Laman

Rabu, 28 Maret 2018

Traveling : Rumah terbalik di KL Tower Malaysia

Kami sampai di bandara KLIA pukul 1 malam. Setelah mengurus bagasi dan imigrasi, kami baru keluar nyaris pukul 2. 

Rencana awal kenapa aku ikut mampir Malaysia sehari, karena mau ke Ipoh. 

Sementara kami belum pesan hostel.  Baru tahu juga dari teman yang mengajak jalan-jalan ke Ipoh. Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Ipoh 6 jam. Bolak balik jadi 12 jam. Rasanya nggak mungkin kalay di Malaysia kami cuma sehari besok. 

Akhirnya kami menginap di KL nggak jauh dari Stasiun pusat. 

Sebenarnya aku sudah bosan keliling KL.  Sudah pernah tinggal sebulan di sini. 

Tapi karena sudah telanjur beli tiket pulang ke Jakarta besoknya, akhirnya menginaplah di KL. 

Pukul setengah 4 pagi baru kami sampai hotel. Itu pun kami sempat salah hotel. Ternyata hotel yang sudah dibooking temanku secara online di bandara itu, punya 2 cabang di KL. 

Pas pula gerimis. Lengkap sudah letih lesu yang agak menguras emosi. 

Akhirnya sampai hotel kami sempatkan tidur. Kami santai-santai. Pukul sepuluh pagi barulah siap-siap keluar. 

Aku usul ke KL Tower saja.  Karena cuma tempat wisata ini yang belum pernah aku kunjungi selama aku tinggal di KL. 

Siapa sangka, cuaca yang tadinya cerah mendadak gerimis. Belum sempat masuk ke tempat wisatanya, hujan turun deras banget. Untunglah di dekat kami ada hotel. Buru-buru kami berlari ke hotel itu menumpang beteduh di terasnya. 

Bersyukur satpam yang jaga baik hati. Membiarkan kami lesehan di teras hotel itu. Malag beliau mau bantuin buangin sampah kami. 

Hujan deras dan angin kencang, hingga walau sudah berlindung di teras, kami tetap kena tampias hujan. 

Pukul setengah 4 sore barulah hujan berhenti.  Di seberang hotel itulah pintu masuk KL Tower. 

Kami ke sini cuma pengin lihat-lihat saja. Nggak berniat naik ke towernya, karena tiketnya lumayan mahal. 

Ada rumah terbalik, itu pun kami nggak masuk. Hanya berfoto di depannya. 

Yang penting sudah sah semua tempat wisata di KL sudah pernah aku kunjungi. 






Cukup mejeng di depan pintu masuknya saja. 

Setelah merasa cukup di menara ini, kami ke Central Market. Teman-teman membeli banyak oleh-oleh. Aku cuma mau nyiba milo cube.

Dari Central Market, teman-temanku masih mau belanja ke Bukit Bintang.

Sampai malam kami di sini. Sudah pukul sepuluh malam. Kaki rasanya mau copot saking pegalnya.

Akhirnya temanku yang nggak kuat capek berhenti mau pijat kaki. Aku pun ikut dia, aku nggak mau pijat, cuma mau numpang duduk. Satu lagi teman ikut ke panti pijat sementara yang lain lanjut belanja.

Tempat pijat itu ditawarkan seorang laki-laki di jalan perempatan Bukit Bintang itu. Ternyata dia orang Indonesia, tepatnya dari NTT.

Aku sempat heran, di mana tempat pijatnya?  Aku nggak lihat ada tempat pijat di depannya. Laki-laki itu mengajak kamu naik tangga sempit cuma cukup satu orang. Sampai di lantai dua, aku masih belum lihat tanda-tanda ada tulisan di etalase pijat refleksi.

Ternyata tempat pijatnya sangat tertutup. Pintunya dilapis teralis dan dikunci!

Aku mulai merasakan keanehan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar