Laman

Minggu, 25 Mei 2014

Film Prancis : Mayrig and 588 Rue Paradis

Mayrig dan 588 Rue Paradis


Sumber foto : www.dpstream.net

Sumber foto : www.t411.me

Film Prancis yang mengharukan. Diawali dengan Mayrig kemudian dilanjutkan dengan 588 Rue Paradis.
Dari film ini, penonton mendapat sedikit pengetahuan tentang budaya Armenia.

Film ini diproduksi tahun1992. Merupakan film semi-autobiographical yang ditulis dan disutradarai oleh seorang Prancis-Armenian bernama Henri Verneuil

Berkisah tentang keluarga Armenia sederhana yang mencoba bertahan hidup di Prancis. Mereka adalah keluarga Armenia yang melarikan diri dari genosida Turki di Armenia. Suami istri Zakarian memiliki seorang anak lelaki bernama Azad Zakarian. Anak mereka disekolahkan di sekolah khusus laki-laki yang terbaik. Tak peduli biayanya mahal, mereka ingin Azad kelak menjadi orang sukses.

Dalam Mayrig, cerita lebih fokus pada keluarga Zakarian yang sederhana. Bagaimana ayah, ibu, bibi dan nenek Azad Zakarian sangat mencintai anak itu. Walau berlimpah kasih sayang dari keluarganya yang sederhana, tapi Azad tidak tumbuh menjadi anak manja.

Azad Zakarian, sejak kecil terbiasa tegar
Sumber foto : www.dvdcritique.com

Sebagai anak yang berbeda sendiri di antara teman-teman sekelas, Azad harus tegar menghadapi bully dari teman-teman Prancisnya yang menganggapnya asing. Namanya dianggap aneh karena bukan nama Prancis. Ia juga dianggap berbeda hanya karena ia pergi ke gereja yang berbeda. Saat teman-temannya bermain bola, Azad hanya bisa menonton karena ia tidak diperbolehkan ikut.

Syukurlah ia punya ayah, ibu, bibi dan nenek yang sangat menyayanginya. Sebaliknya, Azad juga sangat mencintai keluarganya. Sehingga ia tidak berterusterang menceritakan perlakuan teman-teman sekolahnya yang mengucilkannya. Azad selalu berbohong dengan mengatakan teman-temannya baik. Ia hanya tak ingin mengecewakan ayah dan ibunya.

Keluarga Zakarian. Ayah, ibu, Azad, oma dan bibi
Kasih sayang keluarga yang membuat Azad tetap bertahan, hingga akhirnya berhasil kuliah di kampus bergengsi dan lulus dengan nilai baik.

Keluarganya menyambut gembira kelulusan Azad. Mereka menyambut Azad pulang dengan berbagai makanan khas Armenia yang banyak dan beraneka ragam. Walau keluarga mereka hanya keluarga sederhana, tapi demi merayakan keberhasilan Azad, ayah dan ibunya rela berkorban. Bahkan ayah dan ibu Azad menjual cincin kawin mereka dan menggantinya dengan cincin baru sebagai hadiah kelulusan Azad.

Sayangnya kebahagiaan Azad tidak ikut dirasakan neneknya yang wafat saat Azad masih di sekolah menengah.

Dalam 588 Rue Paradis, kisah keluarga Zakarian terus berlanjut. Azad sudah dewasa, dia menjadi sutradara drama sukses di Paris. Menikah dengan seorang wanita Prancis dan memiliki satu anak lelaki dan satu anak perempuan. Istrinya ini membentuk image Azad menjadi orang Prancis tulen dengan mengganti nama Azad menjadi Pierre Zakar.

Suatu hari datang seorang lelaki yang ternyata teman masa sekolah dasar Pierre alias Azad. Lelaki itu datang untuk meminta agar anaknya yang bercita-cita menjadi aktor bisa ikut serta berakting dalam drama yang disutradarai Pierre. Pierre ingat, lelaki itu dulu saat mereka masih kecil, pernah meremehkannya dan menjadikannya bahan ejekan bersama teman-temannya yang lain.

Lelaki itu tinggal di komplek perumahan elit di Rue Paradis nomor 412. Rue Paradis yang bernomor lebih dari 400 adalah perumahan mewah milik orang-orang kaya, sedangkan yang bernomor di bawah 400, adalah komplek perumahan sederhana, salah satunya rumah keluarga Zakarian.

Azad heran saat suatu hari, ibu temannya yang kaya itu, mengundangnya ke pesta minum teh. Padahal Azad tidak kenal dekat dengan temannya itu. Tapi keluarga Zakarian sangat bangga melihat Azad diundang keluarga terpandang. Mereka menyambut sukacita. Bahkan menyiapkan kue khas Armenia yang nanti akan dibawa Azad untuk diberikan kepada ibu temannya itu. Satu keluarga membuat kue istimewa itu. Kue itu harus didiamkan selama 3 hari agar rasanya meresap. Ketika tiba saatnya Azad datang ke undangan pesta minum teh itu, ibunya mengantar Azad ke rumah temannya itu.

Azad memberikan kue dari keluarganya kepada pelayan keluarga temannya yang menyambutmnya di depan pintu. Kemudian Azad diantar ke ruang tengah. Teman-temannya sudah berkumpul di sana. Satu pun tak ada yang dekat dengan Azad. Mereka kembali mengejek Azad beramai-ramai.

Sampai kemudian saat makan tiba, mereka semua duduk mengelilingi meja makan. Azad dipesankan keluarganya, adat Armenia mengharuskannya menolak sebanyak 3 kali saat ditawari makanan. Tapi bagi orang Prancis, sikapnya itu dianggap artinya ia tak suka makanan yang disuguhkan. Sehingga sekali saja Azad menolak, ia tak ditawari lagi. Teman-temannya meledeknya lagi. Dalam hati Azad yakin, teman-temannya pasti nanti akan memujinya saat kue yang dibawanya dihidangkan. Karena itu adalah kue Armenia paling enak yang dibuat keluarganya penuh cinta. Tapi hingga acara makan berakhir, kue itu belum dihidangkan juga.

Azad yang penasaran diam-diam ke dapur ingin tahu apa yang terjadi dengan nasib kue yang dibawanya. Ternyata ia melihat kue yang dibuat dengan susah payah oleh keluarganya itu sedang dimakan para pelayan. Rupanya ibu temannya enggan memakan kue itu, menganggap remeh makanan Armenia, yakin sekali rasanya tidak enak.

Karena kecewa, Azad segera pamit pulang. Di depan pintu rumah mewah itu, ibunya sudah menunggu, menanyakan apakah teman-teman Azad menyukai kue buatan keluarga Azad? Lagi-lagi Azad berbohong, ia menjawab, teman-temannya suka sekali kue itu, dan menghabiskannya sampai menjilati jari-jari mereka. Azad senang melihat ibunya tersenyum bahagia.

Semua kenangan masa kecil itu tak bisa dilupakan Azad. Sekarang, setelah ia sukses, teman yang dulu mengejeknya itu memohon padanya untuk menerima anaknya yang ingin jadi aktor. Azad penasaran, ia bertanya pada temannya itu, kenapa saat mereka sekolah dasar dulu, temannya itu mengundang Azad ke rumahnya kalau akhirnya hanya untuk diejek. Temannya itu bahkan tidak ingat pernah mengundang Azad.

Azad hanya tersnyum, ia mencari alasan agar tak perlu menerima anak temannya itu.

Selain itu, Azad juga harus menghadapi istrinya sendiri yang juga selalu menghina ayah ibunya dianggap kampungan, karena hanya orang Armenia bukan orang Prancis asli yang dianggapnya lebih terhormat.

Lama kelamaan, Azad kesal pada istrinya yang selalu menghina keluarganya. Apalagi saat istrinya menuduh ibunya telah mempengaruhi anak mereka setelah anak lelaki mereka mengganti nama menjadi Zakarian dan anak perempuan mereka belajar bahasa Armenia. Istrinya yang sudah susah payah membentuk anak-anaknya menjadi orang Prancis asli marah sekali menghadapi sikap anak-anaknya ini dan menyalahkan ibunda Azad.

Sikap istrinya ini membuat Azad semakin kecewa. Setelah ayahnya meninggal, Azad lebih memilih menemani ibunya di rumah  mereka yang sederhana dulu. Ia memilih berpisah dengan istrinya setelah istrinya memberinya pilihan, memilih istrinya atau ibunya. Dengan yakin Azad memilih ibunya.

Ending ceritanya mengharukan saat akhirnya Azad bisa membelikan ibunya sebuah rumah ala Armenia di 588 Rue Paradis. Jalan ini hanya selisih beberapa blok dari rumah sederhana mereka dulu. Bedanya, Rue Paradis nomor 588 ini adalah perumahan mewah. Rumah yang dibelikan Azad untuk ibunya itu berhalaman sangat luas. Penuh bunga mawar merah jambu kesukaan ibunya, dilengkapi sebuah kolam dengan air mancur. Persis seperti rumah idaman ibunya.

Saat ibunya bertanya pada Azad,"Ini rumah siapa, Nak?"

Azad menjawab,"Ini rumah ibu. Di saat liburan, aku dan kedua anakku minta izin ibu, untuk tinggal di rumah ini. Bolehkah?"

Ibunya terharu mendengar jawaban Azad.

Hadiah mewah ini sebagai ungkapan kasih sayang Azad untuk ibunya. Dan rasa terima kasihnya atas kasih sayang ibunya yang tak berbatas. Ibunya menerima hadiah dari Azad ini dengan penuh haru. Teringat ayah Azad yang telah lebih dulu tiada.

Walau film ini berjalan sederhana, tapi aku menikmati setiap adegannya. Kasih sayang di antara keluarga Zakarian yang sederhana membuatku terharu. Terutama kasih sayang Azad pada ibunya membuatku tergerak ingin lebih menunjukkan rasa cintaku kepada bapak dan ibuku.

Film yang menyentuh perasaan banget ...

Azad setelah dewasa, membahagiakan ibunya yang sangat dicintainya
Yang aku suka dari film berbahasa Prancis, karena bahasa Prancis enak didengarkan. Walau aku sendiri tidak bisa berbahasa Prancis. Aku menonton film ini di MGM. Jadi ada teks terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Hm, ngomong-ngomong soal Prancis, aku juga menulis sebuah novel dengan setting Prancis dan Monte Carlo lho. Ada sedikit cuplikan bahasa Prancisnya juga. Yang gampang saja, seperti, bonjour, mademoiselle, monsieur, dll.

Yang suka baca novel romantis, koleksi yuuuk novel terbaruku ini. #MonteCarlo akan terbit akhir Juni 2014 ^_^


Ini juga novel baruku yang recommended lho. #HatikuMemilihmu


 Dan ada juga teenlit seru yang akan terbit 9 Juni 2014 #CintaValenia


Jumat, 23 Mei 2014

Once Upon A Dream, Come to England

Kenapa aku harus ke Inggris?

London, Liverpool, The Beatles, Eleanor Rigby, sebuah toko antik di salah satu sudut kota London ... semua itu berbaur menjadi satu dalam kisah rekaanku. Aku yang belum pernah menjejakkan kaki di Inggris, berani sekali menulis sebuah naskah novel dengan setting London dan Liverpool. Dari mana aku bisa tahu dan bagaimana aku bisa menggambarkan dengan tepat seperti apa suasana di sana? Aku kan belum pernah ke sana.

Aku mendapat informasi semua hal tentang Inggris melalui internet. Selain mendapat informasi juga dari sepupuku yang tinggal di Belanda dan tahun lalu jalan-jalan ke London.

Jadilah aku minta dia untuk menceritakan suasana London seperti apa. Walau pun aku belum pernah ke sana, tapi dari cerita sepupuku, aku bisa membayangkan seperti apa suasana London. Apalagi dia juga mengirimkan foto-fotonya saat di sana. Ah, bikin makin pengin ke sana aja deh ^_^

Salah satu sudut Kota London. Foto oleh-oleh sepupuku.

Uggh, kalau mendengar cerita sepupuku, rasanya mengaduk-aduk perasaan. Iri bercampur harap, suatu saat aku juga bisa ke sana. Sayangnya aku belum punya kesempatan untuk keliling dunia seperti dia. Yaah, aku tidak seberuntung sepupuku yang bekerja dan tinggal di Eropa. Aku di sini entah harus menabung berapa tahun kalau ingin jalan-jalan ke London.

Sepupuku bilang, dari Amsterdam, London bisa dicapai dengan naik kereta api melalui terowongan bawah laut. Wuiiih, canggih banget, kan? Sampai sekarang aku nggak mengerti bagaimana cara membuat terowongan bawah laut. Hm, tentunya konstruksinya harus kuat sekali, nggak kebayang kalau ada kebocoran, air laut bisa masuk semua ke dalam terowongan itu. Nyatanya, teknologi yang dicapai manusia memang canggih. Terowongan bawah laut yang menghubungkan London dengan beberapa negara di sekitarnya itu baik-baik saja hingga kini.

Aku juga membuat adegan di London Bridge dalam draft naskah novelku itu. Dengan melihat foto yang dikirimkan sepupuku, aku bisa tahu seperti apa jembatan London itu dan bagaimana suasana di sekelilingnya. Ya, ya, ya, melihat fotonya membuatku semakin ingin berkunjung ke sana ...

Sepupuku saat mejeng berlatar belakang London Bridge
Bikin mupeeeeng >.<

Oya, ada juga adegan di London Eye dalam draft naskah novelku itu. Sayangnya sepupuku enggan naik London Eye, padahal aku ingin tahu gambaran detail wahana yang satu itu dan bagaimana rasanya berada di dalamnya kemudian perlahan-lahan kapsul yang ditumpangi pengunjung naik hingga posisi tertinggi. Dari ketinggian itu, pengunjung wahana dapat menyaksikan pemandangan ke seluruhan Kota London. Sepupuku hanya memberiku oleh-oleh foto pintu masuk London Eye.

Foto entrance London Eye oleh-oleh sepupuku
Aiiihhhh, harus bisa ke sanaaa ^_^

Dari cerita sepupuku juga aku tahu, di London, masih dipertahankan ikon-ikon kotanya, beberapa di antaranya Red double-decker bus, dan Red Phone booth. Semua masih terawat baik hingga kini. Dan menjadi ciri khas Kota London yang abadi.

Dua ikon Kota London yang nggak ada matinya
Sumber foto : tripwow.tripadvisor.com

Semua kujadikan masukan sebagai referensi membangun setting cerita dalam kisah imajinasiku ini. Tapi walau pun sudah diceritakan dan dikirimi berbagai foto suasana London, andai mendapat kesempatan untuk bisa melihat langsung suasana London, tentunya lebih baik, bukan?

Dan mataku berbinar-binar saat membaca pengumuman Mister Potato yang di-share di twitter tentang ke Inggris gratis bareng Mister Potato. Wuaaah, ini benar-benar berita gembira! Mimpiku untuk bisa survei lokasi London dan Liverpool mendapat kesempatan untuk terlaksana. 

Yup! Aku langsung semangat ikut serta. Berharap semoga bisa terpilih untuk berangkat ke Inggris bersama Mister Potato. Segera aku membeli Mister Potato berbagai rasa dan foto selfie bersama Mister Potato. Ini dia hasil fotonya! Aaah, semoga mimpiku berkunjung ke London dan Liverpool benar-benar terwujud. Aamiin.

Twitterku @rumieko juga sudah follow @MisterPotato_ID, dan facebook-ku https://www.facebook.com/arumi.ekowati juga sudah like fanpage Mister Potato Indonesia

England, wait for me!! I'm coming!! ^_^










Rabu, 21 Mei 2014

I AM "SHER" LOCKED, falling in Love with England

Kenapa aku harus ke Inggris?

INGGRIS. Sejak kecil aku sudah dikenalkan suasana Inggris dari novel yang pertama kali kubaca. Berjudul "Karang Setan". Salah satu serial Lima Sekawan karya pengarang Inggris terkenal, Enid Blyton.

Ibuku menghadiahiku novel ini saat aku naik ke kelas lima SD. Waah, senangnya bukan main. Sejak SD, aku memang sudah hobi berkhayal. Khayalanku itu sering kutuliskan di buku tulis yang kubeli khusus. Tiap kali aku mengerjakan PR, di samping buku pelajaran, buku khususku itu selalu ada, supaya saat tiba-tiba aku mengkhayalkan sesuatu, aku bisa langsung menuliskannya di situ.

Terbayang saat akhirnya ibuku menghadiahi aku sebuah novel. Itu adalah novel pertama yang kubaca, karena sebelumnya aku hanya membaca majalah anak Bobo dan komik Donal Bebek. Setelah selesai membacanya, imajinasiku semakin berlipat-lipat. Apalagi setelah ibuku menghadiahkan serial Lima Sekawan lainnya. Waah, aku langsung membayangkan menjadi detektif anak-anak juga seperti Georgina Kirrin, Julian, Dick dan Anna.

Ini dia tulisanku saat kelas 5 SD dulu yang terinspirasi Lima Sekawan.
Aku beri nama serial "Tiga Serangkai"
Dilengkapi ilustrasi karyaku sendiri loh ^_^

"Karang Setan" sangat melekat dalam benakku. Petualangan Lima Sekawan di Mercusuar itu membuatku terobsesi ingin berkunjung ke Mercusuar juga. Obsesi yang sampai detik ini belum kesampaian. Aku pun terinspirasi membuat cerita seperti Lima Sekawan juga. Tapi karena dulu aku belum bisa mengetik, aku menulisnya di sebuah buku tulis hingga penuh. Aku lengkapi dengan ilustrasi karyaku sendiri. Seolah-seolah benar-benar seperti novel. Aku buat karakternya berdasarkan karakterku sendiri dan karakter dua sahabatku. Kuberi nama serial ini "Tiga Serangkai". Sampai aku kelas 6 SD, aku berhasil membuat 3 judul seri "Tiga Serangkai" loh. Dan aku bisa melakukannya karena aku membaca novel Lima Sekawan karya Enid Blyton itu.

Kenangan kisah dalam buku itu terus melekat dalam benakku. Memupuk kesukaanku pada suasana Inggris yang tergambar dalam novel itu. Khayalanku tentang Inggris semakin menjadi saat di SMP aku mulai membaca novel-novel detektif karya Agatha Christie. Sampai masa SMA, kuliah dan akhirnya bekerja, favoritku tetap Hercule Poirot.

Inggris memikatku dari tiga sisi. Novel-novel karya penulis-penulisnya, film-filmnya dan musiknya, terutama The Beatles. Kesukaanku pada The Beatles dimulai masa kuliah. Saat teman lain mendengarkan musik terbaru di masa itu, aku nggak bisa move on dari The Beatles. Favoritku tentu John Lennon. Walau John Lennon saat itu sudah tiada dan personil lain sudah tua, aku tetap suka The Beatles.

Aku juga mendengarkan musik dari penyanyi dan band lain tentunya, tapi kesukaanku pada yang lain nggak ada yang seabadi kesukaanku pada The Beatles. Karena itulah, mengunjungi kampung halaman The Beatles adalah salah satu cita-citaku dari sekian banyak cita-cita.

Di bidang cerita fiksi asal Inggris, tokoh favoritku tetap Hercule Poirot. Sampai kemudian muncul Harry Potter dan aku juga tergila-gila pada penyihir keren yang satu itu. Aku terkagum-kagum pada J.K Rowling yang bisa menuliskan kisah Harry Potter sedemikian serunya. Hebat banget!

Sementara di bidang film, aku suka dengan film Inggris bersetting Inggris tahun 1800-an. Salah satu yang memikat minatku adalah Pride and Prejudice. Aih, membuatku semakin ingin datang ke sana. Berkunjung ke London dan mampir ke pedesaan Inggris juga.

Sampai kemudian aku terpikat pada salah satu tokoh terkenal Inggris, Sherlock Holmes. Yup! Aku sudah lama tahu tentang Sherlock Holmes. Bahkan ketika aku masih menganggap Hercule Poirot adalah detektif favoritku, aku sudah pernah membaca kisah Sherlock Holmes. Tapi saat itu aku masih belum terlalu terkesan, walau aku tahu, Sherlock Holmes tokoh yang cerdik dan cerdas.

Sampai kemudian aku menonton serial terbaru Sherlock Holmes yang dipindahkan ke setting waktu modern. Wow! Mataku seperti baru terbuka. Benedict Cumberbatch benar-benar melebur ke dalam karakter Sherlock Holmes, membuatku baru menyadari detektif ini keren juga yaaa. Karakternya bikin gemas, pintar tapi ngeselin, genius tapi sociopath gitu. Sering menguji kesabaran John Watson ^_^

I AM 'SHER' LOCKED

Sumber foto : www.fanpop.com

Aku akui, Inggris memang menakjubkan. Banyak sekali hal hebat yang lahir dari Inggris. Oh, jangan lupa, Charlie Chaplin seorang pelawak, aktor dan penulis lagu "Smile" yang genius itu juga berasal dari Inggris. Dan Mr. Bean, sumpah, selalu membuatku tertawa puas tiap kali menonton tingkahnya di film serinya.

Apalagi hal hebat yang berasal dari Inggris? Terlalu banyak, nggak mungkin disebutkan semuanya.
Aku juga senang membaca dan menonton berita tentang keluarga Kerajaan Inggris. Satu-satunya negara kerajaan yang mampu mengalihkan pandangan mata masyarakat dunia ke Inggris saat negara itu menyelenggarakan pernikahan sang pewaris tahta yang megah bak di negeri dongeng.

Aku nggak beranjak dari depan tv selama detik-detik pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton disiarkan. Saat keduanya naik kereta kencana dari gereja menuju istana setelah resmi menjadi suami istri. Kemudian sesampai di istana mereka muncul di balkon menyapa rakyat yang sudah berkumpul menunggu di bawah mereka. Beneran deh, persis banget kisah dongeng putri dan pangeran. Betapa hebatnya Inggris. Pernikahan pangeran pewaris tahta kebanggan mereka disiarkan secara live oleh hampir semua stasiun televisi di Indonesia. Wow!!

Jadi, wajarlah kalau aku pengiiiiiin banget ke Inggris. Banyak hal menarik dan hebat yang perlu dikunjungi. Apalagi 7 destinasi wisata yang ditawarkan Mr. Potato itu kesukaanku semua.

Harus banget nih ke sini.
Benedict, wait for me ^_^
Sumber foto : www.lorcan.biz

Bisa ke Inggris, apalagi kalau gratis, tentunya akan menjadi impian sejak kecil yang mewujud nyata. Dan satu lagi, selain itu, kalau aku benar-benar bisa ke sana, aku bisa sekalian survei lokasi untuk novelku yang sekarang ini sedang dalam tahap pemeriksaan oleh editorku. Novel bersetting London dan Liverpool yang terinspirasi lagu "Eleanor Rigby" The Beatles. Aku akan bilang pada editorku, siap-siap mungkin nanti ada bagian yang aku ubah setelah aku melihat Inggris langsung dengan mata kepalaku sendiri. Aku bisa membayangkan betapa kerennya jika di novelku itu ditambahkan fotoku saat berada di sana. Dan foto profilku yang tersemat di sana adalah fotoku bergaya di Abbey Road. Wuaaaah, indah banget yaaaa mimpiku ini ...

Twitterku @rumieko sudah follow @MisterPotato_ID, lho. Dan facebook-ku https://www.facebook.com/arumi.ekowati juga sudah like fanpage Mister Potato Indonesia

Ssstt, ini bukan mimpi sembarangan. Ini adalah mimpi yang punya peluang untuk terwujud. Karena itu aku langsung bergaya selfie bareng Mr. Potato. Semoga aku terpilih ikut ke Inggris gratis. Aamiin ... Doakan ya teman-teman ... ^_^







Senin, 19 Mei 2014

Saving Mr. Banks : Proses novel Mary Poppins diadaptasi menjadi film

Sumber foto : www.forum.indowebster.com


SAVING MR. BANKS

Hm ... aku menonton film ini tanpa membaca lebih dulu resensi filmnya. Aku belum tahu ini bercerita tentang apa. Aku tertarik menontonnya hanya karena aku tahu pemeran utamanya adalah Tom Hanks, aktor favoritku yang aktingnya tak perlu diragukan lagi. Selalu asyik untuk dilihat.

Setelah aku menontonnya pada awal film, dan tahu ini berkisah tentang seorang penulis, waaah, aku semakin antusias menontonnya. Sebagai seorang yang juga hobi menulis, aku selalu tertarik menonton kisah-kisah yang tokohnya penulis cerita fiksi.

Nama penulis di film ini adalah P.L. Travers. Hm, aku masih belum kenal penulis ini, belum tahu juga apa buku karyanya. Sampai kemudian diceritakan ia adalah penulis novel anak berkewarganegaraan Inggris dan Australia. Buku karyanya yang terkenal adalah "Mary Poppins". Ada delapan seri, berkisah tentang pengasuh anak yang disenangi anak-anak karena memiliki benda-benda ajaib. Ciri-ciri penampilannya membawa payung hitam besar dan sebuah tas besar. Dari dalam tasnya itulah barang-barang ajaibnya muncul. Mary Poppins datang dari langit dengan cara terbang bersama payung hitamnya itu.

Aku pernah mendengar nama Mary Poppins, tapi belum tahu pasti buku itu bercerita apa. Di film ini, aku baru tahu ternyata buku itu sukses di zamannya, sampai menarik minat Walt Disney untuk mengadaptasi ceritanya ke layar lebar. Butuh waktu 20 tahun lamanya bagi Walt Disney menunggu persetujuan Travers, sampai akhirnya Travers bersedia menerima tawaran Walt Disney membeli hak cerita Mary Poppins untuk diangkat menjadi film.

Beberapa buku Mary Poppins
Sumber foto : www.bookriot.com

Waah, aku jadi makin tertarik menontonnya. Karena aku pun sekarang mengalami hal yang sama. Salah satu novelku dipinang sebuah PH untuk diadaptasi menjadi film layar lebar. Alhamdulillah.

Ternyata ini adalah film yang menarik. Aku selalu suka film dengan kisah-kisah seperti ini. P.L Travers, diperankan oleh Emma Thompson, digambarkan sebagai karakter yang kaku, sukar bersosialisasi, keras dan idealis banget. Semula ia tak pernah setuju novelnya ini diangkat menjadi film. Namun karena kebutuhan keuangan yang mendesak, akhirnya ia menerima tawaran Walt Disney dengan berbagai syarat yang cukup memberatkan. Ia ingin filmnya persis seperti yang ia tulis di buku. Syarat yang diajukannya merepotkan semua orang, termasuk penulis skenario dan Walt Disney.

Aku salut dengan kesabaran Walt Disney yang diperankan Tom Hanks. Ia menuruti semua keinginan P.L. Travers. Ia memberi alasan, mengangkat Mary Poppins menjadi film adalah janjinya kepada anak-anaknya yang harus ia tepati.

Travers menetapkan aturan, ia tak mau ceritanya menjadi film kartun, harus film asli manusia. Ia juga tak mau filmnya menjadi film musikal. Padahal semua itu adalah ciri khas film Disney, biasanya selalu disertai musik yang menyenangkan.

Tapi Travers akhirnya setuju filmnya disertai lagu-lagu setelah ia mendengarkan lagu untuk film itu memang enak didengar. Kemudian Travers membuat Disney bingung saat ia mengajukan syarat tak mau di filmnya nanti ada warna merah. Dengan sabar Disney memberi pengertian. Karena setting film di London, tak mungkin tak ada warna merah. Karena ada bus double decker dan box telepon yang berwarna merah. Juga seragam tentara penjaga istana. Bahkan bendera Inggris pun ada warna merahnya.

Travers terus menguji kesabaran tim penulis skenario yang terdiri dari tiga orang, saat ia dengan teganya membuang skenario yang sudah diketik berlembar-lembar separuh cerita.

Hm, waahh. Travers ini memang keras kepala ya. Termasuk saat akhirnya ia tahu, ada adegan pemeran utama bernyanyi dan menari dengan pinguin.

"Bagaimana cara kalian mendapatkan pinguin yang bisa menari? Kan susah mengajarkan menari pada pinguin," tanya Travers pada tim penulis skenario.

"Itu mudah diatur. Kami menempatkan pinguin-pinguin kartun untuk menari dan menyanyi bersama Dick Van Dyke yang berperan sebagai Mr. Banks," jawab salah satu penulis skenario.

Travers terkejut mendengar itu. Ia kecewa dan marah karena Disney tidak menepati janjinya. Baginya tak ada toleransi, ia tak mau ada kartun di dalam filmnya. Ia pun membatalkan kesepakatannya untuk memberi hak ceritanya dijadikan film oleh Disney. Travers segera kembali ke London.

Disney tak mau menyerah begitu saja. Ia menyusul Travers. Dan sekali lagi mencoba memberi pengertian. Ia bercerita bagaimana hidupnya dulu sangat susah ketika kecil, tapi sekarang ia menjadi sukses bermula dari imajinasinya tentang seekeor tikus. Ia paham mengapa Travers tak mau menyerahkan karakter ciptaannya Mary Poppins begitu saja. Sama seperti Disney yang juga mencintai karakter rekaannya Mickey Mouse. Tapi karena ingin anak-anak di seluruh dunia gembira terhibur Mickey Mouse, ia bertekad akan selalu membuat film menarik dan menyenangkan yang happy ending. Karena kenyataan hdup sudah terlalu berat, lebih baik dikenang dengan cara yang menggembirakan.

Walt Disney bayangannya Mickey Mouse, P.L. Travers bayangannya Mary Poppins
Sumber foto : Amazon.com

Akhirnya Travers luluh, dan setuju Mary Poppins difilmkan. Diperankan oleh Dick Van Dyke dan Julie Andrews.

Film itu sukses. Meraih 5 oscar di tahun 1964 untuk  Best Actress, Best Film Editing, Original Music Score, Best Visual Effects, and Best Original Song for "Chim Chim Cher-ee" (sumber wikipedia)

Julie Andrews pemeran Mary Poppins, Walt Disney asli dan P.L Travers asli
Saat premiere film Mary Poppins tahun 1964
Sumber foto : www.smh.com.au



Oya, di beberapa bagian, ada adegan kilas balik saat P.L Travers masih kecil juga, ia dan keluarganya tinggal di Australia. Ayahnya diperankan oleh Collin Farrel.

Kilas balik P.L Travers saat masih anak-anak. Dia anak paling besar.
Sumber foto : http://screenrant.com/colin-farrell-interview-saving-mr-banks/


Ah, aku memang selalu suka dengan film-film Walt Disney. Selalu memberi energi positif tiap kali selesai menontonnya. Hidup memang harus dijalani dengan optimis dan bahagia. Jangan kalah dengan kepahitan hidup.

Semakin bersyukur aku mendapat kesempatan dan rezeki novelku "Tahajud Cinta di Kota New York" juga diangkat menjadi film. Semoga lancar prosesnya. Aamiin. Mohon doanya teman-teman ^_^


dan novelku yang terbaru ini juga semoga sukses ... "Hatiku Memilihmu". Yuk, yang berminat koleksi. Sudah tersedia di toko buku Gramedia ^_^