Laman

Jumat, 05 Februari 2016

Behind The Scene "Around The World with Love Series"



Berawal dari obrolan ringan di sebuah grup WA tentang novel-novel bersampul senada yang menarik perhatian, kami berempat punya mimpi. Mimpi tentang membuat serial novel religi dengan empat orang penulis.

Lalu, suatu hari di awal Oktober, editor kami tercinta (yang tak boleh dilisankan namanya karena memilih menjadi orang misterius) meluangkan waktu untuk mengadakan rapat mini dengan kami semua. Kala itu, ide untuk membuat seri berlatar kota-kota di luar negeri pun mencuat. Ketok palu, persetujuan pun disegel.

Pertengahan November, kami harus menyetor naskah utuh. Maka, periode kalang kabut yang merepotkan tapi justru disukai itu pun dimulai. Satu hal yang membuat kami sangat bersemangat dan mampu mematuhi jadwal yang ketat adalah upaya sang editor untuk terus menyemangati kami. Salah satunya adalah membuatkan cover-cover cantik ini, bahkan sebelum naskahnya selesai. Ini pengalaman baru untuk kami semua. Kami, penulis-penulis yang sedang mencari jati diri dan jelas-jelas bukan penulis top, diperlakukan demikian istimewa. Bagi orang lain mungkin sederhana, tapi bagi kami sungguh luar biasa.









Cover-cover yang luar biasa menawan ini mampu memberi tenaga tambahan hingga kami menuntaskan pekerjaan tepat waktu. Periode Desember hingga Januari, diisi dengan revisi dan pemeriksaan PDF naskah. Kami berusaha keras untuk meminimalkan kesalahan, karena membuat karya yang sempurna adalah mustahil.

Setelahnya, kami kadang terlibat diskusi panjang untuk merencanakan promosi dan blogtour. Kami juga berbagi tugas untuk memperkenalkan seri ini kepada pembaca fiksi Indonesia. Novel-novel yang sudah dikemas demikian cantik dan diupayakan sebagai karya terbaik yang bisa kami tuliskan, terlalu sayang untuk diabaikan.



Lewat buku ini kami mengajak pembaca berkelana ke Marrakech, Adelaide, Edinburgh, dan Paris. Tidak semua dari kami pernah mengunjungi tempat-tempat itu, tentu saja. Tapi percayalah, kami melakukan riset yang mendetail agar bisa menghadirkan kota-kota itu di dalam novel. Tapi satu hal yang perlu kami ingatkan, ini adalah fiksi. Bukan buku travel. Setting hanyalah menjadi pelengkap cerita, bukan "jualan utama".

Satu lagi yang tak kalah penting, kami menulis ini dengan cinta yang menggeliat. Untuk Anda, para pembaca. Di mana pun Anda berada, semoga selalu bahagia. Seperti tokoh-tokoh rekaan di seri pertama ini. Harapan kami, Love in Adelaide, Love in Marrakech, Love in Edinburgh, serta Love in Paris, bisa meninggalkan memori menawan untuk Anda semua.


Salam,
Penulis

Disusun oleh Indah Hanaco

Book trailer Around The World With Love




Selasa, 02 Februari 2016

Tips Menulis dari Editor

Welcome Februari ... nggak berasa sudah bulan ke-2 tahun 2016. Ingat deadline naskah selanjutnya tinggal 27 hari lagi.

Tapi aku sempatkan berbagi tips penting banget dari editorku. Supaya aku selalu ingat dan mungkin bisa berguna juga untuk teman-teman yang hobi menulis. Ini dia :)

1. Buat yang biasa menulis cinta segitiga, coba dikembangkan konfliknya menjadi cinta segiempat atau sekalian trapesium.

2. Penggalian tokoh. Hindari selalu menggunakan penokohan dengan karakter yg sama.

3. Hindari terlalu memikirkan perintilan. Maaf kalau saya ulang ini, untuk mengingatkan ulang. Jika menempatkan sendok di awal cerita, pastikan sendok itu ADA KORELASINYA dengan keseluruhan kisah. Jika tidak, HAPUS saja.

4. Pun untuk perintilan detail lokasi atau baju atau fisik. Kebaya payet di dada, tas sulam sekian warna, tahi lalat di muka, jika TIDAK MENAMBAH nilai cerita. Karena kadang perintilan ini, jika editor tidak teliti, bisa jadi peluang kesalahan.

5. Memakai kata yg kurang populer tapi menambah keindahan bahasa, bisa menjadi daya pikat, lho!

6. Kembali ke zaman purba, yaitu membuat corat-coret dan pembabakan cerita. Tulis nama tokoh dan sifatnya yang paling menonjol sebagai panduan kita mengembangkan cerita. Misalnya : Tia, penulis. Senggol bacok dan nangis bombay kalau mendekati datang bulan. Penerapan yang pas: Oooo, aku tahu kenapa Tia marah besar tapi kemudian nangis melihat orang tua dekil yang menawarkan timbangan. Dia pasti lagi pms!
Kurang tepat: Tia ngakak sekencang2nya. Wah, kayaknya dia lagi pms.

7. Sad but true, hanya sedikit pembaca yang mau beli/baca buku sad ending. Karena buku menjual mimpi. Menjual hidup ideal. Tapiiii, boleh banget membuat cerita mellow jika memang yg akan dikuatkan adalah bahasa emosinya. Lihat nicholas sparks dan karya nangis2nya itu. Itu kekuatannya. Itu dagangannya. Kalau mau membuat pembaca nangis, pastikan they cry hard.

Ini novel baruku yang digawangi editor kerenku ini loh. Terbit 18 Februari 2016. Yuuk, koleksi ^_^


Senin, 25 Januari 2016

Mengintip novel baru yang akan terbit

Ada yang bilang. Seorang penulis, semakin sering menulis, bukan berarti menjadi semakin mudah menulis. Setidaknya itu kualami. Sekarang ini, aku butuh waktu lebih lama menyelesaikan satu naskah. Tidak bisa lagi terburu-buru.

Banyak yang harus disiapkan. Terutama riset tentang setting cerita dan masalah yang akan dibahas dalam cerita. Mempersiapkan plot dengan matang, menguji berkali-kali kelogisan cerita. Karena itulah tahun lalu aku hanya sanggup menyelesaikan dua naskah.
Tahun ini aku baru mulai menulis naskah baru. Target selesai akhir Februari, lalu lanjut menulis naskah baru. Ada lima naskah yang aku rencanakan akan kuselesaikan tahun ini.

Tiga naskah memang harus karena sudah ditetapkan deadline-nya oleh penerbit. Dua lagi aku sendiri yang harus memaksa diriku bisa menyelesaikannya tahun ini.

Februari 2015, akan terbit novelku yang pertama tahun ini. Akan menjadi novel soloku yang ke-20. Ah, baru sedikit ya?

Ini merupakan seri around the world with love. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Berawal dari ide kami 4 penulis untuk membuat novel yang diterbitkan secara berbarengan dalam satu seri, namun cerita kami tidak saling berhubungan.

Cerita milikku sendiri akan menjadi trilogi. Di awali dengan yang berjudul "Love in Adelaide".

Tunggu terbitnya yaa... 15 Februari 2016. Untuk sementara, aku berbagi logo dan quotesnya dulu ^_^















Minggu, 24 Januari 2016

Belajar EYD : Kata yang disambung

Halo teman-teman yang hobi menulis dan membaca. Sudah lama ya, aku nggak sharing tentang EYD.

Kali ini aku mau berbagi ilmu eyd yang aku dapatkan dari hasil revisi naskahku terbaru yang akan terbit pertengahan Februari 2016. Sumbernya dari editorku, editor Gramedia Pustaka Utama.

Ini tentang kata yang harus disambung dalam penulisannya.
Beberapa di antaranya :

~ Serba yang diikuti kata dasar, disambung.
   Contoh :
   *Toko serbaada --- sudah benar
   *Serbabersih --- sudah benar

~ Kata "maha" yang diikuti kata dasar KECUALI esa, juga ditulis sambung.
   Contoh : Mahaadil Mahaagung Mahatahu Mahabesar

~ non- juga terikat dengan kata dasar yg mengikutinya.
   Contoh : nonmuslim,

~ Begitu juga dengan super-, bila diikuti kata dasar, penulisannya disambung
   Contoh : supercerewet

Sekian sharing singkat dariku. Lain waktu kalau ada ilmu baru dari editorku akan aku bagi lagi ^_^