Laman

Selasa, 25 Desember 2018

Paris, Menara Eiffel dan Mimpi Yang terwujud

Sepanjang perjalanan menuju Paris, aku antusias banget. Nggak menyangka akhirnya bisa ke Eropa dengan biaya sendiri. Bahkan setahun lalu pun aku masih belum terbayang bisa menginjakkan kaki di Eropa.

Di kamarku, aku memasang stiker dinding gedung-gedung yang menjadi ikon kota-kota terkenal di dunia. Ada menara Eiffel Paris, ada kincir angin Belanda, ada patung Liberty New York, dan Big Ben London.

Ketika memasang stiker-stiker itu aku memang berkhayal, andaikan bisa ke negara-negara itu. Alhamdulillah, di bulan April 2018, aku bisa mewujudkan mimpi menginjakkan kaki di Paris dan Amsterdam.

Sebagai permulaan aku akan menceritakan saat berada di Paris, kota pertama di Eropa yang aku datangi. Sebelum selanjutnya ke Amsterdam, Praha, Budapest dan Istanbul.

Dari bandara Soetta, aku dan beberapa teman travelingku langsung menuju KLIA dulu. Sampai di KLIA malam banget. Banyak toko yang sudah tutup. Dan baru besok paginya kami berangkat ke Paris transit di Dubai.

Jadi kami menginap di KLIA sampai pagi. Tidurnya numpang di kursi restoran yang sudah tutup, hehe. Maklum, backpacker ya begini. Hemat dan praktis.

Oh iya, sebelum berangkat, aku sudah membawa perlengkapan untuk selama di Eropa. Termasuk rice cooker kecil. Yup, jangan kaget. Atas saran temanku yang sudah biasa ke Eropa, katanya lebih baik ke Eropa bawa beras dan rice cooker mini. Lebih hemat dan dijamin halal. Karena agak susah nemu makanan halal di sana. Selain itu, harga makanan juga mahaal. Aku kalau soal diajak henat mah setuju aja, hehehe.

 Siapin dulu uang euro buat biaya jajan.

 Siapkan tiket dan paspor.


 Bisa nonton film selama di pesawat.

 Menu makanannya begini.

 Transit di Dubai.

Sambil nunggu giliran keluar pesawat, foto dulu bareng pramugari Emirates yang cantik.

Dari KLIA, pesawat berangkat ke bandara Dubai untuk transit dulu. Kami naik pesawat Emirates. Cukup nyaman. Pesawatnya juga besar. Selama enam jam terbang, lalu transit di Dubai hanya satu jam! Kebayang nggak kami lari-lari menuku pesawat yang membawa ke Paris. Dan itu jaraknya jauuuh, ahaha. Harus naik skytrain dulu, naik turun eskalator, lari-lari terus nggak berhenti. Percayalah, waktu satu jam itu mepet banget.

Untunglah kami masih keburu sampai. Sampai pesawat menuju Paris, napas ngos-ngosan.

Dari Dubai kami terbang sekitar 6 jam juga. Dan akhirnyaaa ... sampai di Paris jam 10 malam waktu Paris. Rasanya seperti mimpi akhirnya bisa menginjakkan kaki di Paris.






Sampai hotel capek banget. Tengah malam. Jam satu dini hari baru pada tidur. Jam empat sudah bangun langsung pada masak nasi buat bekal makan siang di jalan. Sarapan sudah disediakan di hotel.

Eksis di lobi hotel



Sarapan gratis di kafe hotel. 

Akhirnyaaa ... Bisa lihat menara Eiffel langsung







Rasanya nggak percaya saat melihat menara Eiffel. Selama ini cuma lihat di TV, film, foto. Sekarang bisa melihat langsung. Semalam rasanya masih belum sadar sudah ada di Paris. Tapi begitu paginya melihat menara Eiffel, aaaaah ... Paris! Aku di Paris! Alhamdulillah.

Yang bikin terharu adalah aku bisa ke sini dari hasil jerih payahku sendiri. Dan cuma dari hasil menulis. Karena sejak aku berhenti bekerja jadi arsitek di tahun 2011, aku fokus hanya menulis novel. Dan sumber penghasilanku hanya dari menulis novel. Aku nggak punya usaha lain atau pekerjaan sambilan lain.

Bagaimana cuma dari menulis novel bisa sampai ke Paris? Karena Allah bermurah hati memberi rezeki. Alhamdulillah.

Yang berikutnya aku akan cerita tempat-tempat lain yang aku kunjungi di Paris yaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar