Laman

Sabtu, 29 Desember 2018

Amsterdam Hari ke-2 : Melihat Langsung Keindahan Keukenhof

Hari ke-2 di Amsterdam. Saatnya bertemu teman-teman traveling lagi.

Aku diantar sepupuku dan suaminya ke Bandara Schipol. Di bandara ini aku bertemu teman-teman seperjalananku lagi.

Dari sini kami akan menuju taman bunga Keukenhof. Butuh waktu satu jam naik bus. Sebelumnya kami sudah membeli tiket bus plus tiket masuk Keukenhof sekitar 25 euro secara online. Tiketnya diprint dan ditunjukkan ke petugas. Yang antri mau naik bus ke Keukenhof panjaaaang banget. Lumayan lama juga nunggu giliran kebagian naik bus.

Begitu sampai di pintu gerbang Keukenhof, aku kembali merasa bagai terbangun dari mimpi. Taman yang pernah aku tulis di novelku "Amsterdam Ik Hou Van Je" di tahun 2013, akhirnya siapa menduga di tahun 2018 aku bisa menginjakkan kaki di Amsterdam. Butuh waktu lima tahun mimpi itu terwujud.


Ah, mimpi jadi nyata. Benar-benar bisa lihat taman bunga tulip paling terkenal. Keukenhof.



Nyender dulu


Best shoot. Di antara bunga tulip yang mekar dan kincir angin

Pameran bunga segar warna warni

Foto dengan gaya andalan

Siapa sangka bisa membawa novel bersetting Amsterdam ini ke kota aslinya. 

Rapi, bersih, indah. Langitnya cerah banget. 

Setelah puas berkeliling taman bunga Keukenhof, kami menuju tempat selanjutnya, Centraal Amsterdam.

Rameee... 




Dari sini kami menunggu tram yang akan membawa kami ke taman di depan Rijks museum. Di sana ada ikon Amsterdan paling terkenal. Susunan huruf berwarna merah dan putih.

Ternyata di depan tulisan ikon itu penuuuuh banget. Jadi nggak bisa foto sendirian di depan tulisan itu, hehehe.

Tebak, aku yang mana? 



Setelah menikmati suasana taman ini, kami menuju tempat selanjutnya, Dam Square. Ini semacam alun-alun kota yang dikelilingi bangunan-bangunan klasik. Masih ada tram yang lalu lalang. Dan ternyata di sini ada becak! Iyap, mirip becak gitu. Tapi keren. Seperti yang terlihat di foto.

Mejeng depan Museum Madame Tussaud





Banyak burung merpati. 

Becak Amsterdam seperti ini. 


Waktu semakin sore. Di bulan April di sini, matahari bersinar sampai malam. Pukul tujuh malam masih terang. Kami janjian ketemu sepupuku, Mbak Nany yang akan mentraktir kami makan malam di sebuah restoran Indonesia bernama Restoran Atika.

Pemiliknya orang Indonesia yang sudah lamaaa banget tinggal di Belanda dan bisa membuka restoran yang khusus menyajikan makanan khas Indonesia. Tapi warga asli Belanda ternyata suka juga lho masakan Indonesia.



Jam delapan malam seperti ini terangnya. 

Alhamdulillah, bisa bawa novel ini ke tempat yang sama dengan di covernya. Di Amsterdam asli. 

Foto ini ga akan kulupakan. Kenanganku bisa mewujudkan mimpi. 

Teman seperjalanan. Yang rambut kriwil di sampingku itu sepupuku Mbak Nany. 

Setelah makan, foto-foto di pinggir jembatan yang menghadap sungai, matahari mulai tenggelam, saatnya kami berpisah dengan Mbak Nany.

Ah, rasanya aku pengin lebih lama di kota ini. Aku suka banget Amsterdam. Sayang hanya bisa dua hari di sini. Aku ingin merajut mimpi, semoga bisa ke kota ini lagi dan tinggal lebih lama. Aamiin.

Selanjutnya kami kembali ke stasiun. Bersiap melanjutkan perjalanan ke Kota Praha. Kembali kami naik bus Euro Flix.

Praha, kami datang ...

3 komentar:

  1. Wah, senengnya bisa jalan-jalan kesana. Sukses terus mba Arumi, doain aku biar bisa bikin buku ya, hihi..

    Mampir ke blogku dong mba
    www.kyndaerim.com

    Makasih..

    BalasHapus
  2. Saya suka dengan cerita yang anda buat

    BalasHapus
  3. Kak. Sejak lama aku baca-baca pengalaman kakak sangat terkesan. Ternyata impian itu nyata.

    BalasHapus