Laman

Senin, 05 Mei 2014

Proses Kreatif : Hatiku Memilihmu


HATIKU MEMILIHMU

Terbit : 12 Mei 2014
Judul : Hatiku Memilihmu
Penulis : Arumi E.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 304 halaman
Harga : Rp. 53.000,- 
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-0480-9

Ya, akhirnya aku bisa bernapas lega. Naskah yang dengan penuh cinta kutuliskan ini akhirnya berhasil terbit di Gramedia Pustaka Utama. 

Beberapa teman bertanya padaku. Bagaimana cara mengirim naskah ke Gramedia? Lama nggak nunggu kabarnya? Karena konon katanya, bukan perkara mudah bisa menembus Gramedia yang tahun ini berulang tahun ke 40.

Dalam kesempatan ini, aku akan menjawab beberapa pertanyaan tersebut. Mungkin bisa memberi gambaran. Memang untuk menghasilkan sesuatu yang bagus dan bernilai, butuh perjuangan dan kerja keras. Siapkan mental sekuat baja, semangat pantang menyerah. Jangan lupa berdoa. Insya Allah, segalanya akan membuahkan hasil. Aamiin.

Inilah sharingku ... ^_^


BEHIND THE STORY dan PROSES KREATIF :

Sebagai seorang yang memutuskan fokus menulis, bisa menerbitkan karya di Penerbit Gramedia Pustaka Utama adalah salah satu mimpiku sejak lama, selain dua penerbit lain yang juga menjadi incaranku. Tidak mudah, butuh waktu bertahun-tahun dan ditempa di tempat lain dulu sebelum akhirnya aku berani mengirimkan naskah ke penerbit ini. Dulu, tak terbayang novelku bisa terbit di sini. Aku dengar, untuk bisa menembus GPU susahnya bukan main, bersaing dengan ribuan naskah yang dikirim ke sana, antri bertahun-tahun.

Tapi bulan Oktober 2014, aku beranikan diri untuk mengirim naskah andalanku ke sana. Aku mencintai cerita yang kutulis ini, terutama karena aku sudah lekat dengan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. AKu ingin kisah mereka berlanjut, aku masih punya banyak ide bagaimana cerita tentang mereka kemudian. Aku bertekad kisah ini harus dapat terbit dalam bentuk yang terbaik. Karena itulah aku memilih mengirimkannya ke Penerbit Gramedia Pustaka Utama, yang kurasa tepat untuk naskah ceritaku ini. Alhamdulillah, tak lama aku mendapat kabar naskahku diterima. Senangnya bukan main, bagai mimpi yang menjelma nyata.

Tentunya tahap selanjutnya naskahku ini harus melalui proses editing. Bersyukur aku mendapat bimbingan luar biasa dari editorku yang super baik. Banyak ilmu yang kudapatkan. Aku menjadi tahu bagaimana membuat kalimat menjadi efektif. Naskah yang awalnya berisi 59.000 kata, dipadatkan menjadi 45.000 kata. Kemudian editorku meminta aku menambah lagi bagian-bagian yang dibutuhkan untuk memperkuat cerita. Proses ini memberiku pengetahuan baru, memilah-milah kata mana yang perlu dituliskan untuk mendukung cerita, mana yang tidak perlu dan hanya akan menjadi pemborosan kata. Dengan usaha keras, akhirnya aku berhasil menambah menjadi naskah fix berisi 50.000 kata, dan disetujui editorku.

Mengenai EYD, juga diperhatikan sangat ketat. Dari sini pengetahuanku tentang bagaimana EYD yang benar bertambah lagi. Salah satu contohnya seperti muhrim, yang benar adalah mahram. Silaturahmi yang benar adalah silaturahim. Jamaah, yang benar adalah jemaah, dan banyak lagi lainnya.

Dan asyiknya lagi, editorku mengajakku berdiskusi mengenai pemilihan judul yang akhirnya diubah dari judul aslinya. "Hatiku Memilihmu" adalah judul yang disarankan editorku, menurut beliau, judul ini menggambarkan isi novel ini, memilih seorang lelaki terbaik sebagai imam dalam hidup, sekaligus memilih menyerahkan segala keputusan terbaik kepada Allah Swt.

Aku semakin senang saat juga ikut dilibatkan dalam diskusi menentukan hasil akhir kaver novel ini. Editorku bilang, desiner kaver novel "HATIKU MEMILIHMU" ini adalah salah satu desainer kaver terbaik yang dimiliki GPU dan sering mendesain kaver novel-novel best seller. Insya Allah ketularan best seller juga, aamiin ^_^

Dari ilmu yang kudapatkan selama proses editing naskah ini, semoga mampu membuatku menulis lebih baik dan lebih baik lagi. Proses belajar tidak akan pernah berhenti. Aku sangat menyukai proses editing, selalu ada hal baru yang aku dapatkan dari editor selama proses ini.

Namun, walau pun sudah diperiksa berkali-kali, melalui proses editing berlapis-lapis, masih saja menemukan kata yang salah. Bukti bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Dan manusia tak bisa lepas dari proses terus memperbaiki diri. Selalu akan ada hal baru yang perlu dipelajari dan insya Allah akan menjadikan kita sebagai manusia yang tidak cepat berpuas diri dan mau terus belajar, selalu ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya novel ini direncanakan terbit bulan Januari 2014, sesuai dengan yang tertera di surat perjanjian penerbitan. Namun karena editorku sedang sibuk sekali menjadi panitia persiapan HUT ke 40 Gramedia Pustaka Utama, maka jadwal terbit novel ini mundur hingga akhirnya bulan Mei.

Sejak Januari aku sudah berjanji pada para pembaca, tapi saat Januari berakhir, novel ini tak juga terbit. Aku janjikan Februari, ternyata mundur lagi. Kemudian editorku menjanjikan Maret, akhirnya Maret berakhir dan novel ini belum terbit juga. Terakhir editorku menjanjikan lagi April, dan ... barulah fix, novel ini akan terbit 15 Mei 2014.

Namun editorku yang supeeeeer baik, memasukkan namaku ke daftar nama-nama penulis GPU, walau pun saat ulang tahun ke 40 GPU, novelku belum terbit. Alhamdulillah, editorku memang baiiiiik sekali ^_^

Bangganya bisa terbit di GPU, salah satu penerbit idamanku ^_^

Namaku tercantum di sini di antara 8000 penulis GPU lainnya. Bangganyaaaa bukan main ^_^

Itu loh, namaku di yang paling bawah itu, Arumi Ekowati
Foto by Mbak Era Heru Wardhani ^_^

Nah, kalau di-zoom kelihatan, kan, paling bawah Arumi Ekowati?
Norak ya? Nggak apa-apa deh. Namanya juga senang banget ^_^




Selasa, 29 April 2014

Novel Romance Islami Arumi E. : HATIKU MEMILIHMU



Alhamdulillah, HATIKU MEMILIHMU cetak ulang cover baru. Yuk, yang belum sempat baca, buruan koleksi yaaa ^_^





Alhamdulillah, akhirnya siap terbit juga ...

Aku mencintai tokoh-tokoh yang telah kutulis dalam novel-novelku. Rasanya ingin terus melanjutkan kisah mereka, sampai tak ada yang bisa diceritakan lagi

Kali ini, giliran Richard Wenner menebarkan pesonanya. Menyusul kisah sebelumnya yang best seller, "Hatiku memilihmu" juga makin banyak yang baca. Alhamdulillah ^_^

HATIKU MEMILIHMU




Book trailer Hatiku Memilihmu





Terbit : 12 Mei 2014
Judul : Hatiku Memilihmu
Penulis : Arumi E.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 304 halaman
Harga : Rp. 53.000,- 
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-0480-9

Pesan langsung ke penulis, ada diskon 10% menjadi 47.000. Belum termasuk ongkos kirim yaa ^_^

Follow @rumieko atau kirim email pemesanan ke : rumieko@yahoo.com

Bagi yang pesan langsung ke penulis, novel akan ditandai dengan autographed copy sticker.


Di Gramedia Tasikmalaya masih di rak buku laris. Alhamdulillah :)


Buat yang pesan langsung ke penulis akan mendapat tandatangan ^_^




Sinopsis : HATIKU MEMILIHMU

Ketika hati telah memilih, sejauh mana kau membiarkannya membawamu?

Goodbye, Central Park,” gumam Dara.
Langkah kakinya menciptakan jejak di tumpukan salju.
“Kapan kamu kembali ke New York?”
Dara menghela napas panjang. Perpisahan selalu menyisakan rasa nyeri. Pun saat dia harus meninggalkan semua yang disukainya. Keira, Richard, kampusnya yang luar biasa, Central Park yang sering menjadi tempatnya menghabiskan sisa senja, musim salju yang putih dan dingin. Meninggalkan Brad Smith, lelaki berambut coklat bermata hijau jernih yang berdiri di hadapannya menunggu jawaban.
“Jangan mencemaskan apakah nanti kita bersatu atau tidak. Percayalah pada ketetapan Allah,” jawab Dara kemudian.
“Jika Allah menetapkan kita tak bersatu?” tanya Brad.
“Kita harus ikhlas menerimanya,” jawab Dara terdengar tenang, namun diam-diam menyusup rasa gundah di ujung hatinya.

Dara Paramitha melepaskan pandangannya ke hamparan salju di Central Park. Ingatannya kembali pada dua setengah tahun lalu. Saat pertama kali bertemu Aisyah Liu, teman kuliahnya di New York yang telah menuntunnya menemukan hidayah. Lalu ingatannya beralih pada dua pemuda Amerika yang telah membuatnya merasakan getaran cinta, Richard Wenner sang arsitek mapan dan Brad Smith personel band yang menawan.

Masa kuliahnya telah berakhir. Saatnya dia kembali ke negerinya, meninggalkan kota ini. Memilih mengabdikan ilmunya di perusahaan ayahnya. Menyisakan resah di hati dua pemuda yang sama-sama mengharapkan cintanya.

Richard tak ingin menyerah. Dia nekat menyusul Dara, sengaja bekerja di tempat yang sama, dan mencari kesempatan meraih hati gadis itu. Di belahan bumi lainnya, Brad tak bisa tenang. Kepergian Richard ke Jakarta membuatnya waswas, apalagi Richard secara terbuka menyatakan diri sebagai pesaingnya. Tak mau kalah, Brad pun mendatangi Dara dan melamarnya sekali lagi.

Kala hati tidak hanya bicara cinta, siapa yang Dara pilih? Apakah Brad yang tengah tertatih-tatih menjaga imannya, ataukah Richard yang tenang namun serius berusaha mendapatkannya? Dan saat ada hati yang terluka, masih mungkinkah terjalin pertemanan di antara mereka?

Cinta itu tentang percaya.
Bisakah disebut cinta, jika tak ada rasa percaya?
Bisakah disebut yakin, tanpa ada keikhlasan?

Selama beberapa menit Richard masih terdiam tak menyahut, ia menekuri kertas berisi sketsa rancangannya dengan mata mengernyit. Lea merasa ragu untuk bertanya lagi, ia khawatir akan mengganggu keseriusan Richard.

“Manusia memang tidak bisa mengelak dari ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah. Kita hanya akan mendapatkan apa yang memang telah menjadi hak kita. Jangan mengharapkan apa yang bukan menjadi rezeki kita,” ucap Richard.


Dara tertawa geli, lalu menepuk pundak sahabatnya.

“Setiap orang ada waktunya sendiri-sendiri dalam menemukan jodohnya, Kei. Sepertinya kamu masih dibutuhkan untuk menyebarkan cara berpakaian Islami buat lebih banyak muslimah di New York. Nanti, kau akan terkejut, saat tiba-tiba saja muncul cowok tampan dan baik hati yang melamarmu dan ternyata sudah lama memperhatikanmu diam-diam,” kata Dara berusaha menghibur Keira.

Keira hanya mengangkat bahu.

“Hei, gue nggak sedih kok. Nggak masalah buat gue kalau jodoh gue datangnya masih nanti-nanti,” kata Keira santai, kemudian tersenyum lebar.

Dara hanya tersenyum lebar. Keira yang tidak berubah, tetap ceplas-ceplos, tetap ber‘elo-gue’ dengan Dara, walau pun kini ia sudah rajin mengaji dan selalu salat tepat waktu. Keira yang kini menerima Dara apa adanya dan Dara pun menerima Keira apa adanya.

Dara berani memastikan, Keira Subandono adalah sahabat sejatinya yang tidak akan tergantikan oleh siapa pun.



"Hatiku Memilihmu" sudah terpajang manis di Gramedia Matraman sejak 12 Mei 2014

Novel Islami terbaru Arumi E. "Merindu Cahaya de Amstel" terbit September 2015





Me and My novel ^_^
Renny Riana, pembaca setia novel2ku ^_^

Wah, Amalina Firdaus koleksi keduanya sekaligus
Tahajud Cinta di Kota NewYork dan Hatiku Memilihmu
Makasih Amalina ^_^
Nhay pesan langsung edisi bertandatangan.
Makasih ya Nhay ^_^

Waah, Nhay koleksi juga dua-duanya ... lengkap.
Makasih Nhay ^_^


Setiawan Chogah, penulis "SMS Terakhir" juga mejeng bersama "Hatiku Memilihmu"




Selasa, 15 April 2014

Buku dan Film : "Nicholas Nickleby" by Charles Dickens

Selamat bulan April. Wah, baru sempat posting baru lagi di bulan April. Apa yang sudah kita lalui sampai pertengahan April ini? Pemilu yaaa

Kali ini aku ingin cerita tentang sebuah film yang kebetulan aku tonton di MGM. Judulnya "Nicholas Nickleby".



Film ini adalah adaptasi dari novel karya Charles Dickens berjudul sama. Ada banyak versi film dari kisah ini, tapi ini versi film yang paling aku sukai. Sepertinya sih karena faktor pemeran utamanya, hehehe.


The Novel

Aku memang selalu tertarik dengan film yang bersetting Inggris tahun 1800-an. Nggak heran kalau aku suka banget dengan film-film yang diangkat dari novel-novel karya Charles Dickens dan Jane Austen.

Apalagi ... di film ini, pemeran Nicholas Nickleby-nya waaaw.... aku suka bangeeet. Kadang-kadang mirip loh sama Adipati Dolken, hehehehe. Diperankan oleh aktor Inggris kelahiran 10 April 1980, Charlie Hunnam. Setelah menonton film ini, aku langsung googling informasi tentang aktor ini.

Film ini dibuat tahun 2002. Artinya, saat itu Charlie baru berusia 22 tahun. Masih muda, cute banget ;)

Sukaaa banget dengan karakter Nicholas, khas tokoh hero rekaan Charles Dickens, digambarkan sebagai pemuda yang kehilangan ayah, pembela kaum tertindas, cerdas, sopan, baik hati, berani, tegas dan gentleman. Charlie tepat sekali memerankan karakter ini dengan wajahnya yang masih polos.

Ini dia Charlie Hunnam sebagai Nicholas Nickleby

Jadi .... aku mau cerita soal filmnya atau Charlie-nya ya? >.<

Pertama-tama aku mau cerita tentang filmnya dulu deh. 

Alkisah, keluarga Nickleby baru saja kehilangan pemimpin keluarga. Ayah Nicholas Nickleby meninggal akibat stres berkepanjangan karena bisnisnya bangkrut, saat itu usia Nicholas baru 19 tahun. Sebagai anak lelaki tertua dan satu-satunya, Nicholas harus mengambil alih tanggungjawab sebagai penopang keluarga, menghidupi dan menjaga ibu dan adik perempuannya. Karena keluarga mereka kini jatuh miskin, mereka harus meninggalkan tempat tinggal mereka yang semula nyaman di Devonshire. Keluarga Nickleby datang ke London untuk menemui adik ayah Nicholas, yang biasa mereka sebut Paman Ralph Nickleby, seorang bisnisman sukses yang kaya raya. Nicholas minta bantuan pamannya dicarikan pekerjaan agar bisa menghidupi ibu dan adiknya.

Tapi ternyata pamannya ini sombong, tidak mau membantu keluarga kakaknya dan tidak peduli kakaknya sudah meninggal. Paman Ralph yang licik ini memberikan pekerjaan pada Nicholas sebagai guru di sebuah sekolah asrama yang berada di kota kecil jauh dari London. Kepala sekolahnya jahat sekali, dikenal dengan sebutan Tuan Squeer. 

Murid-murid di sekolah itu hampir setiap saat dirundung rasa takut karena tiap kali mereka dianggap melakukan kesalahan sedikit saja, akan dipukuli sang kepala sekolah. Nicholas tidak tega melihat anak-anak itu dipukul, tapi awalnya ia tak bisa berbuat apa-apa karena ia guru baru di tempat itu, butuh pekerjaan itu untuk mendapatkan uang.


Nicholas sebagai guru
Nah, pas lagi gini mirip-mirip Adipati Dolken kan? Hehehe

Di sekolah itu, Nicholas melihat ada satu anak yang lebih tua dari murid lain, agak bungkuk dan jalannya pincang, bernama Smike. Anak itu dilarang ikut belajar oleh Tuan Squeer. Dia dianggap pelayan dan diberi tugas-tugas berat. Nicholas kasihan melihat Smike diperlakukan tidak manusiawi. Saat Nicholas mengajarkan Smike membaca, Tuan Squeer marah, langsung memukul Smike menyuruhnya bekerja lagi. Katanya, yang tidak bayar biaya sekolah, tidak boleh belajar di sekolah itu. Padahal dia sendiri tidak pernah membayar Smike sepeser pun walau Smike sudah bekerja keras setiap hari. (Haduuuh, ada ya, orang sekejam Tuan Squeer, hikkss...)

Pada suatu hari Nicholas membantu Smike kabur dari tempat itu. Saat Tuan dan Nyonya Squeer sadar Smike kabur, mereka mencarinya penuh amarah. Di hadapan Nicholas mereka berteriak, akan menghukum Smike habis-habisan jika mereka menemukannya. Nicholas berdoa sungguh-sunnguh berharap Smike tidak tertangkap. Tapi menjelang malam, Smike berhasil ditangkap Nyonya Squeer yang tidak kalah kejamnya dengan suaminya. Tuan Squeer yang marah besar, mengikat tangan Smike ke atas, bajunya dibuka, lalu punggungnya dipukuli dengan rotan tanpa ampun.

Nicholas yang sudah tak tahan lagi melihat perlakuan kejam Tuan Squeer, segera merebut rotan itu dan gantian, ia pukuli Tuan Squeer dengan rotan itu. Lalu ia membawa Smike pergi dari tempat itu. (Hero banget, kan? Gimana nggak kagum coba sama Nicholas ^_^ )

Nicholas dan Smike

Tujuan Nicholas ingin ke Liverpool, ia ingin mencari pekerjaan di pelabuhan. Tapi dalam perjalanan, keduanya bertemu rombongan teater keliling dan ditawari ikut main teater. Nicholas yang tampan diminta menjadi Romeo, dalam drama "Romeo and Juliet". Karena gajinya lumayan, Nicholas dengan senang hati menerima pekerjaan itu. Pertunjukan pertama mereka sukses. Tapi belum lama bekerja di teater keliling itu, Nicholas mendapat kabar adik perempuannya dipaksa Paman Ralph menemani rekan-rekan bisnisnya, kecantikan Kate, adik Nicholas, dimanfaatkan untuk  membuat rekan-rekan bisnis Paman Ralph tertarik menginvestasikan uang mereka pada Paman Ralph. Bersama Smike, Nicholas segera menuju London. Ia menyelamatkan adik perempuannya dari gangguan seorang lelaki tua hidung belang yang menjadi salah satu investor terbesar pamannya.

Di rumah Nicholas, Smike merasa senang sekali, baru kali itu ia merasakan kehangatan berada di tengah-tengah keluarga yang menerima dan memperlakukannya dengan baik. Diam-diam, Smike menyimpan kekaguman dan akhirnya jatuh cinta pada Kate. Tapi Smike sadar, ia tidak pantas untuk Kate, ia hanya pemuda miskin, agak bungkuk dan pincang. Apalagi kemudian ada seorang pemuda yang mendekati Kate, Smike hanya bisa menahan rasa cemburunya dalam hati dan berusaha untuk ikhlas.

Nicholas sudah menganggap Smike sebagai saudaranya sendiri. Pamannya yang tahu keberadaan Smike di rumah Nicholas, segera memanggil Tuan Squeer untuk membawa Smike kembali ke sekolah asramanya. Nicholas berjuang menyelamatkan Smike agar tidak dibawa kembali oleh Tuan Squeer.

Setelah berhasil menyelamatkan Smike, cobaan masih menerpa. Smike sakit parah, dan dokter bilang umurnya sudah tidak lama lagi. Nicholas sedih bukan main. Sebelum meninggal, Smike mengaku pada Nicholas, dia mencintai Kate. Ia menitipkan sesuatu yang dibuatnya sendiri untuk Kate, membuat Nicholas semakin terharu. Sampai akhirnya Smike wafat dan dimakamkan di samping makam ayah Nicholas, di bawah sebuah pohon rindang yang dulu sering menjadi tempat tidur siang Kate.

Kematian Smike membuat Nicholas sangat berduka. Tapi hidup harus terus berjalan, ia harus mencari pekerjaan baru untuk membiayai hidupnya, ibu dan adiknya.

Nicholas pergi mencari pekerjaan, sampai ia merasa kelelahan lalu bersandar di sebuah dinding. Ia merasa hampir tak kuat lagi, di usianya yang masih demikian muda harus menanggung beban seberat itu. Ia memejamkan matanya, dan terkejut saat mendengar suara lembut menyapanya.

"Are you okay, Sir?"

Nicholas membuka matanya dan terpana melihat seraut wajah cantik seorang gadis yang sudah ada di hadapannya. Ia tersenyum, wajah gadis itu bagaikan oase kesejukan yang menghapus rasa penatnya. Gadis itu mengira Nicholas sakit, karena wajahnya terlihat pucat. Nicholas bilang ia tidak apa-apa. Lalu gadis itu permisi, diam-diam Nicholas mengikutinya, ia heran melihat gadis itu masuk ke sebuah kantor pencarian kerja dan keluar dari tempat itu sambil menangis dan berlari. Kemudian ia tahu, ternyata gadis bernama Madeline itu juga sedang kesusahan. (diperankan Anne Hathaway)

Nicholas dan Madeline
Ayah Madeline terlilit hutang akibat hobi berjudi. Saat Paman Ralph tahu Nicholas menyukai Madeline, pamannya sengaja menawarkan kesepakatan pada ayah Madeline, hutangnya akan dianggap lunas jika mau menyerahkan Madeline untuk dinikahi lelaki tua hidung belang rekan bisnis Paman Ralph.

Nicholas yang mendengar kabar ini segera datang menyelamatkan Madeline. Gadis itu bilang tak bisa mengelak karena pernikahannya itu satu-satunya jalan untuk melunasi hutang ayahnya. Tapi Nicholas yang mendapat info dari asisten pamannya, segera bilang, pamannya hari ini bangkrut, sahamnya rugi 10.000 poundsterling. Rekan bisnis pamannya itu mengurungkan niatnya menginvestasikan uangnya dan memilih tidak jadi menikahi Madeline. Saat bersamaan, ayah Madeline yang memang sudah sekarat akhirnya meninggal.

Tak tega melihat Madeline sendirian di rumah itu, Nicholas mengajak Madeline tinggal di rumahnya. Ia pun melamar Madeline. Uhuy, romantis banget ^_^



Aihhh, suka banget sama dialog di adegan ini... You're an angel, kata Madeline. I am not an angel, jawab Nicholas.
"We save ourselves together," Nicholas proposing ...

Yup, begitulah ending film ini, diakhiri dengan pernikahan Nicholas dan Madeline. Intinya, segala cobaan jika dihadapi dengan berani dan pantang menyerah, akhirnya teratasi juga.

Selain itu, ada kejutan informasi juga loh di-ending cerita. Apa kejutannya? Hm, supaya penasaran, nonton sendiri saja ya? ^_^


Nicholas dan Madeline, setelah menikah mengunjungi makam ayahnya dan Smike

Aku pun nggak mau kalah dengan Charles Dickens. Setelah perjuangan panjang, akhirnya aku juga berhasil menerbitkan novelku di Gramedia Pustaka Utama, judulnya "HATIKU MEMILIHMU". Romantiiiis.... Koleksi yuuk yang suka baca romance islami ^_^



Naah, setelah cerita tentang filmnya, sekarang aku mau cerita tentang pemeran Nicholas yang sudah berhasil memikat hatiku, Charlie Hunnam.

Nama lengkapnya, Charles Matthew Hunnam. Aku penasaran, dia sudah main film apa aja sih? Dan aku baru sadar, ternyata Charlie main di film Pasific Rim, sebagai Raleigh Becket. Waaah, di sini dia berubah. Pemuda yang dulu berwajah cute, tinggi langsing itu berubah jadi sosok macho bertubuh atletis. Walah, aku kok baru tahu ya, ada aktor Inggris keren gini. Selama ini aku ke mana aja ... :p

Charlie Hunnam, dulu dan sekarang. Dari cute jadi macho ya? ^_^


Charlie Hunnam in Pasific Rim

Dan ternyata main juga di serial Son of Anarchy  sebagai Jax Teller. Padahal adikku sering nonton film ini, tapi aku nggak ngeh kalau pemeran utamanya ganteng, hehehehe. Karena saat sekilas melihat film ini, tentang sekelompok pengendara motor Harley Davidson dengan dandanan berantakan, gondrong, brewokan, jenggotan, dan bertato. Ah, nggak sangka banget itu pemeran yang sama dengan yang memerankan Nicholas Nickleby.

Charlie Hunnam in Son of Anarchy

Mmm, kayaknya tahi lalatnya dioperasi kali ya, karena dulu ada tahi lalat di atas bibir kiri ;)


Kabar terakhir, Charlie ditawari berperan dalam film yang diadaptasi dari novel kontroversial, Fifty Shades of Grey. Untunglah Charlie akhirnya mengundurkan diri. Nggak tega nontonnya kalau dia main di film itu >.<

Charlie memilih main film thriller berjudul Crimson Peak. Memang sih, dia sekarang jadi terlihat beda, terutama gara-gara perannya di Son of Anarchy, Charlie jadi lebih sering tampil jenggotan, brewokan dan gondrong. Hikss ... Padahal kalo klimis Charlie ganteng banget looh ^_^





Lebih suka Charlie Hunnam yang klimis gini. Ganteng bangeeeeet ^_^


Sekian dulu ya kisah tentang Charlie Hunnam dan Nicholas Nickleby. Yang hobi baca, boleh deh baca buku-buku karyaku ini ^_^


Senin, 31 Maret 2014

Memory Kuliah part 3 : Horornya Sidang Skripsi Jurusan Arsitektur

3DMax buatanku. Bagian belakangnya kurang. Tapi sudah lumayan kan? ^_^


Halo teman-teman. Apa kabar di akhir bulan Maret ini?

Well, aku mau lanjutin lagi ya, berbagi kisah pengalaman suka duka kuliah Arsitektur. Siap-siap buat teman-teman yang berminat kuliah Arsitektur. Kuceritakan pengalaman paling horor selama aku kuliah Arsitektur. Tugas akhir. Yup, bagiku, momen ini adalah momen paling mengerikan.

Akhirnya, di tahun kelima aku kuliah, sampailah aku pada mata kuliah terakhir, Tugas Akhir. Mata kuliah paling fenomenal dan paling membuat degdeg-an. Kami hanya diberi waktu satu semester untuk mempersiapkan semuanya. Membuat makalah setebal dua ratus halaman lebih dan kemudian membuat gambar konsep sekaligus gambar kerja. Butuh konsentrasi lebih dan bikin super stres.

Tugas akhir di jurusan Arsitektur dibagi menjadi dua tahap. Tiga bulan pertama, mempersiapkan konsep tema tugas akhir yang aku pilih, menuangkannya dalam makalah setebal dua ratus halaman lebih. Setelah itu, di bulan ke tiga, aku harus mempresentasikannya di hadapan dosen-dosen penguji. Jika lulus tahap ini, aku boleh lanjut ke tahap studio. Tapi jika belum lulus tahap pertama, harus memperbaiki dulu konsep dan makalah tugas akhir itu.

Total mahasiswa-mahasiswi jurusan Arsitektur yang akan mengikuti mata kuliah tugas akhir mencapai seratus orang lebih. Dibagi menjadi empat tim. Penentuan tim ini juga cukup membuat cemas. Menurut kabar dari senior, ada tim tertentu yang dosen pengujinya terdiri dari dosen-dosen baik hati yang dengan ringan memberi nilai tinggi sehingga kemungkinan lulus cukup besar, tapi ada tim yang kabarnya kelak akan diuji oleh dosen-dosen cukup killer, pelit memberi nilai, kemungkinan lulus kecil kecuali hasil tugas akhir kami bagus sekali.

Aku cukup terpengaruh dengan desas-desus yang ditiupkan para senior.  Malam sebelum pengumuman pembagian tim, aku berdoa sebanyak-banyaknya disertai sholat tahajud, berharap keberuntungan ditempatkan di tim yang dosen-dosen pengujinya baik hati.

Keesokan paginya, aku berangkat ke kampus dengan perasaan was-was. Sedikit takut melihat pengumunan pembagian tim tugas akhir. Belum sampai aku ke papan pengumuman yang memajang daftar pembagian tim tugas akhir, aku disambut seorang temanku yang langsung menyalamiku. Semula aku berpikir positif mengira temanku itu memberi selamat karena aku masuk tim tugas akhir yang dosen-dosen pengujinya baik hati, tapi ternyata, kalimat yang keluar dari mulutnya membuatku lemas lunglai.

“Turut berduka cita ya, Rum. Elo masuk tim empat. Tim paling killer. Dosen pengujinya ada tujuh dosen.
Kebanyakan galak-galak lagi,” kata temanku itu.

Tega nian temanku itu menakut-nakutiku seperti itu. Dengan hati gemetar, aku memberanikan diri menghampiri papan pengumuman, melihat deretan nama yang telah dibagi menjadi empat tim. Dan memang benar! Namaku tercantum di tim empat, tim yang dosen-dosen pengujinya paling mengerikan! Dadaku semakin bergemuruh. Belum apa-apa aku sudah merasa kalah dan takut.

“Kasihan deh lo Rum. Cuma elo aja dari kelas kita yang masuk tim empat. Siap-siap deh lo dibantai,” kata temanku yang lain.

Awalnya aku merasa lemah tak berdaya, kemudian aku sadar, aku tak boleh memulai mata kuliah tugas akhir ini dengan semangat negatif. Aku harus mengumpulkan keyakinan bahwa aku pasti bisa menjalani tugas akhir ini dengan baik. Harus bisa, AKU HARUS LULUS!

“Ah, nggak usah kasihan sama gue deh. Gue nggak perlu dikasihani. Gue nggak mau kalah sebelum berperang. Gue harus yakin gue pasti bisa!” jawabku lantang, sengaja agar temanku yang tadi secara tak langsung meremehkan kemampuanku itu merasa keki.

Lihatlah! Aku tetap bersemangat, tak tergoyahkan keyakinanku! Tapi di dasar hatiku yang paling dalam, tentu saja terbesit rasa was-was. Oh, aku punya firasat akan menjalani proses panjang yang penuh tekanan dan melelahkan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Dimulailah masa tugas akhir, diawali memperkenalkan diri di hadapan dosen pembimbing tim empat. Aku memandangi satu-persatu dosen-dosen pengujiku ini. Tentu saja semuanya sudah kukenal. Beberapa di anataranya memang dikenal sebagai dosen yang cukup tegas. Mungkin bukan galak, tapi ketegasannya terkadang bikin senewen. Timku terdiri dari dua puluh lima mahasiswa-mahasiswi. Dan hanya ada dua mahasisiwi termasuk aku yang seangkatan denganku. Yang lainnya adalah angkatan senior satu tahun di atasku.

Langkah pertama, dosen pembimbing meminta kami membuat konsep tema dan judul tugas akhir kami masing-masing. Aku segera melupakan segala rasa was-was. Mulai fokus berusaha menjalani tugas ini penuh semangat dan harapan. Tapi aku harus menghadapi tantangan pertama yang lumayan menyesakkan hati. Ya, berkali-kali konsepku ditolak dosen pembimbingku itu. Dan kejamnya beliau, dengan tega mengucapkan kata-kata pedas atas kesalahan yang kubuat.

“Kamu lima tahun kuliah belajar apa saja? Masa membuat konsep saja kamu nggak bisa?” Begitu tegur dosen pembimbingku.

Membuat perasaanku tak karuan dan mulai terpengaruh, aku mulai meragukan kemampuanku. Dalam hati rasanya ingin menangis tiap kali dosen pembimbingku menghina konsep yang kubuat. Biasanya aku menangis sesampainya di rumah, melepaskans egala emosi, setelah merasa lega, aku kuatkan hati untuk bangkit dan terus maju. Ya, aku harus kuat, aku tak mau gagal. Aku harus lulus tahun itu. Aku tak ingin mengecewakan Bapak dan Ibuku. Segera kuperbaiki konsep tugas akhirku.

Selama masa penyusunan konsep dan pembuatan makalah, ada juga acara saling berkunjung antar tim tugas akhir. Terkadang aku ikut hadir dalam asistensi temanku di tim lain, walau aku hanya menyimak dan mendengarkan penjelasan dosen pembimbing mereka. Dalam pengamatanku, sepertinya dosen pembimbing tim lain memang bersikap lebih baik dari dosen pembimbingku.

Sebaliknya, di satu waktu, gantian beberapa teman dari tim lain ikut menghadiri asistensiku dengan dosen pembimbingku. Dan pada saat itulah aku merasa hancur lagi. Di depan teman-temanku dengan suara lantang dosen pembimbingku bilang konsepku salah disertai makian yang bikin hati nyeri. Kali ini membuatku down karena dosen pembimbingku itu mengucapkan kata-kata pedas tentangku dihadapan banyak teman-temanku.

“Kamu balik lagi aja deh ke semester satu! Masa bikin konsep seperti ini saja nggak bisa! Bodoh banget ya kamu. Kamu belum pantas lulus!” kata dosen pembimbingku dengan suara keras dan mata membelalak.

Ya Tuhan, sedih banget rasanya. Andaikan tak malu, kubiarkan emosiku meluap dalam bentuk tangisan. Tapi untunglah air mataku masih bisa kutahan. Aku tak mau lebih mempermalukan diri lagi dengan menangis di hadapan teman-temanku dan dosen pembimbingku. Setelah asistensiku selesai, teman-temanku lain tim yang tadi turut menyaksikan asistensiku, segera mengumbar kata-kata ikut bersimpati.

“Tabah ya, Rum. Pak itu memang gitu. Nggak usah diambil hati,” hibur salah satu temanku.
“Gila, tega banget ya, Pak itu ngatain lo kayak gitu. Sadis!” komentar temanku yang lain.

Komentar seperti itu justru membuatku semakin sebal. Oh, rasanya aku malu sekali dan sedihnya bukan main. Andai kamarku dekat, ingin rasanya aku segera berlari masuk ke kamarku dan menumpahkan segala tangisku di atas tempat tidurku. Tapi seperti yang sudah-sudah, keinginanku untuk lulus tahun ini sangat kuat, mengalahkan segala rasa malu dan tertekan. Aku harus lulus. Aku tak boleh merepotkan orangtuaku karena kalau aku gagal, orangtuaku masih harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk kuliahku satu semester lagi.

Tidak, sudah cukup. Aku berjanji akan lulus. Semester itu adalah semester terakhir orangtuaku membiayai kuliahku. Tahun berikutnya aku harus sudah bekerja dan mampu mencari uang sendiri.

Percayalah teman, semangat yang positif sepertinya mampu menciptakan aura yang positif juga. Esok harinya, Pak dosen pembimbingku itu memanggilku ke ruangannya. Segala rasa takut aku kesampingkan.

Aku bertekad tak akan menunjukkan wajah lemah tak berdaya di hadapan dosen pembimbingku. Akan kutunjukkan wajah tegar dan bersemangat. Tak tergoyahkan menghadapi kata-kata paling pedas sekalipun.
Dengan mantap, aku mengetuk pintu ruangan dosen pembimbingku. Kukumpulkan seluruh keberanian mengahadapinya. Pak dosen pembimbingku itu mempersilakan masuk. Aku terkejut saat melohat beliau tersenyum padaku. Mimpikah ini? Jangan-jangan dosenku kesambet karena mendadak jadi baik padaku, hehehe.

“Duduk, Rum.!”  perintahnya.

Aku segera duduk di kursi di depan meja kerjanya.

“Selamat siang, Pak.” sapaku membuka percakapan.
“Bagaimana konsep kamu? Sudah ada kemajuan belum?” tanya dosenku itu.
“Masih saya perbaiki.”

“Maaf ya kemarin saya keras sama kamu. Kamu memang harus dikerasin karena kamu yang paling lambat kemajuannya di antara temanmu yang lain. Kamu harus belajar lebih keras lagi. Ini saya pinjamkan kamu buku. Kamu pelajari, buat konsep terbaik dari info yang kamu dapat di buku ini. Kamu sendiri yang memilih tema nggak biasa. Pusat Peragaan dan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kamu harus lebih banyak lagi mencari informasi mengenai bangunan sejenis dari buku-buku atau internet. Di Indonesia memang masih belum ada bangunan seperti itu.” kata Pak dosenku itu panjang lebar.

Aku masih saja tak percaya dengan perubahan sikapnya dibanding hari sebelumnya. Kali ini beliau bicara dengan intonasi suara yang lembut.

“Iya, Pak, memang di Indonesia bangunan sejenis yang ada baru Pusat Peragaan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (PPIPTEK) di Taman Mini Indonesia Indah. Terima kasih, Pak pinjaman bukunya. Akan saya pelajari sebaik-baiknya.” jawabku sambil menerima buku yang dipinjamkan dosenku itu tak lupa disertai seulas senyum.

“Setelah saya pinjamkan buku itu, konsep kamu harus jadi lebih bagus ya!” Pak Dosenku itu mengingatkan aku sekali lagi sebelum aku permisi dari ruangannya.
“Baik, Pak!” jawabku mantap.

Dan saat itu, kali pertama aku meninggalkan ruangan dosen pembimbingku dengan wajah sumringah!

Setelah berjibaku selama tiga bulan menyusun konsep tugas akhir menjadi sebuah makalah, akhirlah sampailah pada masa penentuan pengujian makalahku itu. Sepertinya memang sudah suratan takdir, salah satu dosen penguji adalah dosen super galak yang dahulu pernah mengajar mata kuliah Apresiasi Budaya.

Benarlah, setelah enam dosen memberi kritik dan masukan, sampailah giliran dosen Apresiasi Budaya yang mengujiku. Beliau tidak memberikan pertanyaan apa pun melainkan langsung mengatakan bahwa konsepku nilainya : nol. Total salah. Penjelasanku tentang tema tugas akhirku yang bertajuk : analogi bangunan, dianggap salah. Dan karena temaku salah, maka konsepku secara keseluruhan adalah salah.

Oh My God!

Aku terdiam tak tahu harus menjawab apa. Kurasakan kedua kakiku gemetar. Rasanya aku seperti dihantam palu godam hingga hancur berkeping-keping. Bagaimana ini? Konsepku salah total?

Tapi ternyata dunia belum runtuh seperti bayanganku. Masih ada satu dosen yang berpihak padaku. Beliau adalah dosen mata kuliah Kota dan Pemukiman. Beliau menyelamatkan nilaiku, satu-satunya dosen yang sangat setuju dengan tema dan konsepku. Menurut beliau, konsepku itu bukannya tidak mungkin, terbukti bahwa di Jerman, sudah ada bangunan yang berhasil dibangun dengan konsep seperti yang kubuat itu.

Karena beliau memberiku nilai 75, di antara dosen lain yang memberiku nilai 60, bahkan ada yang tega memberiku nilai 40, aku masih selamat lolos ke tahap selanjutnya. Sungguh aku berterima kasih kepada beliau. Selanjutkan aku paling rajin asistensi dengan beliau. Pak dosenku yang satu itu, telah banyak membantuku memberi informasi tentang tema konsep pilihanku. Membuatku menjadi semakin percaya diri ketika memasuki tahap selanjutnya, tahap studio.

Tahap studio adalah tahap yang jauh lebih melelahkan dibanding tahap penyusunan konsep. Kami masuk tiap hari, masuk studio dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Di studio, kami menuangkan konsep kami yang semula hanya berupa tulisan ke dalam bentuk gambar rencana dan gambar kerja serta maket. Sungguh proses yang melelahkan.

Tips buat teman-teman yang juga kuliah di jurusan Arsitektur dan sedang menjalani tugas akhir tahap studio. Kerjakanlah sendiri tugas kalian, bagaimana pun hasilnya nanti, mengerjakan semua gambar sendiri jauh lebih baik. Pengalamanku dulu ketika tahap studio ini, ada salah satu temanku yang membayar orang untuk membantunya menggambar di studio. Ia menyusupkan orang itu ke meja gambarnya. Ketika perbuatannya itu diketahui dosen, langsung saja dia didiskualifikasi dan dinyatakan gagal. Sungguh sayang, padahal tinggal selangkah lagi.

Maket tugas akhirku yang masih kusimpan sampai sekarang sebagai kenang-kenangan ^_^


Tahap studio yang melelahkan selesai menjelang akhir semester. Sekali lagi kami harus memperesentasikan hasil kerja kami. Kali ini dalam bentuk gambar dan maket. Presentasi ini tak kalah bikin was-was, membuatku panas dingin. Tapi setidak-tidaknya aku sudah lebih percaya diri karena ada satu dosen yang mendukung konsepku.

Presentasi berjalan lancar. Hampir semua pertanyaan dosen penguji dapat kujawab dengan baik. Hanya ada satu pertanyaan yang tak berhasil kujawab. Sekeluarnya dari ruang presentasi, aku segera berlari ke mushola dan menangis. Jujur aku takut tidak lulus karena ada satu pertanyaan yang tidak berhasil kujawab itu.

Setelah harap-harap cemas menunggu hasil ujian diumumkan, akhirnya semua peserta tugas akhir dikumpulkan dalam satu ruangan. Nama kami disebutkan satu persatu sambil diberitahukan dengan lantang apakah kami lulus atau tidak. Hingga semua teman bisa mendengar langsung. Cara pengumuman seperti ini bikin aku makin deg-degan. Apalagi ekspresi mahasiswa-mahasiswi setelah diumunkan lulus atau tidak, di rekam dengan handycam. Yang berhasil lulus, tentu saja menunjukkan ekspresi wajah bahagia. Dan yang tak berhasil lulus, terekamlah ekspresi wajah sedihnya apalagi jika disertai berurai air mata. Sungguh tega dosen-dosenku itu!

Alhamdulillah aku berhasil lulus. Lega rasanya hatiku. Terbayar sudah segala sakit hati, susah, duka nestapa dan rasa lelah selama enam bulan itu.

Walau ada beragam karakter dan sikap dosen-dosenku selama lima tahun memberiku ilmu, aku sungguh berterima kasih kepada semua dosen-dosenku yang pada akhirnya telah berhasil mangantarkan aku meraih gelar Sarjana Arsitektur. Tentu saja mereka membekaliku nasihat, aku masih harus terus belajar dan tak berpuas diri. Aku masih harus terus mengasah kemampuanku hingga kelak benar-benar dapat disebut Sarjana Arsitektur. Karena menjadi seorang Arsitek memiliki tanggungjawab yang cukup besar. Desain bangunan dan lingkungan yang salah akan berakibat fatal.

Ada banyak lagi nasihat yang disampaikan dosen-dosenku sebelum kami berpisah. Akan selalu kuingat pesan dosen-dosenku itu. Terima kasih Bapak Ibu dosen, terima kasihku yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan kalian untukku selama lima tahun itu.

Kenangan bersama teman-teman satu jurusan satu kelas sesudah kita semua lulus. Happy ^_^


Demikian pengalaman seru kuliah di jurusan Arsitektur yang pernah kualami dulu. Segala susahnya masa lalu, kini menjadi kenangan yang seringkali membuat tersenyum saat mengingatnya. Aku tidak pernah menyesal telah memilih jurusan Arsitektur. Aku justru bangga, karena banyak pengalaman yang sudah kulalui selama aku kuliah dan bekerja di bidang Arsitektur.

Sekarang, saatnya bagiku kembali menekuni passion-ku, menulis. Yup, aku sedang semangat-semangatnya menulis. Tahun ini, akan terbit beberapa novel karyaku. Pengalaman menulisku pun tak kalah panjangnya. aku pun harus melalui perjuangan yang tidak mudah hingga akhirnya tahun ini, aku berhasil mewujudkan mimpiku. Novelku terbit di penerbit idamanku. Tunggu kabar dariku selanjutnya yaaa...

Dan ... terbitnya novel baruku di Gramedia Pustaka Utama semakin memantapkan aku untuk berkarir sebagai penulis. Aku senang sekali setiap kali mendapat respon dari pembaca yang menyukai tulisanku. Buat yang hobi membaca kisah romantis, yuuuuk, koleksi novel terbaruku : 
"HATIKU MEMILIHMU"



Ini novel-novel dan buku karyaku yang telah terbit :