Laman

Rabu, 18 Mei 2016

Backpacker stories part 3 : Indepedence Palace, Notre Dame, Post Office di Vietnam, kemudian menuju Kamboja

Hari ke-3 di Vietnam

Lagi-lagi aku memilih menu sarapan roti Vietnam dan telur dadar. Hari itu kami harus berangkat pagi-pagi sekali. Kami ingin menyelesaikan wisata kota yang belum tuntas. Ada 3 tempat lagi yang ingin kami kunjungi.

Hari itu, waktu kami sangat singkat. Pukul setengah 1 siang harus sudah kembali ke hostel, check out, kemudian naik bus menuju Kamboja.

Tepat pukul 8 pagi, kami keluar dari hostel. Pemilik hostel berbaik hati menemani kami ke pasar mencari kopi Vietnam dengan harga lebih murah daripada di night market.

Setelah mendapat kopi, aku, dan dua temanku mulai berjalan menuju Indepedence Palace. Kami jalan santai sambil ngobrol, hingga tak terasa sampai juga. Di sini, hati-hati saat berjalan di trotoar. Seringkali ada motor yang tiba-tiba muncul dari belakang.

Yup, sama seperti di beberapa tempat di Indonesia, masih ada pelanggar lalu lintas yang melajukan motor di trotoar.



Di Indepedence Palace kami hanya memotret dari luar saja. Setelah itu kami melanjutkan berjalan kaki menuju Notre Dame.



Rupanya, Notre Dame ini menjadi spot favorit untuk berfoto. Kami pun harus antri menunggu agak sepi.


Di seberang Notre Dame ada post office dengan bangunan lama yang masih berfungsi, bahkan jadi salah satu tujuan wisata.








Usai memotret Notre Dame dan Pos Office, kami kembali ke hostel, karena waktu sudah menjelang setengah 12. Lagi-lagi kami makan siang di Jalan Nguyen An Ninh. Kami kembali memilih Restoran Halal Amin. Tapi kali ini kami beli makanan dibungkus, dibawa pulang ke hostel, karena harus berburu dengan waktu.


Sesampai di hostel kami buru-buru check out. Memakan makanan kami dengan cepat, membayar hostel, kemudian bersiap menuju terminal bus. Saatnya kami memulai perjalanan selanjutnya menuju Kamboja.

Kami akan ke ibukota Kamboja dulu, Phnom Penh. Katanya membutuhkan 6 jam perjalanan sampai ke sana. Sepanjang jalan hanya ada pemandangan pepohonan yang kering, kami tidak melihat hamparan sawah. Yang terlihat hanya hamparan gersang dan pedesaan yang masih sepi. Tampak rumah masih tradisional Kamboja, berbentuk rumah panggung.

Ada satu gadis bule dari Ukraina yang ikut dalam bus. Kami sesekali berbincang sambil tukeran snack. 

Perbatasan Vietnam-Kamboja agak bikin was-was. Bus yang kami tumpangi hanya berisi sekitar 6 orang. Sisanya digunakan untuk mengangkut barang. Rupanya di perbatasan agak dicurigai, hingga bus diperiksa polisi dengan anjing pelacak. Untungnya barang yang dibawa sopir bus plus kenek aman-aman saja. 

Perbatasan Vietnam-Kamboja seperti ini aja




Untunglah kursinya nyaman. Lihat, di bawah kursi penuh barang, bukan punya kami

Pemandangan dari dalam bus




Bus kami berangkat pukul setengah 2. Sampai di Phnom Penh sekitar pukul setengah sembilan malam. Rasanya sudah lapar dan lengket tubuh ini. 

Kami masih harus menawar tuk-tuk yang akan membawa kami ke hostel. Kami ngotot dengan harga $4 saja. Oh iya, ternyata di Kamboja ini menerima dolar US untuk transaksi. Jadi, kami tidak perlu menukar uang ke mata uang reel. Kami memang bawa dolar sejak dari Kuala Lumpur.

Akhirnyaaa ... pukul sepuluh lebih kami sampai di hostel. Rasanya lelah sekali. Bahkan aku sudah nggak minat makan malam. Aku langsung tidur. Pukul dua malam baru aku bangun. mandi kemudian sholat. Lalu tidur lagi. Hari itu, benar-benar hari yang melelahkan.


Pamflet Cu Chi Tunnel


Suvenir khas Vietnam



Oleh-oleh khas Vietnam. Pho instan dan kopi Vietnam


Bentuknya seperti kwetiaw tapi tipis



3 komentar:

  1. mb arumi... mau tanya nih. ongkos bis dr vietnam ke Kamboja brp? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Vetty, maaf baru balas. Semoga udah jadi ke Vietnam dan Kamboja ya. Nah, aku lupa berapa ongkos bisnya :D

      Hapus
  2. untuk bus dari ho chi minh ke phnom pehn itu berapa dan beli dimana ?
    Thanks sebelumnya

    BalasHapus