Laman

Kamis, 31 Juli 2014

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H

by : Walt Disney Studios
Tak terasa sudah akhir Juli ... sudah bulan Syawal hari ke-4. Walau telat beberapa hari, aku ingin mengucapkan kepada semua teman-teman yang kebetulan membaca blog-ku :

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.
Mohon maaf lahir dan batin



Lebaran tahun ini sedikit berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sesudah solat Ied, setelah keluarga kami saling bermaaf-maafan, kami keliling kampung, mendatangi rumah tetangga satu per satu, bersilaturahim, salam-salaman dan bermaafan.

Tapi karena bapakku belum pulih benar, kami berdiam saja di rumah, menunggu tetangga datang bersilaturahim ke rumah kami.

Setelah bermaafan pada tetangga, biasanya, keluarga kami menuju rumah Mbahku di Slipi, lalu ke rumah Budeku di Percetakan. Tapi lagi-lagi tahun ini berbeda. Bapak dan ibu tetap di rumah, karena bapak belum bisa ikut perjalanan yang terlalu jauh. Khawatir beliau cepat lelah. Maka, hanya aku dan kedua adikku yang berangkat berlebaran menuju rumah Mbah dan Bude-ku.

Aku tetap bersyukur, walau tahun ini tetap tak terlepas dari ujian kesabaran, dengan bentuk yang berbeda dibanding ujian kesabaran tahun lalu. Aku selalu siap menghadapi apa pun. Insya Allah, Allah tak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan hamba-Nya itu mengatasi masalahnya.

Aku sadar sepenuhnya, bahwa hidup itu memang nggak flat, penuh liku. Di suatu saat kau bahagia, maka bersiaplah diberi ujian sesudah bahagiamu. Namun saat kau berduka, tak perlu juga terlalu larut, karena yakinlah, tak lama dukamu akan diangkat digantikan dengan kejadian yang membahagiakan.

Begitulah hidup, bahagia dan sedih, datang silh berganti. Keduanya harus kita hadapi dengan rasa ikhlas tingkat tinggi. Berserah atas segala kehendak Allah SWT. Insya Allah semua adalah yang terbaik untuk kita. Menempa mental dan memperkaya batin.

Sekali lagi, Selamat merayakan Idul Fitri. Mari bersuka cita. Memanjatkan doa terbaik agar kita senantiasa menjadi pribadi yang kuat menghadapi lubang kehidupan sedalam apa pun. ^_^




by Walt Disney Studios
Dan ibuku yang pintar masak baru membuat rendang di hari ke-3 Lebaran. jadi, lebarannya serasa terus dan teruuuus ^_^

Rendang ala Jawa bikinan Ibu tercinta. Enaaaaak ^_^

Kue lebaran beli semua. Kecuali tape ketan buatan ibuku juga ^_^

Serunya saat sepupu dan keponakanku datang ke rumah.
Selamat Idul Fitri  ^_^

Sambil lebaran, yuuuuk yang minat baca 3 novel terbaruku ini, koleksi yaa
"Hatiku Memilihmu"
"Cinta Valenia"
"Monte Carlo"

Sabtu, 26 Juli 2014

Memories as architect : Ada Paris dan Jerman di Jogja ...

Ramadan hampir berakhir, dua hari lagi Hari Raya Idul Fitri.

Sebelum lebaran, aku ingin berbagi kisah pengalamanku saat merasakan ramadan di Jogja.

Tahun 2006 paska gempa dahsyat di Jogja, aku mendapat kesempatan ditugaskan di kota eksotis itu. Saat itu aku masih bekerja sebagai arsitek di kantor konsultan perencana PT. Hoemar Tjokroatmojo Architecture and Interior Design.

Aku senang sekali ditugaskan di Kota Jogja, bukan hanya karena aku cinta kota Gudeg itu, tapi juga karena di sanalah daerah asal muasal keluargaku.

Ibuku lahir dan besar di desa Janten, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta. Memang cukup jauh dari Kota Jogja, butuh waktu satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor untuk mencapai Kota Jogja dari Desa Janten.

Rumah peninggakan Mbahku di Desa Janten, Temon, Kulon Progo
Tempat kami berkumpul setiap kali pulang kampung

Ditugaskan di Kota Jogja, berarti aku punya kesempatan untuk mengunjungi saudara dan kerabatku di Kulon Progo. Ada seorang bulikku dengan dua anak perempuannya yang tinggal di sana. Juga nenekku yang ketika itu sedang sakit.

“Jangan lupa, sering-sering menengok Mbah Widi.” pesan Ibuku.

Mbah Widi adalah sebutanku untuk nenekku dari pihak Bapakku. Hanya beliau satu-satunya nenek yang ketika itu masih aku punya.

Aku mengangguk. Pasti aku akan mengunjungi beliau. Karena selama ini aku sibuk bekerja di Jakarta, hanya setahun sekali aku punya kesempatan mengunjungi saudara dan kerabatku di Desa Janten. Dan kali ini adalah kesempatan langka aku ditugaskan di Kota Jogja, kota favoritku.


Sekolah SDN tepat di depan rumah peninggalan Mbah Janten

Kantor tempatku bekerja di Jakarta, bergerak dibidang konsultan desain. Setelah musibah gempa di Jogja itu, kantorku mendapat beberapa proyek untuk merenovasi bangunan-bangunan Departemen Perindustrian yang rusak akibat gempa. Aku ditugaskan bersama empat orang temanku. Kantor kami menyewakan sebuah rumah di kota Jogja untuk tempat kami tinggal dan bekerja selama bertugas di Jogja.

Kami terenyuh meyaksikan bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa dahsyat dulu itu. Banyak masyarakat yang kehilangan rumah, terutama di daerah Bantul. Gedung-gedung Departemen Perindustrian yang harus kami renovasi juga rusak cukup parah dan sangat rentan bahaya. Harus segera direnovasi jika ingin tetap dipakai untuk kegiatan mereka sehari-hari. Aku dan keempat temanku membagi-bagi tugas, karena ada banyak gedung yang harus kami survei di lokasi yang berbeda. Tapi terkadang kami survei bersama-sama. Hingga memasuki masa Ramadhan, kami masih bertugas di Jogja.

Waktu berpuasa menjadi tak terasa karena kami semua sibuk bekerja. Kami  membuat jadwal, kapan hari untuk survei lokasi, kapan presentasi, dan kapan waktu mengerjakan gambar-gambar perencanaan dan gambar kerja serta membuat proposal.

Aku bertugas sebagai arsitek, yang membuat konsep dan gambar perencanaan. Dibantu dua temanku, Yana dan Dika yang membuat gambar kerja. Kiki kebagian tugas membuat rencana anggaran biaya. Sementara Mas Egoy bertugas menyusun proposal proyek renovasi bangunan-bangunan itu.
Kami sepakat, selama bulan puasa itu, kami hanya bekerja hingga pukul empat sore. Sesudah itu kami bersiap-siap menyambut waktu berbuka. Selama di Jogja, kami mencoba beberapa tempat yang dikenal sebagai tempat mencari makanan berbuka.

Seperti di pasar kota Gede, yang jaraknya lumayan dekat dari rumah kontrakan kami, aku merasakan sensasi yang berbeda berburu makanan berbuka di sebuah pasar di Kota Jogja. tentunya sangat berbeda dengan yang biasa aku santap di Jakarta. Ada gethuk, makanan dari singkong yang direbus, ditumbuk bersama gula. Ada tempe benguk, tempe bacem terbuat dari kacang benguk. Hm, cukup lucu ya namanya?
Kadang kami mencari makanan untuk berbuka di Jerman. Tak terbayang ada Jerman di kota Jogja, kan?

Tapi Jerman yang ada di Jogja, tentulah berbeda dengan Jerman yang ada di Eropa. Jerman di Jogja adalah singkatan dari Jejer Kauman. Kauman adalah sebuah daerah di kota Jogja. Ada sebuah gang terkenal di daerah itu yang setiap bulan puasa, menjelang berbuka dipenuhi oleh penjual makanan berbuka yang berjejer menggelar dagangannya di sepanjang gang itu. Karena itulah disebut Jejer Kauman. Masyarakat Jogja memang suka sekali membuat singkatan-singkatan yang terdengar unik, seperti Jejer Kauman disingkat Jerman.

Kami juga pernah berbuka puasa di Paris. Aneh ada Paris di Jogja? Paris di sini adalah Pantai Parangtritis. Begitulah masyarakat Jogja, senang sekali menciptakan singkatan nama sebuah lokasi hingga terdengar unik. Ini salah satu hal yang kukagumi dari kreatifitas masyarakat Jogja yang memang sebagian besar masih berjiwa seni tinggi dan lekat dengan budaya setempat dalam keseharian mereka.

Di daerah Paris, ada namanya Pantai Depok yang menjadi pusat penjualan ikan segar hasil tangkapan nelayan seperti ikan, kepiting, lobster, udang, cumi yang masih segar langsung dibawa dari laut. Di sini, kami bisa memilih dan membeli bermacam-macam hasil laut yang kami inginkan. lalu kami bawa ke pondok-pondok yang menyediakan jasa memasakkan ikan menjadi masakan seafood lezat, seperti cumi saos tiram, kepiting saos Padang, ikan Kuwe bakar.

Ada bayi hiu juga di sana! Ugh, karena penasaran dengan rasa hiu, hewan yang eksotis itu, maka aku pun membeli seekor untuk di panggang dan dimakan dengan sambal kecap. Nikmat juga rasanya! Total harga semuanya jauh lebih murah daripada masakan seafood di Jakarta. Kami pun puas dan kenyang!

Tapi sekarang aku sadar, sebaiknya ikan hiu (kalau memang benar itu ikan hiu) jangan ditangkap sembarangan. Biarkan mereka tumbuh tanpa diusik. Karena perkembangan mereka tentunya tidak semudah ikan lain yang biasa dikonsumsi manusia (benar nggak ya?)

Saat pekerjaan kami mendekati selesai, kami memanfaatkan waktu untuk rehat sejenak dengan jalan-jalan bersama-sama ke Borobudur. Ah, lumayan refreshing.

Borobudur dulu, tak lama sesudah gempa Jogja

Aku dan teman-temanku, bertahun-tahun lalu ^_^

Bangunan bersejarah di Jogja
Foto by Mas Egoy

Aku arsitek dan temanku Kiki penyusun RAB


Selama masa tugasku di Jogja, aku sempatkan untuk mengunjungi nenekku, Mbah Widi, yang tinggal di Desa Kulur, juga di Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta. Lokasinya sangat jauh dari Kota Jogja. Di sini juga bapakku menghabiskan masa kecilnya. Jadi bisa dibilang bapak dan ibuku tetanggan deh, sama-sama tinggal di Kabupaten Kulon Progo hanya beda desa.

Aku minta diantar sepupuku Mei untuk mencapai rumah Mbah Widi. Jalan menuju ke sana belum beraspal dan sedikit mendaki. Tetapi sesampai di sana, aku mendapatkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Sawah hijau membentang di lereng bukit Jeruk, salah satu bukit yang terdapat dalam jejeran bukit Menoreh. Oh, indahnya! Udaranya pun masih terasa sejuk dan segar. Bebas polusi!

Ketika itu Mbah Widi terlihat lebih sehat, walau beliau sudah tak mampu lagi berdiri dan berjalan. Usianya telah mencapai tujuh puluh enam tahun. Mbah Widi dirawat oleh bulikku, Bulik Pri. Aku senang sekali melihat rona senang di wajah Mbah Widi ketika melihatku datang.

“Ealah, lama nggak kelihatan cucu Mbah...”sambut Mbah Widi, senyumnya memperlihatkan giginya telah banyak yang tanggal.

Aku menghampirinya dengan senyum tak kalah sumringah, kucium punggung tangan kanannya, lalu kukecup pipi kanan dan kirinya.

“Maaf, Mbah, aku baru sempat berkunjung sekarang.” ucapku lembut sedikit merasa bersalah.

“Cucu Mbah ini sibuk cari duit...” kata Mbah Widi lagi, senyumnya semakin lebar, ompongnya semakin jelas terlihat.

Melihat kerentaannya, membuat rasa bersalahku semakin berlipat. Rambutnya telah semua memutih. Aku bekerja jauh di Jakarta dan tiap hari tenggelam dalam kesibukkanku menjalani tugas kantor, hingga hanya mendapat kesempatan berkunjung setahun sekali. Ini pun kebetulan aku ditugaskan di Jogja, jika tidak, maka aku hanya berkunjung menjelang hari raya Idul Fitri saja.

Aku sadari saat itu, karena Mbah Widilah maka aku hadir di dunia ini sebagai keturunannya. Semoga tak kulupakan itu, tak membuatku lantas alpa untuk memperhatikan beliau. Hari itu aku tak menginap. Sorenya aku harus kembali ke Kota Jogja, kembali berkutat dengan tugas-tugas kerjaku. Tapi aku berjanji kepada Mbah Widi dan pada diriku sendiri, selama aku bertugas di Jogja, aku akan sering mengunjunginya.

Sudah sebulan lebih aku bertugas di Jogja ketika menjelang bulan puasa yang hampir habis, aku mendengar kabar dari Bulik Pri bahwa Mbah Widi kembali terserang sesak nafas dan kemudian dirawat di Rumah Sakit yang cukup jauh dari rumah walau pun masih di kabupaten Kulon Progo. Aku segera meminta ijin teman-temanku yang juga bertugas bersama untuk kembali mengunjungi Mbah Widi. Aku tak menyangka teman-temanku justru menawarkan untuk ikut berkunjung. Maka, berangkatlah kami bersama ke Rumah Sakit Daerah Wates, di Kulon Progo.

Kami berangkat menjelang sore dan sampai di rumah sakit itu sesudah magrib. Sungguh aku menyesal karena tak datang lebih cepat, kawan! Aku terlambat hanya beberapa menit. Mbah Widi telah selesai menghembuskan nafasnya terakhir begitu aku menjejakkan kaki di kamarnya di rumah sakit itu. Aku terkejut melihat ada sesosok tubuh yang ditutupi selimut putih hingga ke wajahnya. Bulik Pri dan beberapa kerabatku yang lain telah berkumpul di sekeliling tubuh berselimut itu. Aku disambut dengan kalimat Bulik Pri yang mengejutkan.

“Rum, Mbah Widi udah nggak ada...”

Aku sedih karena datang terlambat. Menyesal tak datang sejak pagi. Tak kusangka kepergian Mbah Widi begitu cepat, padahal baru satu minggu sebelumnya aku mengunjunginya dan beliau terlihat masih sehat. Memang jika Allah sudah berkehendak, tak ada yang bisa kita lakukan kecuali menerima ketetapan-Nya dengan hati ikhlas.

Malam itu aku mengantar jenazah Mbah Widi kembali ke Desa Kulur. Aku ikut memandikan jenazahnya malam itu juga. Teman-temanku masih setia menemaniku di sana. Karena rumah Mbahku mendadak menjadi banyak orang, maka kami berlima tidur berdesakan dalam mobil kantor yang dibawa temanku. Untunglah mobil itu lumayan lega.

Keesokan paginya, saudara dan kerabatku dari Jakarta termasuk Bapakku datang juga ke rumah Mbah Widi. Bersama-sama kami mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Dua hari kemudian saudara, kerabat dan Bapakku kembali ke Jakarta, sementara aku kembali ke Kota Jogja melanjutkan tugasku.

Tiga hari sebelum Idul Fitri, aku dan empat temanku kembali ke Jakarta. Kami memilih merayakan lebaran di Ibukota. Tahun itu adalah bulan Ramadhan yang paling berkesan sekaligus mengharukan buatku, karena saat itu adalah pertama kali aku menjalani Ramadhan jauh dari Bapak, Ibu dan adik-adikku. Juga karena Ramadhan tahun itu aku kehilangan Mbah Widi, nenekku yang terakhir. Semoga arwah beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, terutama karena beliau wafat di bulan suci Ramadhan, bulan penuh ampunan. Aamiin.

Jumat, 25 Juli 2014

Sunday Meeting dan Buka Bersama Gagas Media

Minggu, 12 juli 2014 ...

Aku semangat banget menghadiri undangan dari Gagas Media yang telah menerbitkan novel terbaruku, "Monte Carlo".

Setelah selama ini aku selalu berhalangan hadir dalam setiap acara yang diadakan Gagas Media, kali ini aku bertekad akan datang. Pertama, tentunya karena kini aku telah menjadi bagian dari keluarga besar Gagas Media.

Untunglah tempat berkumpul bersama Gagas ini sudah kukenal, aku pernah ke tempat ini saat ada pertemuan sesama fans Kpop Bigbang. ^_^



Senang, akhirnya aku bisa bertemu jajaran editor-editor keren Gagas Media, yang selama ini baru aku tahu namanya dan baru follow twiiternya. 

Ketemu Mbak Iwied, Mbak Resita, Mbak Michan, Mas Jumali, Mas Jeffri, Mas Edo ... aah banyak banget deh ... ada juga Raditya Dika pentolan Bukune dan Moamar MK pemred Enter Media. Ini kumpul-kumpul Gagas Grup yang terdiri dari Gagas Media, Bukune, Panda Media dan Enter Media. 

Rameee deh. Menurutku, jajaran tim redaksi Gagas Grup ini dapat disimpulkan dalam satu kata "KREATIF".

Suasana di Ragoon restoran. Para penulis Gagas grup asyik menyimak presentasi tentang eBook.

Ini dia jajaran redaksi Gagas grup

Sebelumnya kami dijelaskan tentang eBook. Bahwa ke depan nanti, eBook akan semakin maju. Karena itu, Gagas Grup juga mulai menerbitkan buku-buku dalam bentuk eBook. Dipaparkan apa saja keuntungan eBook bagi pembaca mau pun bagi penulis. Semoga eBook buku-buku kami laris manis juga, aamiin ^_^

Setelah itu, maju Benakribo, seorang blogger muda yang super duper kreatif, yang kemudian postingan-postingan di blognya dibukukan dengan judul Benakribo. Cowok kreatif ini menjelaskan cara keren memanfaatkan secara maksimal media sosial untuk promosi buku. Salah satunya lewat video di youtube dan instagram. 

Waaaah, aku salut deh dengan ide-ide ajaib Benakribo. Membuka mataku akan perlunya berpikir out of the box.

Ini dia Benakribo. Kurang jelas ya fotonyaa

Awalnya aku agak khawatir saat akan datang ke acara ini karena aku belum pernah bertemu teman-teman di Grup Gagas. Tapi begitu masuk ke restoran, Mas Jeffri langsung menyambut dan nanya aku siapa. 

Saat kubilang, "Aku Arumi." 

Beliau menjawab,"Oh, Mbak Arumi. Pantas familiar."

Yup, sebelumnya kami sudah beberapa kali whatsapp-an soal bukuku. :)

Mas Jeffri ini desainer kreatif buku-buku Gagas. 

Lalu ada Sefryana Khairil yang langsung menyambutku dengan senyum khasnya. Ah, masih ingat saja sama aku padahal kami baru sekali ketemu setahun yang lalu. Nggak sangka, penulis top seperti Sefry yang novelnya sudah banyak terbit di Gagas ramah banget menyapaku. Aku jadi merasa lega. Kami memilih duduk berdekatan dan ngobrol macam-macam, sampai kemudian nggak sadar kami saling curhat, hehehe. Seru deh. 

Aku juga ketemu penulis top Orizuka loh, ternyata masih imuut ^_^

Taraaa, kami semua foto bareng. Penulis dan tim redaksi

Dan ... aku masih dapat kejutan tak terduga. Aku dapat doorprize satu set cangkir teh cantik. Wuuiiih, perfek banget deh hari itu. 

Terima kasih Gagas Media sudah mengundangku ke acara keren ini. 

Nggak sabar deh bukuku terbit lagi di Gagas Media ^_^

Hadiah doorprize-nya cantik kan? Buat menyuguhkan minum tamu saat lebaran nanti ^_^

Jangan lupa yaaa, yang belum punya novel terbaruku terbitan Gagas Media, yuuuk diserbu, #MonteCarlo  ^_^ 






Sabtu, 19 Juli 2014

Promo on air : "Tahajud Cinta di Kota New York" dan "Hatiku Memilihmu" di RRI

Hello again ... ^_^

Setelah sebelumnya aku bercerita pengalamanku on air di RRI, Mas Yudi Ismail sang penyiar RRI menawarkan aku untuk lagi-lagi memperbincangkan novelku yang lainnya dalam acara "Cakrawala Pustaka Ramadan" di RRI.

Kali ini berbeda dengan sebelumnya. perbincanganku dengan Mas Yudi akan direkam, kemudian akan disiarkan melalui RRI Pro 1, Pro 2 dan Pro 4 pukul 01.30 dini hari.

Selain itu, untuk acara ini yang dibahas khusus novel Islami. Karena aku telah menerbitkan dua novel Islami, maka aku ditawarkan untuk memperbincangkan kedua novel ini, "Tahajud Cinta di Kota New York" dan "Hatiku Memilihmu".

Selasa, 15 Juli 2014, aku diminta datang pagi-pagi sekali kurang lebih antara jam 8.00 - 9.00 WIB. Wah, aku semangat banget ingin rekaman di RRI. Antusias, dan teringat motto RRI, "Sekali di udara, tetap di udara."

Yeay, ke RRI lagi. Ini lobby Gedung RRI

Keren juga kan lobby Gedung RRI  ^_^

Aku sampai di RRI pukul 08.00 tepat. Kok  bisa cepat? Karena aku nebeng adikku yang kantornya nggak jauh dari daerah ini, hehehe.

Oya, alamat RRI ini di Jl. Merdeka Barat, sebelahan dengan Gedung MK, seberangnya Monas. Mudaaah banget dijangkau deh. Aku jadi suka ke sini ^_^

Ternyata Mas Yudi Ismail baru datang pukul 9.30 WIB. Lumayan deh nunggunya. Sambil nunggu aku berusaha berfoto selfie supaya ada bukti aku ke sini. Tapi ternyata susah juga yaaa... Pengin minta fotoin malu, hehehe. Ya sudah, aku foto sendiri saja. Padahal aku lihat ada sepasang suami istri setengah baya yang asyik saling foto di lobi RRI. mereka juga bergaya di samping patung apa ya namanya? aku lupa ... hehehe. sayang nggak aku foto, aku malu sama mbak resepsionis kalau terlihat moto-moto.

Satu-satunya foto sukses yang membuktikan i was here, in RRI  ^_^
Rekaman tidak berlangsung lama. Keduanya berjalan lancar. Perbincangan tentang novel islami "Tahajud Cinta di Kota New York" sudah disiarkan tanggal 17 Juli 2014 pukul 01.30 WIB. di akhir acara ada kuis berhadiah 2 novelnya.



Begitu pula dengan "Hatiku Memilihmu" ada 2 novel yang disiapkan untuk pemenang kuisnya.



Ah, ternyata cuap-cuap di radio menyenangkan juga. Tunggu ya, selanjutnya aku akan diajak mengisi acara bincang-bincang radio lagi di Bandung bulan Agustus nanti.
Waaaw, asyiiiik, promo on air sambil jalan-jalan ke Bandung ^_^

Oleh2 dari RRI nemu pengumuman ini ^_^

Ternyata lomba menulis dongeng ini khusus buat anak-anak  >.<




Jumat, 18 Juli 2014

Promo on air : "Monte Carlo" di RR1 Pro 1 FM

Halooo teman-teman! Apa kabar di bulan Juli ini. Lama baru sempat menulis lagi.

Kali ini aku mau berbagi pengalamanku saat promo on air di RRI Pro 1 FM. Nah, siapa yang baru tau kalau ternyata RRI itu bukan cuma ada Pro2, tapi ada Pro 1 dan Pro 4, juga ada siaran RRI luar negeri. Hebat yaaa ... ^_^

Ini dia Gedung RRI, gedung bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga sekarang

Welcome to Radio Republik Indonesia
Aku akan mengudara dalam acara Cakrawala Pustaka RRI Pro 1 FM. Memperbincangkan tentang novel terbaruku #MonteCarlo.

Penyiar yang akan memanduku adalah Mas Yudi Ismail. Siapa yang sudah sering mendengarkan siaran beliau?

Obrolan kami berlangsung seru. Mas Yudi piawai banget membuat aku bisa bercerita dengan lancar, mulai dari proses penulisan Monte Carlo, sampai proses terbitnya, juga apa isi novel ini.

Pengalamanku yang kedua kali cuap-cuap di radio ini, sudah agak lumayan, nggak grogi lagi seperti saat pertama kali dulu. Di akhir acara, seperti biasa, ada kuis berhadiah 2 novel Monte Carlo. Naaah, siapa yang sabtu 12 Juli 2014 kemnarin mendengarkan siaranku ini dan berhasil mendapatkan hadiahnya? Selamat yaaa ^_^


Ini dia ruang studio programa 1


Ini dia novel Monte Carlo yang kemarin asyik kami obrolin


Minggu, 15 Juni 2014

MONTE CARLO Gagas Media, novel romantis Arumi E.


Penulis : Arumi E.

Penerbit : Gagasmedia


Sinopsis :

Pembaca tersayang,

Monako menawarkan kemewahan yang berkilau. Lewat jemarinya, Arumi E. akan mengajak kita berkeliling di Monte Carlo dengan cerita cinta penuh kejutan.

Kiara Almira ingin menjauh dari seremoni membosankan pekerjaannya di Cannes. Ia nekat membeli tiket kereta menuju Kota Nice dan melarikan diri. Seorang lelaki asing yang dijumpainya di kereta membawanya ke Monte Carlo, menjelajah tiap sudut Old Town yang memukau. Kala Kiara ingin mengenalnya lebih dekat, lelaki itu menghilang di tengah senja di Kafe Le Portrait, menyisakan rasa penasaran yang tak bisa dihapusnya.

Obsesi yang tidak masuk akal terhadap lelaki asing itu membuatnya sulit menemukan kekasih hati, sampai ia bertemu Alaric Kanigara. Meski sang Sutradara mampu membuat perasaannya melambung tinggi, hati kecil Kiara masih bertanya-tanya, ke mana pria yang tiba-tiba meninggalkannya di Monte Carlo?
Setiap tempat punya cerita.

Dari negeri Ratu Grace Kelly, skenario cinta hadir tanpa terduga.
Salam,

Editor



Monte Carlo, semburat jingga di dermaganya, artis cantik yang sedang naik daun, aktor tampan yang baru mulai meniti karir dan ... sutradara muda yang idealis.

Cinta bisa tumbuh dalam kebersamaan yang kerap. Namun cukupkah syuting selama dua minggu dalam kepungan keindahan Monte Carlo menciptakan cinta lokasi? Antara siapa dengan siapa? Aktor, aktris atau sang sutradara?

“Aku ingin menantangmu, apakah kamu berani menerima tantanganku ini?”
“Tantangan apa?”
“Beranikah kamu kabur sedikit lebih jauh lagi?”
“Kabur ke mana lagi?” tanya Kiara dengan kedua alis terangkat.
“Menemaniku menikmati pemandangan senja di Monte Carlo,” jawab Bertrand santai

Ia biarkan pemuda itu membawanya naik kereta menuju Monte Carlo. Kembali mereka tenggelam dalam kebersamaan sekejap. Melanjutkan lagi obrolan mereka yang menarik. Berkali-kali ia mencuri pandang ke arah lelaki muda itu.
Siang tadi ia menyangka, itu adalah pelarian terindah yang pertama kalinya nekat ia lakukan. Bukan adegan syuting, itu kisah nyata yang ia alami sendiri. Nekat, mengikuti seorang pemuda yang baru dikenalnya.

Seorang pemuda yang kemudian menjadi alasan baginya untuk kembali lagi ke Monte Carlo….

***

Menarik. Kiara mengakui, Alaric Kanigara ini seorang lelaki yang menarik. Namanya saja sudah membuatnya cukup penasaran. Tapi Kiara tidak ingin kejadian dengan Bertrand LaForce terulang lagi. Ia terlalu terbawa suasana, membuatnya tanpa sadar berbagi informasi tentang hal-hal pribadi. Tentang perasaannya, masa lalunya…. Nyatanya itu hanya perkenalan singkat yang tak meninggalkan jejak apa pun.

“Biar kubawakan kopermu.”

Alaric menawarkan bantuan saat melihat Kiara sibuk menarik kopernya.

“Ah, tidak usah. Aku bisa membawanya sendiri. Ini hanya koper kecil, kok,” tolak Kiara dengan halus.

Setelah turun dari kereta, mereka berpisah. Mereka tidak saling bertukar nomor kontak. Bahkan Kiara tak mengenalkan Alaric kepada Livia yang sejak tadi mengikuti langkah mereka. Menurut Kiara itu tidak perlu. Karena ia yakin sekali, ia tak akan bertemu lagi dengan Alaric. Pemuda itu hanya teman seperjalanannya dari Cannes ke Paris. Ia tak ingin lebih.






“Jangan tanya kenapa, seringkali perasaan cinta datang tanpa kita tahu apa sebabnya. Aku hanya bisa merasakannya. Perasaan suka tiap kali berada di dekatmu,” lanjut Alaric lagi, seolah ingin mencurahkan semua rasa yang ia pendam selama ini.
Kiara masih terdiam, sibuk menata detak jantungnya yang mulai tak beraturan. Ia membalas tatapan Alaric tanpa tahu harus menjawab apa.
“Kiara… apa jawabanmu?” tanya Alaric kemudian.
“Aku….” Lidah Kiara terasa masih kelu.
Alaric masih menatap Kiara lembut, dengan sabar menunggu jawaban Kiara.
“Kamu… bikin hatiku berantakan.”

***

“Kamu ingat, kan, aku pernah bilang apa arti namaku? Pemimpin yang mulia dan bunga matahari. Pasti kamu ingat juga bagaimana sifat bunga matahari, setia menghadapkan wajahnya ke matahari. Dan begitulah aku, cintaku setia hanya kuhadapkan kepadamu."

***

Novel super keren ini seperti ciri khas seri STPC Gagas Media lainnya, disisipi kartu pos dan ilustrasi menarik di setiap awal bab. Cantik banget deh. Ini contoh ilustrasinya ^_^

Beberapa ilustrasi dalam #MonteCarlo

Buat teman-teman yang ingin memesan novelku ini plus tandatangan, bisa langsung pesan ke aku. Ada diskon 10% lho. Harga normal 55.000 menjadi 49.000. Yang berminat bisa kirim email pemesanan ke rumieko@yahoo.com. Ditunggu yaaa ... Makasih teman-teman ^_^


Behind The Story

Akhirnyaaaaa ... mimpiku yang berikutnya terwujud. Novelku terbit di Gagas Media, satu dari beberapa penerbit favoritku.

Sejak dulu, aku pengagum novel-novel terbitan Gagas Media. Aku selalu berharap, suatu saat aku bisa menerbitkan novelku di Gagas Media. Percayalah, percayalah, pada mimpi-mimpimu. Karena selalu ada kemungkinan untuk terwujud.

Apa yang kualami ini adalah bukti. Tahun ini, novelku diterbitkan oleh Gagas Media. Dan yang semakin membahagiakan lagi, aku diberi kesempatan untuk menjadi salah satu penulis seri #SetiapTempatPunyaCerita Gagas Media. Ini adalah seri favoritku. Rasanya bagai mimpi menjadi kenyataan saat akhirnya novel ini benar-benar terbit.

Teringat setahun lalu di bulan April, aku diundang Bang Christian Simamora untuk datang ke kantor Gagas Media, dan ditawari menulis kisah dengan setting Monte Carlo. Bimbingan beliau, ditambah masukan dari Kak Jia Effendie dan Kak Yooki, membuatku lebih berhati-hati menggambarkan setting cerita. Aku digembleng habis-habisan, diberi petunjuk bagaimana cara menulis setting luar negeri yang benar, merangkai kata untuk menggambarkan suasana tempat di mana kisah ini berlangsung, dengan bahasa sendiri seolah aku benar-benar ada di sana.

Lalu, apakah perjalanan novel ini hingga akhirnya terbit berjalan mudah? Tentu saja tidak. Aku harus melewati beberapa kali revisi. Masukan dan saran yang tiada henti-hentinya dari editor-editor kerenku. Bersyukur, Mbak Jia yang baik mau meluangkan waktu tanya jawab perihal naskahku ini hingga melewati jam kerjanya. Ah, aku kagum sekali dengan dedikasi beliau. Beruntungnya aku ... ^_^

Dengan segala usaha keras, akhirnya ... kabar bahagia itu datang juga. Monte Carlo terbit di pertengahan Juni 2014.

Yeay!! Senangnya ... \(^_^)/

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Gagas Media, especially Bang Christian Simamora yang mempercayakan kisah Monte Carlo untuk kutuliskan. Terima kasih juga untuk editor keren yang telah memberiku banyak ilmu, Kak Jia Effendie dan Kak Yooki.

Inilah dia persembahanku terbaru, MONTE CARLO, sebuah kisah super romantis dengan setting Cannes-Nice-Monte Carlo-Paris.

Kemasan Monte Carlo yang cantik.Disisipi postcard dan pembatas buku yang cantik ^_^
Review "Monte Carlo" di Cita Cinta edisi Februari 2015


Minte Carlo masuk bagian best fiction di Gramedia Puri Mal

Rak khusus seri setiap tempat punya cerita di Gunung Agung BIP Bandung.
Ada Monte Carlo ^_^


Wah, tweet-ku ini banyak yang view
Semoga jadi banyak yang minat beli ;)



Me and My Monte Carlo
Oya, tanggal 4 Juli kemarin Gagas ultah yang ke 11 tahun. Ugh, udah gedeee ^_^



Ini ucapan selamat ultah dariku untuk Gagas Media ^_^