda. Melewati Kopeng yang mirip-mirip jalan menuju puncak, berkelok-kelok, menanjak dan menurun.

Sampai Kulon Progo, Jogjakarta, sudah pukul setengah 7. Kami mampir makan malam dan masih sempat solat magrib.

Serunya kumpul keluarga. Makan bersama dan saling bercerita

Hari Senin, aku di rumah saja menemani bapak dan bermain bersama keponakanku Marianqa yang masih TK. Sementara adikku dan Erma menemani ibuku ke Kota Wates membeli oleh-oleh.

Hari Selasa, kami bersiap kembali ke Jakarta. Singkat sekali ya liburan kami. Tapi aku lega melihat raut senang di wajah bapakku, karena akhirnya beliau bisa pulang sebentar ke desanya.

Pukul 6 pagi kami sudah berangkat ke Jakarta. Dan ... mengucapkan salam perpisahan selalu menjadi bagian yang paling menyedihkan.

Kami sarapan di daerah Wangon. Kali ini kami mencoba menu khas daerah ini, Mie Nyemek. Hm, enak jugaaa. aku sukaaa ^_^



Mie nyemek

Nasi goreng spesial plus cabai rawit yang super pedas
Perjalanan pulang terasa lebih lancar. Pukul 2 siang kami sudah sampai di Tasikmalaya dan langsung berhenti di resto Asep Stroberi untuk makan siang.

Pertama-tama langsung solat dulu deh. Musolanya lumayan besar. Tempatnya pun nyaman.



Resto Asep Stroberi
Sayangnya harganya lumayan mahal, sementara rasanya tergolong biasa saja sih bagi kami. Kami sepakat, lebih suka masakan di Resto Gentong.

Ternyata sampai jalan lingkar Nagrek, macetnya luar biasa. kami terperangkap macet selama 2 jam karena adanya pengaspalan jalan.

Wuaaah, kami sampai rumah pukul 11 malam lewat! Wuiiih, capainya. Terutama adikku, karena dia menyetir tanpa digantikan. Huft, ternyata memang mengendarai mobil pribadi dari Jakarta-Jogja Jogja-Jakarta sekarang ini membutuhkan waktu lebih lama dari beberapa tahun lalu. 17 jam!

Esok paginya, barulah kami membongkar oleh-oleh, Banyaknya bukan main.Segala macam dibawakan bulik dan sepupuku, termasuk beras hasil panen sawah peninggalan Mbahku, singkong yang baru dicabut, pisang dari kebun sendiri, gula merah, dll.

Belum lagi oleh-oleh khas Jogja yang dibeli ibuku untuk para tetangga dan saudara dekat di Jakarta, dan oleh-oleh khas Salatiga yang kubeli untuk teman-temanku serta beberapa oleh-oleh yang masih dibeli adikku saat kami mampir Ciamis.


Ah, berlibur bersama keluarga memang asyik banget.


Sebagian oleh-oleh dari berbagai daerah. Ada khas Salatiga, Jogja dan Ciamis

Rabu, 10 September 2014

Menghadiri undangan premiere film Aku, Kau dan KUA

Undangan itu datang sejak seminggu lalu. Undangan menghadiri pemutaran perdana film Aku, Kau dan KUA.

Aku sempat heran, siapakah yang mengundangku? Tapi kemudian kupikir karena novel ini diadaptasi dari buku terbitan Elex Media, mungkin Elex Media yang telah mengundangku. Tapi anehnya, nggak ada teman penulis lain di Elex Media yang diundang juga, kecuali Mbak Indah Hanaco.




Sejujurnya, ini pengalaman pertamaku menghadiri acara pemutaran film premiere. Aku cukup antusias datang karena ingin tahu, seperti apa sih premiere film itu.

Padahal aku sudah menuliskan adegan tentang gala premiere film tokoh utama yang aktris di novelku #MonteCarlo, hehehe.

Saat aku tiba pukul 5 sore, ternyata ada konferensi pers. Aktor dan aktris yang bermain di film ini hadir di hadapan para pewarta berita dan fans yang banyaaaak banget. Aku cuma kebagian ngintip dari jauh. Penulis novelnya juga ikut bicara.

Wah, jadi membayangkan, saat premiere film "Tahajud Cinta di Kota New York" yang diadaptasi dari novelku nanti, aku pun akan mengalami itu. Bisa kenal dekat dengan pemeran-pemeran filmnya.



Aktor yang paling menarik perhatianku tentu saja Adipati Dolken. Memang cakep sih, hehehe. Masuk deh dalam daftar aktor yang direkomendasikan.



Cuma berhasil motret Adipati Dolken dari jauh. Tapi lumayan deh :)


Filmnya sendiri, menurutku lumayan menarik. Menghibur sekaligus menyelipkan hikmah secara halus. Banyak bagian yang membuat tertawa, ada juga yang bikin terharu, terutama buat jomblo seperti aku. Hikss. Hanya bisa berharap suatu saat aku juga akan ke KUA, aamiin.

Dan setelah film usai, kami para undangan disambut dengan goodybag yang diberikan kepada kami, berisi kaos seperti yang dipakai Adipati Dolken itu. Waaah, rezeki banget deh.

Ternyata benar-benar asyik ya diundang menghadiri premiere film. Semoga kapan-kapan ada yang mengundangku lagi. Aamiin.

Dan semoga film "Tahajud Cinta di Kota New York" segera tayang supaya aku juga bisa gantian mengundang. Aamiin ^_^

Disediakan ini kalau mau foto.
Berhubung aku datang sendiri, ga ada yang bisa motoin aku :(

Goodie bag

Dapat suvenir kaos seperti yang dipakai Adipati Dolken lho ^_^
Ohya, yang belum baca novel karyaku "Tahajud Cinta Di Kota New York", baca yuuuk. Sebelum nanti nonton filmnya.

Buat yang sudah baca, bisa baca lanjutan kisah cinta Dara Paramitha dan Brad Smith di novel terbaruku "Hatiku Memilihmu"




Senin, 01 September 2014

Promo on air Monte Carlo di Bandung

Welcome September!

Wow, nggak terasa, tahun 2014 sudah memasuki bulan berakhiran -ber. Setelah bulan lalu dipenuhi banyak tugas dan alhamdulillah selesai semua sesuai target, bulan ini pun dipenuhi jadwal tugas baru. Semakin menikmati pekerjaan ini. Mari optimis, hari ini lebih baik dari kemarin.
*Quote di kalender untuk bulan ini pas banget, NEVER GIVE UP!



Sejak akhir Juli, bagian promosi Gagas Media menawarkan aku untuk promo on air #MonteCarlo di radio Bandung. Tanpa berpikir lama aku langsung setuju. Ke Bandung gitu loooh ... Waaah, sudah terbayang deh bakalan promo sekaligus jalan-jalan asyik di sana.

Kebetulan waktu yang dijadwalkan untukku adalah Sabtu-Minggu tanggal 30 dan 31 Agustus 2014. tepat sekali ketika semua tugas-tugasku selesai, semua revisian sudah kukirim ke editor-editorku. Jadi, promo keluar kota kali ini, bagiku sekaligus sebagai refreshing setelah selama sebulan penuh berkutat dengan naskah yang nggak cuma satu.

Aku berangkat bersama editor kece dan imut Kak Mita. Kak Mita yang nyetir sendiri mobilnya lho, hebat banget yaaa. Jakarta-Bandung kan lumayan jauh yaaa. Saat memasuki Bandung sudah dihadang macet. banyak sekali mobil plat B yang ingin masuk ke Bandung. Yup, sudah tradisi, tiap Sabtu-Minggu, Bandung diserbu wisatawan dari Jakarta.

Namun asyiknya, begitu memasuki Bandung, udara langsung terasa berubah sejuk. Suhu yang terpampang di gerbang masuk menuju Bandung, suhu 26'C. Wow, setelah sebelumnya di Jakarta suhu udara mencapai 33'C.

Begitu sampai Bandung, Kak Mita langsung membawaku makan siang di resto Giggle Box. Makan siang yang terlambat, karena kami sampai sudah hampir pukul tiga sore. Begitu memasuki resto ini, langsung saja disambut aura klasik yang terlihat jelas dari penataan interiornya. Foto-foto yang terpajang di dindingnya adalah artis-artis Hollywood tempo dulu, tahun 50-an. Musik jazzy, bosas yang juga klasik mengalun memenuhi sudut-sudut ruangan.

Kolase yang menarik di Giggle Box

Suasananya cozy ... *ssstt, ada Kak Mita ^_^

Dindingnya dipenuhi foto-foto artis Hollywood tempo dulu

Oldies banget yaaa, tapi nyamaaan banget

Dan ... selain tempatnya yang nyamaan banget, makanannya juga enaaaak dan tergolong murah dibanding makanan di resto di mal Jakarta dengan harga lebih mahal tapi rasanya kurang enak.

Ah, Kak Mita memang jagoan banget soal kuliner Bandung. Kenapa? Karena Kak Mita memang mojang Bandung. Rumahnya di Bandung ini. Karena itu paham banget soal Bandung.

Setelah makan, kami segera meluncur ke Rase FM yang ternyata nggak jauh lokasinya dari Giggle Box.
Acara agak terlambat karena penyiarnya belum datang terhadang macet. Waaah, jam segitu saat weekend, Bandung lagi macet-macetnya deh.

Akhirnya ... tibalah saatnya cuap-cuap di radio Rase FM. Kuceritakan proses kreatif Monte Carlo dan sedikit sinopsis ceritanya buat memancing minat pendengar.

Terakhir, para pendengar diperkenankan mengirim pertanyaan buatku. Bagi pertanyaan yang kuanggap paling menarik, akan mendapat tiga novel Monte Carlo untuk tiga pemenang. Waah, ternyata banyaak yang bertanya. Seru banget deh.

Book signing novel Monte Carlo buat yang pertanyaannya paling oke 


Suasana saat cuap-cuap di Rase FM

Foto bareng penyiar sesudah acara

Setelah selesai acara di Rase FM, Kak Mita ngajak aku jalan-jalan ke BIP, Bandung Indah Plaza. Wah, plaza ini rame banget ya. Malam minggu gitu lho, penuuuh. Di sini banyak toko-toko yang menjual produk buatan Bandung asli. Ada sepatu-sepatu yang keren-keren nggak ada di Jakarta. Tapi aku nggak biasa belanja-belanja. Biasanya aku belanja sendirian karena milihnya lama, supaya bebas mau milih sampai kapan pun. Karena nggak mau merepotkan Kak Mita, aku cuma lihat-lihat saja deh.

Kami mampir ke Gunung Agung BIP, dan menemukan ada rak khusus yang memajang novel-novel seri #SetiapTempatPunyaCerita terbitan Gagas Media. Kereeeen!!

Keren ya, ada rak khusus novel #STPC di Gunung AGung BIP


Setelah makan malam di BIP, aku pun setuju untuk pulang saja ke rumah Kak Mita. Ya, malam itu aku menginap di rumah Kak Mita, yang letaknya nggak jauh dari pusat keramaian Kota Bandung. Posisinya agak ke atas, jadi, udaranya lebih dingin lagi. Aaah, enak banget deh.

Kak Mita yang baik menyediakan ruang tidur tamu buat aku tidur malam itu. Dan saking capainya, setelah mandi pukul 10 malam, aku langsung tidur. Untunglah tersedia air panas di kamar mandi Kak Mita, aku yang sempat menggigil saat mandi, akhirnya merasa hangat setelah tahu airnya bisa diubah menjadi hangat, hehehe. Rumah Kak Mita nyamaaan banget. Kayak hotel. Aku langsung tidur nyenyak sampai azan subuh baru bangun.

Sedangkan Kak Mita, katanya tidur lewat dini hari. Kuat banget ya? Padahal sudah nyetir Jakarta-Bandung, kok nggak capek ya? Salut deh sama stamina Kak Mita.

Pukul tujuh pagi kami sarapan nasi goreng dan telur ceplok buatan mami Kak Mita. Baiiik banget deh mami Kak Mita. Aku dibuatkan sarapan dan teh manis hangat.

Setelah itu, barulah kami berangkat ke radio selanjutnya, 99ers Radio Bandung di Jalan Dago. Karena itu hari Minggu, Jalan Dago ditutup untuk kendaraan bermotor, istilahnya seperti di Jakarta, car free day. Jadi, kami parkir agak jauh, lalu jalan kaki menuju 99ers Radio.

Untungnya waktunya agak fleksible. Rencana jam 8 sudah on air, acara yang bertajuk weekend seru dimulai pukul 8.30. Bincang-bincang novel Monte Carlo digabungkan dengan pembahasan mengenai PHP. Ada 3 novel Monte Carlo gratis untuk 3 pendengar yang sms atau ngetwit tentang pendapatnya mengenai PHP.

Suasana interior 99ers Radio Bandung. Keren yaaaa ^_^

Foto bersama penyiar 99ers Radio Bandung 

Foto rame-rame semuanya, Kak Mita ikut juga ^_^

Sesudah acara radio selesai, saatnya aku dan Kak Mita menikmati sebentar suasana car free day. Menyusuri jalan Dago saat car free day, makan cilor dan kripik otak-otak pedas.

Tau cilor nggak? Enak lho, apalagi masih hangat. Cilor itu cilok yang dicelupkan ke dalam adonan telur lalu digoreng, kemudian makannya dicelupkan ke bumbunya. Enaaaaak. Di Jakarta belum ada yang begini. Lagian pernah nyoba makan cilok di Jakarta alot banget >.<.
Tapi cilok di Bandung, enaaaak deh. Nggak alot.


Suasana car free day di Bandung

Rame yaaa... itu ada Kak Mita terlihat dari belakang, hayo yang mana? ^_^


Setelah itu, kami iseng keluar masuk FO sekadar cuci mata. Melihat-lihat baju. Eh, Kak Mita akhirnya beli sesuatu. Kalau aku, seperti biasa, lebih nyaman belanja baju dan sepatu sendiri saja supaya bebas memilih dan mencobanya.

Ini benar-benar acara promo yang seru banget, bertugas sambil jalan-jalan. Happy weekend banget deh. Akhir Agustus yang manis dan akan jadi kenangan indah. Ihiy ^_^

Terima kasih yang tak terhingga buat Gagas Media, tim promosi Mas Dimas yang sudah menjadwalkan aku promo di Bandung ini.

Dan tentunya terima kasiiiiiiiih banget buat Kak Mita yang sudah bersedia nganterin aku, jadi pemandu wisata dan dijamu di rumahnya yang super nyaman, ketemu keluarganya, ketemu mami Kak Mita yang super baik.

Semoga kelak ada lagi karyaku yang terbit di Gagas Media dan aku punya kesempatan promo on air lagi di Bandung. Hm, jadi nggak sabar ....

Monte Carlo sempat mejeng di jendela kamar tidur tamu di rumah Kak Mita ^_^


Selasa, 26 Agustus 2014

Silaturahim Penulis buku Islami Gramedia

Senin yang ramai ... tapi aku semangat bangun pagi dan berangkat ke kantor Gramedia di Palmerah.
Karena hari ini adalah hari yang seru. Kumpul-kumpul penulis-penulis buku-buku Islam Gramedia.

Aku selalu antusias datang tiap kali ada undangan dari Gramedia. Karena berdasarkan pengalamanku, acara yang diadakan Gramedia selalu oke. Selain dapat ilmu, makanannya juga toooop. Hehehehe.

Dan ... surprise lainnya adalah, ternyata di acara talkshow ada Bang Tere Liye. Waaaah, salah satu penulis yang aku sukai tulisannya akhirnya bisa kulihat langsung.

Walau pun aku rada segan mau minta foto bareng, hehehe. Jadi, kalau di sini nggak ada bukti foto bareng dengan beliau, bukan berarti hoax, lho ;)

Akhirnya bisa lihat langsung Bang Tere Liye setelah selama ini cuma baca novelnya ^_^
Photo by Mbak Linda Razad
Selain Bang Tere, hadir juga menceritakan pengalaman promosi di medsos pemilik akun tweet nikah. Waaah, aku banyak mendapat pencerahan cara promo di medsos, walau sampai sekarang aku sudah mencoba dan entahlah, aku nggak jago promosi ... Mungkin harus berlatih lebih giat lagi kali yaaa ^_^

Padahal sih aku sudah memanfaatkan twitter, fb, blog dan instagram. Mungkin masih kurang gencar kali ya usahaku? Hehehe. Ah, salut deh sama Bung Marah Adil yang bisa sukses banget berpromosi di media sosial.

Kalau Bang Tere lain lagi. Beliau cuma punya fanpage FB. Nggak ada twitter, instagram, bahkan blog. Bang Tere percaya, cukup dengan menulis dan menerbitkan buku bagus, kalau pembaca puas membaca bukunya, itu akan jadi media potensial yang akan menyebarkan keunggulan bukunya kepada pembaca lainnya. Terbukti dengan buku-buku beliau yang selalu menjadi best seller.

Waaah, Bang Tere sih tulisannya memang selalu bagus. Semoga kelak aku bisa sesukses Bang Tere. Aamiin


Aku ada di foto ini sedang mendengarkan dengan seksama
sharing Bang Tere promo buku di medsos.
Hayo, aku yang mana? ^_^
Photo by Mbak Linda Razad


Ohya, kenapa aku bisa diundang ke acara Gramedia yang keren ini? Karena novel tema Islami karyaku yang berjudul "Hatiku Memilihmu" diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Alhamdulillah ^_^

Dan akan terbit novelku yang lainnya di GPU. Tungguin yaaa ^_^



Minggu, 24 Agustus 2014

My Best Friend Wedding

Halooo, selamat hari ini.

Hari ini aku harus menyelesaikan revisi novel karyaku terbaru. Besok sudah harus dikirim. Ah, semoga aku bisa menyelesaikannya tepat waktu walau lumayan banyak catatan yang diberikan editor.

Ini karena kemarin aku harus menemani sahabatku Selvy Erline menjalani detik-detik ia mengakhiri masa lajangnya. Dia memintaku datang sejak pagi supaya bisa ada di dekatnya saat acara ijab qabul.

Sejak malam sebelumnya, aku sudah begadang membungkus kado. Mungkin kado itu bukan barang mewah, namun semoga bisa diterima sahabatku. Pukul satu dini hari baru aku tertidur. Saat subuh aku terbangun segera solat subuh lalu mandi. Langsung bersiap-saip berangkat ke rumah Selvy yang lumayan jauh deh dari rumahku.

Aku memilih naik busway yang paling mudah. Berangkat pukul tujuh teng, sampai di rumah Selvy pukul 9 pagi. Acara ijab qabul pukul 10 pagi. Jadi, aku masih bisa ngobrol-ngobrol dengannya sebelum acara berlangsung.

Selvy, sahabat yang dulu sering sama-sama saling mencurahkan perasaan sebagai sama-sama lajang. Ternyata takdir menetapkan dia lebih dulu menemukan pasangan hidupnya. Selamat ya, sahabatku. akhirnya terwujud juga harapan dan impianmu, membina rumah tangga sakinah, mawaddah, warohmah.

My best friend wedding


Dulu, rasanya tak terbayang andai aku ditinggal sendirian sebagai satu-satunya lajang. Tapi saat akhirnya masa itu tiba, ternyata aku baik-baik saja. Yah, aku mulai terbiasa ke mana-mana sekarang sendiri. Sadar, kelak sahabatku nggak akan selalu bisa menemaniku ke tempat-tempat yang sering kami datangi untuk menambah pengalaman dan pengetahuan seperti dulu.

Kalau nggak salah, awal perkenalanku dengan Selvy tahun 2003, saat kami sama-sama mengikuti sebuah acara pelatihan jurnalistik yang diadakan RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa). Sejak saat itu kami semakin dekat, karena sama-sama tertarik belajar menulis. Lalu kami jalan-jalan ke acara pameran buku di Senayan. Dan saat kami menemukan stan FLP (Forum Lingkar Pena), kami mendaftar untuk belajar menulis di sana.

Setelah mendapat ilmu menulis yang lumayan, kami sama-sama memberanikan diri mulai menulis cerpen remaja dan mengirimkannya ke berbagai majalah. Senangnya saat akhirnya cerpen-cerpen kami berhasil terbit. Awalnya, kami hanya berani membuat cerpen. Hingga puluhan cerpen kami dimuat di majalah-majalah remaja. Sampai akhirnya datang kesempatan menerbitkan novel. Pertama kali novelku dan Selvy yang terbit adalah novel cerita Korea.

Hm, sahabatku ini bikin aku yang semula anti cerita Korea, akhirnya tergila-gila dengan aktor Korea Kang Ji Hwan, gara-gara dipinjamkan drama Korea, "Lie to Me". Ada untungnya juga, gara-gara aku ketularan suka nonton drama Korea, aku berhasil menulis lima novel cerita Korea.

Kemudian, aku dan Selvy menulis novel remaja berdua, ini adalah salah satu impian kami. Novel yang menceritakan tentang dua sahabat yang karakaternya kami ambil dari karakter masing-masing. yang satu super langsing, yang satu bongsor. Awalnya nama tokohnya Lala dan Jojo, tapi penerbit minta diganti, akhirnya menjadi Lalas dan Joana. Semula judul novelnya "Sweet Revenge" tapi saat terbit diganti jadi "Cinta yang Sempurna". Ah, senangnya, akhirnya aku dan Selvy berhasil bikin novel duet.

Dulu aku dan Selvy hobi banget mengikuti berbagai kegiatan yang menantang dan berharap kami akan bertemu jodoh di sana. Paling seru saat aku punya ide ikut kegiatan komunitas sepeda gunung. Selvy mau saja. jadilah kami berangkat pagi-pagi sekali, pukul tujuh pagi sudah berkumpul di hutan UI untuk mulai bersepeda gunung di jalan hutan yang amburadul, licin, curam. Meniti pinggir danau buatan, sampai harus menyeberang jembatan yang hanya terbuat dari batang pohon kelapa. Hadeeeuh, kita nekat banget ya dulu? Tapi itu jadi kenangan tak terlupakan dan pernah kumasukkan dalam novel.

Yup, sudah banyak kegiatan yang kami lakukan berdua. Sampai akhirnya kami terpisah jauh. Selvy memutuskan bekerja di Batam selama dua tahun, sementara aku masih setia membangun karirku sebagai penulis di Jakarta. Hingga akhirnya Selvy pulang ke Jakarta, kukira aku bakal bisa sering hangout berdua lagi, ternyata Selvy pulang ke Jakarta untuk menikah ^_^

Sekarang, sudah saatnya aku mandiri. Rasanya aku memang sudah mulai terbiasa sendiri. Tetap bisa happy kok ke toko buku sendiri, belanja pakaian atau kerudung sendiri, nonton bioskop sendiri. Menjadi lajang terakhir bukan berarti kesepian. Apalagi pada dasarnya aku memang senang suasana tenang.

Semua kejadian yang sudah kulalui, telah menempaku menjadi pribadi yang sangaaaaat ikhlas. Karena hidup itu memang begitu, persis keripik kentang yang nggak rata itu, berliku-liku. Kadang bahagia dan sedih datang silih berganti. Tapi cobaan bukan untuk diratapi dan disesali, melainkan untuk dilalui dan dihadapi. Lalu saat badai sudah berakhir, yakinlah langit akan cerah, mungkin akan membiaskan lengkung pelangi.

Ada satu hal yang membuatku terharu dalam acara ijab qabul sahabatku kemarin, saat menyaksikan ayah Selvy mengucapkan kalimat : Saya nikahkan dan kawinkan anak saya ...

Langsung saja ingatanku melompat ke sosok bapakku. Bapak yang sekarang sedang dalam masa pemulihan. Satu pertanyaan menggelayut dalam hati. Saat nanti akhirnya aku menikah, apakah bapak sudah bisa bicara selancar itu?

Ya Allah, semoga Engkau berkenan menyembuhkan bapakku seperti sedia kala, dan kelak bisa menjadi waliku saat aku menikah. Entah kapan, hanya Allah yang tahu.

Anyway, intinya aku bahagia dan bersyukur atas semua yang sudah diberikan Allah untukku. Aku jalani saja hidupku ini apa adanya. Tanpa beban, menjalani saja rencana-rencanaku yang berhubungan dengan tulis menulis. Karena yang berhubungan dengan jodoh, itu di luar wewenangku sebagai manusia biasa ^_^.

Walau kini resmi sudah aku jadi jomblo sendirian, tapi aku tetap happy lah selama Nicholas Saputra dan Keanu Reeves masih jomblo juga. Berasa ditemenin gitu, hihihihi ^_^

Well, akhirnya, aku mengalami persis seperti yang dialami Keira, sahabat Dara saat ia membantu Dara menyiapkan pernikahan sahabatnya itu. Momen my best friend wedding yang tertuang dalam novel "Hatiku Memilihmu" bab "Sepucuk Surat Undangan".

Ini cuplikan adegan Keira dan Dara yang mirip deh dengan aku dan Selvy :

Dara tertawa geli, lalu menepuk pundak sahabatnya itu.

“Setiap orang ada waktunya sendiri-sendiri dalam menemukan jodohnya, Kei. Sepertinya kamu masih dibutuhkan untuk menyebarkan cara berpakaian Islami untuk lebih banyak muslimah di New York. Nanti, kau akan terkejut, saat tiba-tiba saja muncul cowok tampan dan baik hati yang melamarmu dan ternyata sudah lama memperhatikanmu diam-diam,” kata Dara berusaha menghibur Keira.

Keira hanya mengangkat bahu.

“Hei, gue nggak sedih kok. Nggak masalah buat gue kalau jodoh gue datangnya masih nanti-nanti,” kata Keira santai, kemudian tersenyum lebar.

Now, It’s all about you and Brad, Dara! Kita fokus pada itu saja,” lanjut Keira.

Dara segera memeluk erat Keira.

Thank you my best friend,” ucap Dara sembari mengelus lembut punggung Keira.

“Ups, elo nyebut gue best friend, bikin gue merasa mengalami momen My best friend wedding,” sahut Keira seraya melepaskan diri dari pelukan Dara.

Dara hanya tersenyum lebar. Keira selalu saja mampu membuat ketegangannya menghadapi persiapan pernikahannya ini lenyap dengan celotehannya. Keira yang tidak berubah, tetap ceplas-ceplos, tetap ber‘elo-gue’ dengan Dara, walau pun kini ia sudah rajin mengaji dan selalu salat tepat waktu. Keira yang kini menerima Dara apa adanya dan Dara pun menerima Keira apa adanya.

Dara berani memastikan, Keira Subandono adalah sahabat sejatinya yang tidak akan tergantikan oleh siapa pun.




Happy wedding, my best friend. wish you all the best yaaa ^_^

Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift, that’s why its called the present. – Pooh, Disney Words

Minggu, 17 Agustus 2014

Dirgahayu negeriku, Indonesia



17 Agustus!

Ada rasa haru menyeruak tiap kali hari sampai pada tanggal ini. Teringat kisah tentang perjuangan bapak-bapak bangsa kita untuk memerdekakan negeri ini.

Perjalanan bangsa ini masih panjang, tapi aku selalu optimis, suatu saat Indonesia akan menjadi negara hebat. Aamiin.

Dirgahayu negeriku Indonesia yang ke 69 tahun.




Apa pun rintangan yang dialami negeri ini, aku tetap bangga menjadi warga negara Indonesia. Negeri luar biasa indah dan kaya. Akan tiba saatnya muncul putra putri terbaik bangsa yang akan memajukan negeri ini.

Selamat ulang tahun Indonesiaku, aku cinta padamu

Ini beberapa logo HUT RI ke 69 karya anak-anak bangsa yang keren-keren.

Ah, bangganya aku menjadi warga negara Indonesia ^_^








Minggu, 03 Agustus 2014

Ketika Musim Mudik Tiba

Selamat datang di Kulon Progo Binangun ^_^


Selamat datang Agustus!

Hari ini, cuti bersama lebaran telah berakhir. Mulai senin besok, Jakarta akan kembali normal. Dipadati penduduknya yang aktif berlalu-lalang membuat jalanan Jakarta menjadi super padat.

Plt Gubernur Bapak Ahok akan kembali sibuk mengurusi penduduk Jakarta, yang tentunya, seperti tradisi setiap habis Lebaran, jumlahnya akan bertambah dengan pendatang.

Kali ini aku ingin mengenang masa laluku, saat aku masih kuliah dulu. Ini sepenggal kisah tentang mudik, yang tercecer dalam ingatanku.

Sudah menjadi tradisi bagi sebagian orang, menjelang lebaran adalah musim mudik. Tapi tradisi itu tak ada dalam keluargaku, walau Bapak dan Ibuku adalah perantauan di Jakarta, sejak aku kecil tak pernah sekalipun Bapak mengajak kami sekeluarga mudik ke desa Janten, Jogjakarta, untuk berlebaran bersama Mbah, bulik dan dua sepupuku. Alasan Bapak, karena malas berdesak-desakan dan bermacet-macet ria bersama para pemudik lain.

Bapakku memilih mengajak kami sekeluarga mudik ke kampung halaman Bapak dan Ibuku di Jogja justru seminggu sebelum berpuasa. Sanak saudara kami yang tinggal bertebaran di berbagai pelosok kota, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Jogja juga terbiasa berkumpul seminggu sebelum bulan Ramadan, bersilaturahmi sekaligus berziarah ke makam para leluhur kami. Acara itu kami sebut sebagai acara ruwahan.

Terkadang aku penasaran ingin tahu bagaimana rasanya mudik menjelang lebaran, dan aku juga ingin sekali-kali merasakan bagaimanakah suasana lebaran di kampung Mbahku. Selama bertahun-tahun rutinitas lebaran yang aku jalani di lingkungan tempat tinggalku selalu sama. Di awal pagi Idul Fitri, kami pergi ke masjid dekat rumah, bersiap sholat sunnah Idul Fitri bersama-sama warga tempat tinggalku di halaman masjid.

Seusai sholat Idul Fitri, kami saling berkunjung bersalaman-salaman kepada semua tetangga di kanan, kiri, depan dan belakang rumah. Penduduk di daerah tempat tinggalku kebanyakan adalah warga asli Betawi -Tangerang, merekalah yang menjadi tuan rumah,  sementara kami warga pendatang berkunjung mendatangi rumah mereka satu-persatu. Acara silaturahmi dengan tetangga itu biasanya akan berakhir menjelang pukul sepuluh pagi.

Kemudian dilanjutkan berlebaran ke rumah bulik bapakku dan kakak ibuku. Begitu rutin setiap tahun. Hingga aku merasa suasana lebaran bagiku biasa-biasa saja, kecuali tempat tinggalku yang semakin padat yang artinya semakin banyak tetangga yang harus dikunjungi.

Pada suatu lebaran, ketika aku masih duduk di bangku kuliah, bapakku berencana mengajak kami sekeluarga mudik di hari kedua lebaran.

“Mudik di hari lebaran, pasti jalanan menuju Jogja tak sepadat sebelum lebaran.” Alasan bapak.

Kami semua setuju. Bagiku tak mengapa kami datang terlambat ke kampung Mbahku. Walau sudah hari kedua lebaran, pastilah masih terasa aura lebarannya. Setelah kami usai bersilaturahmi kepada tetangga dan keluarga besar di Jakarta, kami segera pergi tidur, agar bisa bangun menjelang subuh, dan langsung berangkat begitu usai sholat subuh.  Kami sekeluarga menumpang mobil minibus tua yang sudah tak ber-AC milik bapak yang dikendarai sendiri oleh bapak. Waktu itu, bapak masih sehat, masih muda, masih kuat menyetir mobil jarak jauh. Pandangannya pun masih awas.

Perkiraan bapak lalu lintas mudik di hari kedua lebaran pasti lancar tak terbukti. Ternyata banyak juga warga yang memilih baru mulai mudik di hari kedua lebaran. Di beberapa tempat malah ramai sekali dan menimbulkan sedikit kemacetan. Tapi tentunya tak semacet hari-hari sebelumnya. Aku sangat menikmati perjalanan itu. Tak sabar ingin segera sampai di desa Mbahku.

Lewat tengah hari, kami beristirahat di sebuah rumah makan bermaksud hendak makan siang sekaligus menumpang sholat dzuhur. Rumah makan itu lumayan besar, tak ada pengunjung lain kecuali kami. Seorang pelayan mempersilakan kami duduk dan memberikan buku menu.

“Wah, asyik nih, ada sop. Aku mau sop saja, segar," kataku.
“Ibu juga mau sop deh.”

Kedua adikku dan bapak memesan soto ayam. Kami memesan es jeruk sebagai minumannya. Sambil menunggu pesanan, kami sholat dzuhur di mushola rumah makan itu. Tapi seusai sholat, ternyata makanan pesanan kami belum juga diantarkan.

“Kok lama banget ya? Udah keburu laper nih,” keluhku.
“Ayamnya belum ditangkap kali ya?”sahut adikku.
“Ayamnya lagi pada lebaran, hehehe.” Adikku yang bontot ikut nimbrung.

Hingga lebih dari setengah jam, pesenan kami belum juga dihidangkan.

“Wah, kalau memang mereka belum siap melayani pesanan, harusnya jangan buka dong! Jadi kan kita nggak terjebak terlanjur memesan di sini,” keluhku.

“Ya sudah, sabar, kan masih lebaran, masa udah mau ngomel lagi,” tegur ibu.
 “Pasti karena banyak pegawainya yang mudik. Ini Bersyukur loh, masih ada tempat makan yang buka, menolong musafir yang mudik hari ini seperti kita,” kata bapak.

Aku terdiam malu sendiri. Benar, baru saja sebulan lalu berpuasa, menahan segala nafsu amarah, kemarin bermaafan, tak pantas jika sekarang sudah mulai mengomel lagi.

Setelah hampir empat puluh menit, akhirnya pesanan kami baru tersaji. Sopnya tampak dipaksakan segera matang. Wortelnya masih agak keras. Ayam di soto ayam juga masih agak kenyal. Es jeruk yang kami pesan ternyata adalah minuman serbuk jeruk yang diaduk dengan air dingin. Tapi kami nikmati saja semua hidangan itu. Ini lebaran, ikhlas pasti lebih baik untuk semakin menyemarakkan suasana lebaran. Setelah kami cukup beristirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan.

Menjelang magrib, sampailah kami di desa Janten. Dari jalan raya, rumah Mbahku sudah terlihat di kejauhan. Karena kanan kiri jalan adalah sawah membentang, maka pandangan menuju rumah Mbahku itu tak terhalang. Mbah, bulik dan kedua sepupuku menyambut kami penuh suka cita.

Desaku yang kucinta. Datang ke rumah ini selalu saja menyegarkan pikiran 


Setelah saling bermaaf-maafkan, aku segera mengeluarkan penganan khas lebaran dari Jakarta yang kami bawa, ada : dodol betawi, tape ketan hitam, uli, kue kembang goyang dan akar kelapa.

“Wah, makanan lebaran di Jakarta seperti ini ya?” kata Mbah putri yang kemudian mencoba dodol betawi.

Bulik dan sepupuku juga ikut mencicipi penganan yang kami bawa. Sementara aku langsung melahap kue khas lebaran di desa Janten seperti apem, wajik tape ketan, krimpying, bakpia dan banyak lagi.

Hidangan kue di Desa Janten
Nggak ketinggalan lemper dan tempe benguk
Foto by Erma


Bagiku rasanya nikmat sekali, karena bercampur dengan rasa sukacita berkumpul bersama Mbah Putri, bulik dan kedua sepupuku.

Lebaranku tahun itu sungguh istimewa.

Kamis, 31 Juli 2014

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H

by : Walt Disney Studios
Tak terasa sudah akhir Juli ... sudah bulan Syawal hari ke-4. Walau telat beberapa hari, aku ingin mengucapkan kepada semua teman-teman yang kebetulan membaca blog-ku :

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.
Mohon maaf lahir dan batin



Lebaran tahun ini sedikit berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sesudah solat Ied, setelah keluarga kami saling bermaaf-maafan, kami keliling kampung, mendatangi rumah tetangga satu per satu, bersilaturahim, salam-salaman dan bermaafan.

Tapi karena bapakku belum pulih benar, kami berdiam saja di rumah, menunggu tetangga datang bersilaturahim ke rumah kami.

Setelah bermaafan pada tetangga, biasanya, keluarga kami menuju rumah Mbahku di Slipi, lalu ke rumah Budeku di Percetakan. Tapi lagi-lagi tahun ini berbeda. Bapak dan ibu tetap di rumah, karena bapak belum bisa ikut perjalanan yang terlalu jauh. Khawatir beliau cepat lelah. Maka, hanya aku dan kedua adikku yang berangkat berlebaran menuju rumah Mbah dan Bude-ku.

Aku tetap bersyukur, walau tahun ini tetap tak terlepas dari ujian kesabaran, dengan bentuk yang berbeda dibanding ujian kesabaran tahun lalu. Aku selalu siap menghadapi apa pun. Insya Allah, Allah tak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan hamba-Nya itu mengatasi masalahnya.

Aku sadar sepenuhnya, bahwa hidup itu memang nggak flat, penuh liku. Di suatu saat kau bahagia, maka bersiaplah diberi ujian sesudah bahagiamu. Namun saat kau berduka, tak perlu juga terlalu larut, karena yakinlah, tak lama dukamu akan diangkat digantikan dengan kejadian yang membahagiakan.

Begitulah hidup, bahagia dan sedih, datang silh berganti. Keduanya harus kita hadapi dengan rasa ikhlas tingkat tinggi. Berserah atas segala kehendak Allah SWT. Insya Allah semua adalah yang terbaik untuk kita. Menempa mental dan memperkaya batin.

Sekali lagi, Selamat merayakan Idul Fitri. Mari bersuka cita. Memanjatkan doa terbaik agar kita senantiasa menjadi pribadi yang kuat menghadapi lubang kehidupan sedalam apa pun. ^_^




by Walt Disney Studios
Dan ibuku yang pintar masak baru membuat rendang di hari ke-3 Lebaran. jadi, lebarannya serasa terus dan teruuuus ^_^

Rendang ala Jawa bikinan Ibu tercinta. Enaaaaak ^_^

Kue lebaran beli semua. Kecuali tape ketan buatan ibuku juga ^_^

Serunya saat sepupu dan keponakanku datang ke rumah.
Selamat Idul Fitri  ^_^

Sambil lebaran, yuuuuk yang minat baca 3 novel terbaruku ini, koleksi yaa
"Hatiku Memilihmu"
"Cinta Valenia"
"Monte Carlo"