Laman

Selasa, 10 Januari 2012

Menjadi Volunter Sea Games 2011



Berfoto bersama Rio, atlit sailing wanita kebanggaan Indonesia yang memperoleh medali emas.


Pengalamanku menjadi volunteer dimuat di harian Republika.


September 2011 aku mencoba pengalaman menjadi volunter hajatan akbar Sea Games 2011 yang diselenggarakan di dua kota, Jakarta dan Palembang. Karena aku tinggal di Jakarta,aku ditugaskan di venue sailing di Pantai Marina Ancol.

Serunya mendapat pengetahuan tentang sailing. Ini olahraga yang ternyata menarik. Aku takjub saat mengetahui ada kategori anak-anak yang baru berusia 8 tahun. Sekecil itu sudah bisa membawa perahu layar di laut lepas. Hebat sekali.

Selain mendapat honor yang lumayan, pengalaman, aku juga mendapat banyak teman baru. Serta kenang-kenangan pin dari berbagai negara peserta.

1. Persiapannya cukup sederhana saja. SDM Inasoc sebagai yang bertanggung jawab dalam perekrutan tenaga volunteer dan LO, mentraining kami terlebih dahulu selama satu hari. Dalam training itu kami diberikan materi tentang bagaimana bersikap yang baik dalam pergaulan, tentang interpersonal relationship,tentang bagaimana berkomunikasi yang efektif dan sedikit pengetahuan tentang wisata kota Jakarta, sebagai bekal kami untuk berinteraksi yang baik dengan para atlit tamu dan officialnya.Aku mendapat info tentang menjadi volunteer ini dari seorang teman.

Aku bertugas sebagai volunteer di venue sailing yang berlokasi di Pantai Marina. Sejak awal aku tahu tempat tugasku ini, aku sudah sangat antusias. Pantai Marina tentu saja identik dengan rekreasi dan bersenang-senang. Sehingga aku pun yakin bahwa tugasku nantinya pasti akan sangat bernuansa fun. Kenyataannya memang benar. Satu timku berjumlah 22 orang. Masing-measing diberi tugas yang berbeda, tapi sejalan waktu, kami pun saling bertugas tugas, sehingga hampir semua dari kami merasakan semua pengalaman tugas yang berbeda-beda. Seperti misalnya aku pernah ditugaskan mambantu di rauang secretariat untuk menerjemahkan surat undangan acara closing ceremony. Aku juga pernah ikut serta dalam kapal wasit menuju tengah laut menyaksikan bagaimana menentukan garis start dan finish di tengah laut. Di hari pertandingan, aku bertugas di pos check in/out, tempat para atlit wajib menyerahkan id cardnya sebelum turun ke laut.

Intinya, sebagai volunteer, tugas kami adalah membantu apa saja untuk melancarkan jalannya kegiatan yang berlangsung di venue sailing. Beberapa dari kami ada juga yang membantu mendorong kapal atlit menuju laut, atau menarik kapal atlit yang selesai berlayar di laut menuju tempat pencucian kapal. Kami hanya membantu meringankan atlit, karena semua atlit sebenarnya telah terbiasa membawa sendiri kapalnya, kecuali kapal-kapal yang besar yang memang butuh batuan untuk didorong dan ditarik. Ada juga yang bertugas ikut mengantar makanan ke kapal wasit di laut yang berjumlah sekitar Sembilan kapal sesuai dengan jumlah kelas yang dipertandingkan. Banyak pengalaman yang tak terlupakan selama aku bertugas di pantai Marina.

Kejadian paling lucu adalah ketika kami sedang istirahat siang di kantin yang terletaK di belakanng venue, ternyata ada dua atlit Singapura yang memesan mi ayam di kantin itu. Mereka bilang mi ayam di situ lebih enak daripada spaghetti menu makan siang mereka. Mereka bahkan tanpa ragu menuangkan saos botolan yang merahnya ngejreng itu. Tentu saja itu tanpa sepengetahuan pelatih mereka. Karena sebagai atlit, makanan mereka sebenarnya sudah diatur oleh ahli gizi. Mereka tak ragu berbaur dengan kami dan ngobrol santai. Ternyata tak hanya kedua atlit Singapur itu, tim Malaysia bahkan dating lengakap ke kantin juga memesan mi ayam itu berikut pelatihnya! Padahal itu hanya mi ayam gerobak biasa yang harganya 7000 rupiah per porsi. Atlit Malaysia itu ternyata friendly dan kami pun ngobrol asyik sembari bercanda, seolah segala pemberitaan tentang permusuhan dengan orang Malaysia seperti dalam banyak berita tak terbukti di situ. Bahkan kami masing-masing diberikan pin kontingen Malaysia sebagai kenag-kenangan. Kami juga mendapat pin kontingen Thailand dari atlit Thailand kelas junior yang memperoleh medali perak.Secara keseluruhan, lebih banyak suka selama bertugas di venue sailing. Hanya saja kami harus rela kulit kami menghitam karena terbakar matahari selama 13 hari bertugas di Pantai Marina. Tapi tentu saja itu tidak sebanding dengan serunya bertugas di sana. Semakin hitam, siapa takut? Hehehe

Awalnya aku melamar sebagai volunteer sea Games, aku tak mengira bahwa aku akan mendapatkan honor juga. Karena volunteer tentu saja artinya sukarelawan. Mendapatkan 3 buah kaos seragam berlogo Sea games, dua buah celana, sepasang sepatu, sebuah tas, sebuah topi, satu set alat tulis saja sudah membuat aku senang. Tetapi ternyata Inasoc sebagai panitia penyelenggaraan Sea Games, tidak memperkerjakan kami dengan Cuma-Cuma. Kami mendapatkan honor yang cukup layak, yang sangat lumayan untuk menambah asaldo tabungan kami. Sungguh sangat beruntung aku ikut serta menjadi volunteer dalam Sea Games ini, karena bukan hanya uang, tapi juga aku mendapat banyak pengalaman berharga dan tentu saja banyak menambah teman.

Terlibat dalam acara sebesar Sea games, tentu saja artinya harus siap berinteraksi dengan banyak orang, bukan hanya dengan sesame petugas VO dan LO, tapi juga dengan panitia, terutama dengan panitia penyelenggara di setiap venue tempat kami ditugaskan. Dan yang paling penting, kami juga pastinya akan berinteraksi dengan atlit dan official masing-masing Negara peserta. Yang utama adalah, kami harus menjaga sikap sopan santun dan ramah tamah. Juga sikap sigap untuk siap sedia membantu siapa saja yang butuh bantuan. Ini juga menjadi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dari negara yang berbeda-beda. Untuk yang bisa berbahasa Inggris, kami bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Tapi atlit Myanmar umumnya tidak bisa berbahasa inggris, sehingga kami pun berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Toh itu tak menjadi kendala, karena kami bisa saling mengerti, asalkan kami tetap bersikap sopan dan yang paling penting adalah murah senyum, karena senyum pasti artinya positif, apa pun bahasa yang kami gunakan. Bahkan ada atlit Thailand yang setiap pagi justru mengucapkan selamat pagi, dan dia juga belajar dari kami bagaimana cara mengucapkan selamat sore.

1 komentar:

  1. Terimakasih bu, atas cerita pengalamannya. Saya kwbetulan juga sedang mencoba jadi volunteer dj Asian Games, kalau boleh tahu, ketika wawancara pada proses rekrutmen apa saja yg ditanyakan oleh panitia?

    BalasHapus