Laman

Jumat, 01 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Tahun Baruan, bakar ikan, pesta duren, jalan-jalan ke kebun teh Kulonprogo

Selamat tahun baru 2016!

Tahun ini aku merayakan tahun baru di Desa Janten. Kami membakar ayam yang dibentuk sate, ikan dan cumi untuk dinikmati bersama. Sejak sore, sepupu dan dua keponakanku datang ikut bergabung untuk merayakan pergantian tahun di desa yang damai ini.

Sambil mengipas-ngipas sabut kelapa yang dibakar di tungku tanah liat untuk memanggang, sesekali mencicip yang sudah matang, menunggu jarum jam tepat menunjuk angka 12.

Mbak Nany membuat api unggun dari ranting-ranting kering
 yang rontok di pekarangan rumah

Nyate ayam
Kipas-kipas
Nyalain kembang api pas jam 00:00
Keponakanku nggak sabar main kembang api

Nggak terasa, tahun semakin bertambah. Tak ada yang berubah, hidup tetap butuh perjuangan. Sesekali butuh piknik untuk merelaksasi hati dan pikiran.

Esok paginya, kami tetap bangun pagi lho, walau malamnya tidur pukul setengah 2. Desa Janten dianugerahi hujan sangat deras hingga menjelang siang hari.

Pukul satu siang, sepupuku mengajak kami ke rumah temannya di Purworejo untuk pesta duren. Daerah Purworejo memang dikenal sebagai penghasil duren enak. Dan benar saja, durennya benar-benar enaaaak. Daging buahnya tebal, harum dan manis. Enam buah duren langsung diserbu 12 orang sekaligus! Bulikku nggak ikut makan karena darah tinggi, Linggar juga belum boleh makan karena masih baby 7 bulan :D

Serbuuuuuu
Langsung ludes, nggak sempat difoto
Tinggal satu nih 
Duren tersisa yang sempat difoto sebelum dilahap.
Mantap kaaan?
Tampang-tampang kekenyangan duren

Setelah puas makan duren, teman sepupuku mengantar kami ke tempat wisata baru di Samigalih Kulonprogo yang berbatasan dengan Purworejo.

Ternyata di hamparan perbukitan tinggi di sini dijadikan kebun teh yang baru dibuat tahun 2014.

Jalan menuju tempat ini sangat berliku dan banyak tanjakan curam. Mobil kami sempat tidak kuat menanjak di bagian tanjakan curam yang membelok. Terpaksa aku, Mbak Nany, Mas Ari dan bulik keluar dari mobil supaya mobil menjadi lebih ringan.

Di tikungan ini memang sering terjadi mobil tidak kuat menanjak. Karena itu ada beberapa pemuda yang berjaga di sini, siap membantu mengganjal roda belakang mobil yang kesulitan menanjak dengan batu. Mereka bekerja tanpa pamrih lho, sepertinya sih mahasiswa KKN gitu ... ^_^

Akhirnya kami berempat berjalan kaki menanjak, menunggu jalan agak datar baru bisa naik mobil lagi. Tapi ternyata jalannya menanjaaak terus. Membuat mobil tidak bisa berhenti karena khawatir malah merosot.

Tak lama adik dan keponakanku yang naik motor kembali menjemput kami yang berjalan kaki, menuju tanah datar yang dijadikan tempat antri untuk masuk ke wilayah perkebunan teh.

Setelah membeli tiket dan menunggu giliran naik, barulah mobil kami melaju lagi. Lagi-lagi jalan menanjak, hingga tampaklah hamparan pohon teh di perbukitan. Udaranya sejuuuuuk sekali.

Hei, hei, nggak sangka di Kulonprogo ada tempat seindah ini ^_^


Tangganya masih seperti ini untuk menanjak ke puncak

Di salah satu puncak bukit, ke sininya penuh perjuangan



Rame-rame bersama sepupu2, keponakan, serta teman sepupuku yang sudah mentraktir duren enak

Yeah, tahun baru ini seru banget. Kumpul bareng saudara-saudara, menikmatinya jauh dari keriuhan ibu kota. Sungguh tak terlupakan. ^_^






Kamis, 31 Desember 2015

#YearEndHoliday part 2 : Pantai Indrayanti Wonosari, Gunungkidul. Pantai berpasir putih



Sejak sering membaca informasi tentang pantai berpasir putih ini, penasaran ingin tahu seperti apa. Ternyata perjalanan menuju pantai ini lumayan jauh.

Berliku-liku, naik turun, terkadang jalan yang dilalui menanjak agak curam, namun karena kanan-kiri disuguhi pemandangan indah, pepohonan, lembah hijau dan sawah terasering, perjalanan menuju pantai menjadi menyenangkan.

Pantai Indrayanti awalnya bernama Pantai Pulang Sawal. Tapi karena di dekat pantai ini ada Hotel Indrayanti, nama pantai ini pun lebih dikenal sebagai Pantai Indrayanti.

Tak menyangka, pantai ini ternyata penuuuuh sekali. Menjadi agak kurang nyaman. Sebenarnya pantainya bagus, tapi karena terlalu penuh orang, keindahannya jadi tertutupi.

Walau begitu, nggak menyesal datang ke pantai ini. Menyadarkan betapa Indonesia memang dikaruniai keindahan alam tiada tara. Begitu banyak pantai, gunung, gua, yang membuat hati senang saat mengunjunginya.


Pasir putih

Karena di sini panas sangat terik, disediakan payung-payung yang bisa disewa, dilengkapi tikar. Biayanya hanya 20.000 saja sampai sepuasnya.
Tiket masuk ke pantai ini cukup 10.000 saja.

Ada yang bilang, buat orang Jogja, tak usah jauh-jauh ke Bali jika ingin menikmati pantai berpasir putih. Cukup ke deretan pantai di Gunungkidul saja. Suasananya nggak jauh beda.

Yang sudah pernah ke sini, bagaimana pendapatnya? ^_^


Terik sekali di pantai ini. Pukul 10 pagi sudah serasa pukul 12 siang. Lalu kami ke bagian yang berada di pinggiran tebing karang yang menjorok ke laut. Agak teduh di sini. Bisa merendam kaki di antara batu-batu karang.

Pukul 11 lebih, ombak semakin tinggi dan ganas. Jilatan gelombang hampir mencapai tempat kami menyewa tikar dan payung. Saatnya untuk menyudahi kunjungan kami ke pantai ini.

Setelah membersihkan tubuh dari air laut yang lengket, istirahat sebentar, lalu kami kembali ke Kota Jogja. 

Kunjungan selanjutnya ke Keraton Jogjakarta. Waah, karena bertepatan dengan liburan akhir tahun, Kota Jogja penuuuuuuh banget. Dan begitu deh tempat wisata di Indonesia kalau penuh pengunjung. Jadi banyak sampah... sedih.


Bagian keraton yang boleh dikunjungi wisatawan sedang kosong. Nggak ada kereta kencana dan seperangkat gamelan yang biasanya dipajang. Katanya sih karena beberapa malam sebelumnya digunakan untuk acara sekatenan. Mungkin sedang dibersihkan.

Nggak lama di keraton, setelah berkeliling, perjalanan kami lanjutkan ke Taman Sari yang nggak jauh dari Keraton. Dulunya ini tempat pemandian calon-calon selir Raja.

Di sini pun penuuuuuuhnya bukan main. Jadi nggak bisa memotret keindahan bangunannya. Di mana-mana ada orang.




Kali ini aku berusaha menemukan Masjid masa lalu yang berada di bawah tanah. Dua tahun lalu nggak kesampaian mengunjunginya.

Aiiiih, ternyata di sini juga penuuuuuuh pengunjung. Susah deh pengin foto-foto ... mungkin lain waktu ke sini lagi saat suasana tidak sepenuh ini. Supaya bisa meng-eksplore tempat ini lebih detail. 

Setidaknya rasa penasaranku sudah terjawab, di mana letak tangga di atas sumur kering menuju empat penjuru yang sering jadi lokasi foto prewedding, juga sering muncul di acara tv dan ftv :)



#YearEndHoliday part 2 : Festival Lampion Taman Pelangi Monjali


28 Desember 2015

Museum Monumen Jogja Kembali sekarang dimanfaatkan untuk taman lampion di malam hari. Dimaksudkan untuk menarik pengunjung. Dan tampaknya usaha ini berhasil. Saat aku berkunjung ke tempat ini bertepatan dengan libur bersama akhir tahun,  memang penuh pengunjung.




Lampion-lampion dibentuk berbagai macam, ada bentuk naga, ikan-ikan dan mahluk laut berikut karang-karangnya, ada light forest, ada juga tema Korea dan pohon-pohon Sakura. Tempat hiburan plus tempat untuk berfoto narsis yang menarik. Tapi kalau mau foto-foto selfie jangan sampai merusak lingkungan taman yaaa ... ingat, ingat!








Lampion bunga sakura emas









Masih ditambah beragam permainan untuk anak-anak. Termasuk mobil yang dikayuh dipenuhi lampu di bagian luarnya.

Makanan pun tersedia macam-macam. Sungguh, lingkungan Monumen Jogja Kembali ini menjadi semarak di malam hari.

Yang jalan-jalan ke Jogja, bisa mampir ke sini dan memanfaatkan kesempatan buat yang mau ckrek-ckrek upload ;)

Tiket masuknya 20.000 untuk satu orang.





#YearEndHoliday part 2 : Perjalanan Jakarta-Jogja super panjang

Sempat ragu ingin ikut berlibur lagi. Tapi berkumpul bersama sepupu dan keponakan memang menggelitik membuat ingin datang lagi. Akhirnya di detik-detik terakhir memutuskan ikut. Kehabisan tiket tersisa bus. Siapa sangka, perjalanan kali ini menjadi perjalanan dari Jakarta ke Jogja terlama yang pernah kualami.

Berangkat kamis 24 Desember pukul 5 sore, sampai Kulon Progo Jogja Sabtu 26 Desember pukul 1 dini hari. Kurang lebih 30 jam. Bukan main macetnya ...


Sepupu dan bulikku berjaga menungguku dan adikku. Karena dari tempat turun bus menuju rumah bulikku, sekitar 1 km. Bisa saja sih aku jalan kaki. Tapi sepupuku nggak tega dan menjemputku di ujung jalan masuk dengan motor. Aku membonceng sepupuku, adikku membonceng suami sepupuku.

Sampai rumah bulikku langsung mandi, kemudian dipaksa makan. berhubung lumayan lapar, aku pun nggak menolak. Setelah itu langsung tiduuuuuur ....

Walau baru tidur pukul 2 dini hari lebih, tapi aku tetap bangun nggak jauh dari sesudah subuh. Lega sekali rasanya melihat mentari bersinar di Desa Janten yang nyaman ^_^


Menjelang sore, kami menuju alun-alun Purworejo untuk makan malam. Asyiknya di Desa Janten ini, dekat dengan perbatasan Jogjakarta-Purworejo. Jadi kami bisa jalan-jalan ke Jogja, atau ke pusat kota Purworejo.

Alun-alun ini di malam hari ramai sekali. kami makan malam ketupat bumbu sambal kacang mirip ketoprak Jakarta, tapi bumbunya lebih cair.

Lalu menyewa mobil kayuh mengelilingi alun-alun. Lumayan olahraga.