Laman

Sabtu, 09 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Piknik ke Baturaden dan Gua Jatijajar

Tanggal 3 Desember. Yeaaay, inilah puncak liburan awal tahun kami. Sudah direncanakan seminggu sebelumnya.

Kami harus bangun pukul 4 pagi, karena tepat pukul 6 pagi, mobil yang akan membawa kami berwisata sudah menjemput kami.

Total kami ada ber 14 orang. waaah, bayangin ramenya. Aku, adikku, Mbak Nany sepupuku yang dari Belanda, bulikku, Erma sepupuku yang tinggal di Salatiga bersama suami dan satu anaknya, Mei sepupuku yang tinggal di Janten bersama suami dan anaknya, sepupuku Lala dari Jakarta bersama istri dan dua keponakan.

Serunyaaaa, jadi ingat film Home Alone yang akan piknik bareng-bareng itu. Kami naik mobil isuzu elf yang muat untuk kepasitas 15 orang.

Tujuan pertama adalah Baturaden di Purwokerto. Jauh juga yaaaa... kami sampai di sana pukul 11 menjelang siang. Memang sempat berhenti agak lama untuk sarapan di tempat istirahat yang tersedia di sebuah pom bensin.

Sesampai di Baturaden, penuuuuuh sekali pengunjungnya. Yaaah, masa liburan rame-rame begini, semua tempat wisata memang penuh.






Agak lama kami di sini. Keponakan-keponakan berendam di kolam pemandian air panas. Sementara tante-tante dan om-om memilih duduk saja di tikar menikmati pemandangan sambil minum teh dan ngemil.

Saat aku shalat, musholanya juga benar-benar full sekali. Antri dan padat. Jadinya shalat di jama' dan qadha saja karena untuk memberi kesempatan pada yang lain.

Tapi airnya memang enak, dingin dan jernih, karena langsung dari sumber mata air pegunungan.

Kami di sini hingga pukul setengah 3. Lalu perjalanan dilanjutkan ke tempat wisata kedua, Gua Jatijajar di Kebumen.


Baru kali ini aku berkunjung ke Gua ini. Cukup surprise karena ternyata tidak kalah indah dengan Batu Caves di Kualalumpur. Hanya saja sayangnya, tempat wisata ini kurang tertata apik. Menurutku terlalu banyak orang berjualan, memberi kesan kotor jadinya. Berharap suatu hari nanti bisa lebih diperindah lingkungannya, agar bisa menarik minat tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga mancanegara.


Awalnya aku kira ini dicoret-coret pengunjung, ternyata sepertinya bukan,
karena letaknya tinggi sekali dan ada nama-nama Belanda serta tahun dulu banget.



Di dalam gua, ada diorama kisah dongeng Lutung Kasarung, dengan patung-patung seukuran manusia.

Patung diorama di dalam gua




Di beberapa bagian, pengunjung bisa merasakan sungai bawah gua yang mengalir deras. Sayangnya, sudah pada kecapean, jadi tidak ada yang berniat mencoba nyemplung ke sungai itu. Padahal, sudah terbayang, airnya pastiiiii sejuk banget.



Demikianlah liburan akhir tahun 2015 dan awal tahun 2016 kami. Sangaaat memuaskan dan menyenangkan berkumpul bersama saudara-saudara setahun sekali.

Semoga tahun depan kami bisa berkumpul lagi. Mungkin dengan jumlah peserta lebih banyak. Aamiin ^_^


Jumat, 08 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Makan Malam di Jogja

Walau sekarang sudah kembali ke Jakarta, tapi aku masih akan melanjutkan berbagi cerita tentang liburan akhir tahun di Jogjakarta.

Setelah di hari pertama Januari 2016 kami berlelah-lelah mendaki puncak kebhn teh Nglinggo Kulonprogo, esoknya tanggal 2, aku bisa istirahat sejenak. Sementara adikku, sepupu dan dua keponakanku touring naik motor beriringan menuju Kota Jogja. Jarak dari Desa Janten kurang lebih 45 km, 1 jam dengan kendaraan bermotor.

Barulah sesudah maghrib, kami yang lainnya menyusul ke Jogja untuk makan malam bersama.
Yeah, untuk makan malam saja kami ke Jogja lho...sekalian jalan-jalan.

Kami makan di rsto lesehan bale ayu. Tempatnya lumayan nyaman, di pinggiran sawah. Menunya sepertinya enak-enak. Tapi nunggunya memang agak lama.

Melihat menunya aku langsung tertarik dengan minuman wedang plethok. Dari fotonya biasanya minuman ini disebut wedang uwuh. Dipenuhi rempah-rempah yang sengaja dibiarkan masih di dalam gelas dalam keadaan utuh. Ada jahe, kapulaga, sereh, kayu secang yang membuat minuman berwarna merah. Di piring kecil yang dijadikan tatakan gelas, diberikan irisan jeruk nipis. aku pikir jeruk nipis itu untuk diperas ke dalam minuman. ternyata setelah kuperas, warna merah dari kayu secangnya menghilang berubah jadi kuning saja.

Yaaah, jadi kurang cantik penampilannya. Ternyata air jeruk nipis melunturkan merahnya. Lain kali nggak usah dikasih jeruk nipis deh ...



Penuh rempah, segaaar

Yang enak itu ... cumi masak telor asin



Jumat, 01 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Tahun Baruan, bakar ikan, pesta duren, jalan-jalan ke kebun teh Kulonprogo

Selamat tahun baru 2016!

Tahun ini aku merayakan tahun baru di Desa Janten. Kami membakar ayam yang dibentuk sate, ikan dan cumi untuk dinikmati bersama. Sejak sore, sepupu dan dua keponakanku datang ikut bergabung untuk merayakan pergantian tahun di desa yang damai ini.

Sambil mengipas-ngipas sabut kelapa yang dibakar di tungku tanah liat untuk memanggang, sesekali mencicip yang sudah matang, menunggu jarum jam tepat menunjuk angka 12.

Mbak Nany membuat api unggun dari ranting-ranting kering
 yang rontok di pekarangan rumah

Nyate ayam
Kipas-kipas
Nyalain kembang api pas jam 00:00
Keponakanku nggak sabar main kembang api

Nggak terasa, tahun semakin bertambah. Tak ada yang berubah, hidup tetap butuh perjuangan. Sesekali butuh piknik untuk merelaksasi hati dan pikiran.

Esok paginya, kami tetap bangun pagi lho, walau malamnya tidur pukul setengah 2. Desa Janten dianugerahi hujan sangat deras hingga menjelang siang hari.

Pukul satu siang, sepupuku mengajak kami ke rumah temannya di Purworejo untuk pesta duren. Daerah Purworejo memang dikenal sebagai penghasil duren enak. Dan benar saja, durennya benar-benar enaaaak. Daging buahnya tebal, harum dan manis. Enam buah duren langsung diserbu 12 orang sekaligus! Bulikku nggak ikut makan karena darah tinggi, Linggar juga belum boleh makan karena masih baby 7 bulan :D

Serbuuuuuu
Langsung ludes, nggak sempat difoto
Tinggal satu nih 
Duren tersisa yang sempat difoto sebelum dilahap.
Mantap kaaan?
Tampang-tampang kekenyangan duren

Setelah puas makan duren, teman sepupuku mengantar kami ke tempat wisata baru di Samigalih Kulonprogo yang berbatasan dengan Purworejo.

Ternyata di hamparan perbukitan tinggi di sini dijadikan kebun teh yang baru dibuat tahun 2014.

Jalan menuju tempat ini sangat berliku dan banyak tanjakan curam. Mobil kami sempat tidak kuat menanjak di bagian tanjakan curam yang membelok. Terpaksa aku, Mbak Nany, Mas Ari dan bulik keluar dari mobil supaya mobil menjadi lebih ringan.

Di tikungan ini memang sering terjadi mobil tidak kuat menanjak. Karena itu ada beberapa pemuda yang berjaga di sini, siap membantu mengganjal roda belakang mobil yang kesulitan menanjak dengan batu. Mereka bekerja tanpa pamrih lho, sepertinya sih mahasiswa KKN gitu ... ^_^

Akhirnya kami berempat berjalan kaki menanjak, menunggu jalan agak datar baru bisa naik mobil lagi. Tapi ternyata jalannya menanjaaak terus. Membuat mobil tidak bisa berhenti karena khawatir malah merosot.

Tak lama adik dan keponakanku yang naik motor kembali menjemput kami yang berjalan kaki, menuju tanah datar yang dijadikan tempat antri untuk masuk ke wilayah perkebunan teh.

Setelah membeli tiket dan menunggu giliran naik, barulah mobil kami melaju lagi. Lagi-lagi jalan menanjak, hingga tampaklah hamparan pohon teh di perbukitan. Udaranya sejuuuuuk sekali.

Hei, hei, nggak sangka di Kulonprogo ada tempat seindah ini ^_^


Tangganya masih seperti ini untuk menanjak ke puncak

Di salah satu puncak bukit, ke sininya penuh perjuangan



Rame-rame bersama sepupu2, keponakan, serta teman sepupuku yang sudah mentraktir duren enak

Yeah, tahun baru ini seru banget. Kumpul bareng saudara-saudara, menikmatinya jauh dari keriuhan ibu kota. Sungguh tak terlupakan. ^_^






Kamis, 31 Desember 2015

#YearEndHoliday part 2 : Pantai Indrayanti Wonosari, Gunungkidul. Pantai berpasir putih



Sejak sering membaca informasi tentang pantai berpasir putih ini, penasaran ingin tahu seperti apa. Ternyata perjalanan menuju pantai ini lumayan jauh.

Berliku-liku, naik turun, terkadang jalan yang dilalui menanjak agak curam, namun karena kanan-kiri disuguhi pemandangan indah, pepohonan, lembah hijau dan sawah terasering, perjalanan menuju pantai menjadi menyenangkan.

Pantai Indrayanti awalnya bernama Pantai Pulang Sawal. Tapi karena di dekat pantai ini ada Hotel Indrayanti, nama pantai ini pun lebih dikenal sebagai Pantai Indrayanti.

Tak menyangka, pantai ini ternyata penuuuuh sekali. Menjadi agak kurang nyaman. Sebenarnya pantainya bagus, tapi karena terlalu penuh orang, keindahannya jadi tertutupi.

Walau begitu, nggak menyesal datang ke pantai ini. Menyadarkan betapa Indonesia memang dikaruniai keindahan alam tiada tara. Begitu banyak pantai, gunung, gua, yang membuat hati senang saat mengunjunginya.


Pasir putih

Karena di sini panas sangat terik, disediakan payung-payung yang bisa disewa, dilengkapi tikar. Biayanya hanya 20.000 saja sampai sepuasnya.
Tiket masuk ke pantai ini cukup 10.000 saja.

Ada yang bilang, buat orang Jogja, tak usah jauh-jauh ke Bali jika ingin menikmati pantai berpasir putih. Cukup ke deretan pantai di Gunungkidul saja. Suasananya nggak jauh beda.

Yang sudah pernah ke sini, bagaimana pendapatnya? ^_^


Terik sekali di pantai ini. Pukul 10 pagi sudah serasa pukul 12 siang. Lalu kami ke bagian yang berada di pinggiran tebing karang yang menjorok ke laut. Agak teduh di sini. Bisa merendam kaki di antara batu-batu karang.

Pukul 11 lebih, ombak semakin tinggi dan ganas. Jilatan gelombang hampir mencapai tempat kami menyewa tikar dan payung. Saatnya untuk menyudahi kunjungan kami ke pantai ini.

Setelah membersihkan tubuh dari air laut yang lengket, istirahat sebentar, lalu kami kembali ke Kota Jogja. 

Kunjungan selanjutnya ke Keraton Jogjakarta. Waah, karena bertepatan dengan liburan akhir tahun, Kota Jogja penuuuuuuh banget. Dan begitu deh tempat wisata di Indonesia kalau penuh pengunjung. Jadi banyak sampah... sedih.


Bagian keraton yang boleh dikunjungi wisatawan sedang kosong. Nggak ada kereta kencana dan seperangkat gamelan yang biasanya dipajang. Katanya sih karena beberapa malam sebelumnya digunakan untuk acara sekatenan. Mungkin sedang dibersihkan.

Nggak lama di keraton, setelah berkeliling, perjalanan kami lanjutkan ke Taman Sari yang nggak jauh dari Keraton. Dulunya ini tempat pemandian calon-calon selir Raja.

Di sini pun penuuuuuuhnya bukan main. Jadi nggak bisa memotret keindahan bangunannya. Di mana-mana ada orang.




Kali ini aku berusaha menemukan Masjid masa lalu yang berada di bawah tanah. Dua tahun lalu nggak kesampaian mengunjunginya.

Aiiiih, ternyata di sini juga penuuuuuuh pengunjung. Susah deh pengin foto-foto ... mungkin lain waktu ke sini lagi saat suasana tidak sepenuh ini. Supaya bisa meng-eksplore tempat ini lebih detail. 

Setidaknya rasa penasaranku sudah terjawab, di mana letak tangga di atas sumur kering menuju empat penjuru yang sering jadi lokasi foto prewedding, juga sering muncul di acara tv dan ftv :)