Berawal dari obrolan ringan di sebuah grup WA tentang novel-novel bersampul senada yang menarik perhatian, kami berempat punya mimpi. Mimpi tentang membuat serial novel religi dengan empat orang penulis.
Lalu, suatu hari di awal Oktober, editor kami tercinta (yang tak boleh dilisankan namanya karena memilih menjadi orang misterius) meluangkan waktu untuk mengadakan rapat mini dengan kami semua. Kala itu, ide untuk membuat seri berlatar kota-kota di luar negeri pun mencuat. Ketok palu, persetujuan pun disegel.
Pertengahan November, kami harus menyetor naskah utuh. Maka, periode kalang kabut yang merepotkan tapi justru disukai itu pun dimulai. Satu hal yang membuat kami sangat bersemangat dan mampu mematuhi jadwal yang ketat adalah upaya sang editor untuk terus menyemangati kami. Salah satunya adalah membuatkan cover-cover cantik ini, bahkan sebelum naskahnya selesai. Ini pengalaman baru untuk kami semua. Kami, penulis-penulis yang sedang mencari jati diri dan jelas-jelas bukan penulis top, diperlakukan demikian istimewa. Bagi orang lain mungkin sederhana, tapi bagi kami sungguh luar biasa.
Cover-cover yang luar biasa menawan ini mampu memberi tenaga tambahan hingga kami menuntaskan pekerjaan tepat waktu. Periode Desember hingga Januari, diisi dengan revisi dan pemeriksaan PDF naskah. Kami berusaha keras untuk meminimalkan kesalahan, karena membuat karya yang sempurna adalah mustahil.
Setelahnya, kami kadang terlibat diskusi panjang untuk merencanakan promosi dan blogtour. Kami juga berbagi tugas untuk memperkenalkan seri ini kepada pembaca fiksi Indonesia. Novel-novel yang sudah dikemas demikian cantik dan diupayakan sebagai karya terbaik yang bisa kami tuliskan, terlalu sayang untuk diabaikan.
Lewat buku ini kami mengajak pembaca berkelana ke Marrakech, Adelaide, Edinburgh, dan Paris. Tidak semua dari kami pernah mengunjungi tempat-tempat itu, tentu saja. Tapi percayalah, kami melakukan riset yang mendetail agar bisa menghadirkan kota-kota itu di dalam novel. Tapi satu hal yang perlu kami ingatkan, ini adalah fiksi. Bukan buku travel. Setting hanyalah menjadi pelengkap cerita, bukan "jualan utama".
Satu lagi yang tak kalah penting, kami menulis ini dengan cinta yang menggeliat. Untuk Anda, para pembaca. Di mana pun Anda berada, semoga selalu bahagia. Seperti tokoh-tokoh rekaan di seri pertama ini. Harapan kami, Love in Adelaide, Love in Marrakech, Love in Edinburgh, serta Love in Paris, bisa meninggalkan memori menawan untuk Anda semua.
Salam,
Penulis
Disusun oleh Indah Hanaco
Book trailer Around The World With Love
wah menarik. kalo ada blogtour boleh atuh sy bantu.. ngarep. biar nanjakin blog juga.
BalasHapushapudin.blogspot.com
Sudah ada 5 blogger yang terpilih :)
HapusMba Rum...
BalasHapuskeren-keren banget books trailernya... so sweet...
jd kepingin bermimpi lagi untuk menulis... hm... :)
barakallah, Mba Rum..
Halo Putri apa kabar? Aamiin...alhamdulillah. Ayo semangat nulis lagi Putri. Ehiya, datang yuk ke acara launchingnya di Istora tanggal 29 Februari jam setengah 3 :)
HapusHallo kak, mau tanya nih. ATWWLS antara batch 1 sama 2 perbedaannya apa ya? Apakah ada keterkaitan antara keduanya?. Btw salam kenal kak arumi. Thanks
BalasHapusSalam kenal juga Septya. Batch 1 dan 2 itu cuma buat menandakan waktu terbitnya. Jadi kami 4 penulis masing2 mendapat tugas menulis 3 naskah untuk seri ATWWL ini dalam setahun. Terbitnya tiga kali juga dalam setahun. Di awal tahun, di pertengahan tahun dan di akhir tahun. Untuk mudahnya, yang terbit di awal tahun ini kami sebut batch 1. Yang terbit bulan Mei kami sebut batch 2. Nanti akan terbit lagi 4 novel lagi dari kami di bulan Oktober kami sebut batch 3. Penulis diberi kebebasan untuk bikin cerita apa saja. Intinya settingnya di luar negeri dan ceritanya walau romantis tapi santun. Saya pribadi memilih menulis trilogi. Jadi, #LoveinAdelaide akan bersambung ke #LoveinSydney, nanti bersambung lagi ke #LoveinMontreal. Semoga jelas ya Septya :)
HapusApa ada batch 4nya?
BalasHapus