Laman

Selasa, 17 Juli 2012

90 Days, Time to Love







Resensi Drama Korea


90 Days, Time to Love


By: Arumi E


Hyun Ji-seok (Kang Ji Hwan) berada di puncak kehidupannya. Di usianya yang ke-31 tahun, hidupnya terasa sempurna. Mempunyai karir yang baik sebagai dosen arsitektur di sebuah perguruan tinggi, menikah dengan Park Jung-ran (Jung Hye Young) yang cantik dan berasal dari keluarga berada walau sesungguhnya bukan cinta sejatinya. Hidupnya semakin sempurna karena ia telah dikaruniai seorang anak perempuan berusia 8 tahun.

Namun mendadak hidupnya yang sangat sempurna itu berubah seratus delapan puluh derajat saat ia divonis dokter menderita penyakit kanker dan masa hidupnya hanya tersisa 90 hari lagi. Awalnya Ji-seok tak percaya ia menderita kanker. Ia merasa sehat-sehat saja, kecuali beberapa kali ia memang seringkali merasakan sakit di perutnya yang ternyata disebabkan kanker pankreas.



Dalam kekalutan, tiba-tiba saja dia teringat kembali dengan cinta pertamanya. Satu-satunya keinginannya adalah menghabiskan sisa hidupnya yang hanya 90 hari itu bersama cinta sejatinya, Mi-yeon (Kim Ha Neul) yang telah ditinggalkannya 9 tahun lalu. Ia takut jika harus mati tanpa Mi-yeon di sisinya. Mungkinkah keinginan terakhir Hyun Ji-seok itu bisa terpenuhi? Apalagi kenyataannya Mi-yeon dan Hyun Ji-seok sudah sama-sama menikah. Apakah mereka berani melanggar norma demi mengenang kembali cinta pertama mereka dulu? Juga melawan pertentangan dari pasangan masing-masing?

Sebelumnya, Hyun Ji-seok dan Mi-yeon adalah pasangan kekasih yang saling jatuh cinta sejak masa SMA. Hubungan mereka terpaksa harus diakhiri karena mereka harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata mereka adalah saudara sepupu. Dalam tradisi keluarga mereka, adalah terlarang saudara sepupu menjalin hubungan kasih.



Semula mereka memutuskan berpisah, tetapi rasa cinta di antara mereka terlalu kuat, mereka pun kembali bersama lagi. Hampir saja mereka memutuskan kawin lari dan kabur ke San Fransisco, tetapi sehari sebelum mereka berangkat, Ji-seok harus menghadapi kenyataan kematian ayahnya karena kecelakaan. Kematian ayahnya itu membuat rencanaya awalnya kawin lari bersama Mi-yeon harus ditangguhkan. Ia harus menjadi tulang punggung keluarganya, menafkahi ibu dan seorang adiknya, karena ayahnya meninggalkan hutang yang tidak sedikit. Tak ada pilihan lain bagi Ji-seok kecuali meninggalkan Mi-yeon dan menikah dengan Park Jun-ran, wanita yang dijodohkan dengannya sejak awal untuk menyelamatkan keuangan keluarganya.



Mi-yeon patah hati dan merana ditinggalkan Hyun Ji-seok tanpa alasan jelas. Mi-yeon tidak tahu bahwa Ji-seok meninggalkannya karena terpaksa. Sembilan tahun berlalu, tiba-tiba saja Ji-seok datang menemui Mi-yeon dan memintanya tinggal bersama selama 90 hari. Bagaimana mungkin, Mi-yeon yang hatinya pernah disakiti Ji-seok bisa menerimanya? Apalagi dia telah memiliki suami, sementara Ji-seok juga telah memiliki istri. Tapi lagi-lagi tak ada yang bisa melawan kekuatan cinta pertama. Berbagai halangan mereka terjang untuk bisa kembali bersama, dan menikmati tiap detik kebersamaan mereka yang hanya tersisa 90 hari.

Nice movie, tentang cinta pertama yang tak kesampaian karena masing-masing telah memiliki cinta kedua. Mereka hanya memiliki waktu 90 hari untuk kembali mengenang cinta pertama mereka, sebelum kematian memisahkan mereka berdua untuk selamanya...
Akting para pemainnya cukup maksimal. Walau drama ini menceritakan kisah sedih dan memilukan, tetapi tak banyak air mata yang diumbar. Masing-masing karakter lebih banyak bermain emosi yang tidak melulu diperlihatkan melalui deraian air mata, tetapi ditunjukkan lebih mendalam melalui kegelisahan mereka, bahasa tubuh, tatapan mata dan ekspresi wajah.

Ini soundtrack-nya benar-benar menyayat hati

Seperti biasa, Kang Ji Hwan bermain total dalam perannya ini. Perubahan sikapnya tampak jelas, dari yang semula penuh rasa percaya diri menjadi kehilangan harapan hidup dan kemudian diam-diam sesungguhnya menyimpan ketakutan karena harus meninggalkan semua yang disayanginya di dunia ini. Ia seolah masuk ke dalam perannya sebagai Hyun Ji-seok yang hampir putus asa berharap bisa menghabiskan hari-hari terakhirnya bersama cinta pertamanya. Kabarnya, kang Ji Hwan sengaja tidak makan malam hanya minum soju selama berhari-hari agar ia merasakan sakit sungguhan. Dan usahanya itu berhasil, karena ia memang tampak seperti sungguh-sungguh seorang yang sedang sakit parah dan sekarat.

Jung Hye-young yang berperan sebagai istri Hyun Ji Seok juga bermain apik memerankan tokoh seorang istri yang sedih karena sebentar lagi akan kehilangan suami, apalagi setelah ia tahu ternyata selama Sembilan tahun menikah, suaminya tidak benar-benar mencintainya. Ada perempuan lain di hati suaminya dan yang justru diinginkan suaminya menemani saat-saat terakhirnya. Walau kemudian suaminya menuntut bercerai karena tak ingin menyakiti perasaan sang istri, tetapi ia menolak dan memilih terus mempertahankan suaminya agar tetap berada di sisinya.

Sementara Yun Hee-seok yang berperan sebagai Kim Tae-hun suami Mi-yeon juga bermain sangat bagus, memerankan karakter suami yang sangat menyayangi istrinya, hingga ia merelakan istrinya menghabiskan waktu bersama mantan kekasihnya, walau hatinya harus menahan perih dan rasa tak rela. Emosi semua pemain ter-explore dengan baik masuk ke dalam karakter masing-masing peran.



Film ini menampilkan gambar-gambar indah panorama Pulau Jeju yang eksotis terutama pada adegan-adegan awal dan menjelang akhir. Suasana sendu dan melankolis semakin kuat terasa dengan hiasan alunan soundtrack lagu-lagu romantik sepanjang film, di antaranya lagu Smoke Get in Your Eyes, San Fransisco, Sarang Eun Gan Da dinyanyikan oleh J.M , Ha Roo Man Keum dinyanyikan Jung Jae Wook dan lagu yang paling menyayat hati, Yoo Suh dinyanyikan Jung Jae Wook.


Cinta pertama memang sulit dilupakan... *siapin saputangan sebelum nonton ya...

Tato Pak Tito

Cerpen anak karyaku yang dimuat di majalah anak "Irfan" volume 2, November 2011

Apa benar Pak Tito punya tato? Mana boleh, Pak Tito kan guru...Sandi pun penasaran, dan nekat menyelidiki rahasia di balik lengan panjang baju Pak Tito...

Ada guru baru di kelas Sandi. Pak guru muda itu memperkenalkan diri sebagai Pak Tito, guru olahraga baru menggantikan Pak Soni yang pindah tugas ke sekolah lain.
Pak Tito berpakaian rapi. Memakai kemeja biru berlengan panjang. Sepertinya Pak Tito belum mendapat seragam kaos olahraga.
"Hari ini teori dulu ya, bapak akan menjelaskan tentang asal usul Olimpiade." kata Pak Tito.
Segera saja Sandi dan teman-teman satu kelasnya menyukai Pak Tito. Pak Tito ramah dan akrab. Setelah hampir sebulan Pak Tito mengajar, Sandi merasa ada yang aneh dengan Pak Tito.
"Aneh nggak sih, Pak Tito selalu memakai baju lengan panjang. Aku jadi penasaran, ada apa ya dibalik lengan panjang baju Pak Tito?" bisik Sandi pada sahabat-sahabatnya Dika, Reyza dan Aida.
"Aneh kenapa?" Dika balik bertanya
"Dulu lengan kaos olahraga Pak Soni pendek. Tapi kenapa Pak Tito memakai kaos olahraga berlengan panjang? Kamu ingat nggak Dik, saat kemarin seluruh baju Pak Tito basah karena mengambil bola yang jatuh ke dalam kolam ikan hias di belakang sekolah, Pak Tito tidak menggulung lengan kaos olahraganya, padahal Pak Tito menggulung celana panjangnya." kata Sandi.
"Memangnya apa yang disembunyikan Pak Tito?" tanya Reyza heran dengan keheranan Sandi.
"Jangan-jangan lengan Pak Tito penuh tato. Karena itulah Pak Tito selalu memakai baju lengan panjang." ucap Sandi pelan.


To be continued...

Minggu, 15 Juli 2012

Nightmare On Palm Street

By : Arumi Ekowati


Surprised dengan ilustrasinya yang bagus banget... kesannya jadi horor beneran, padahal.... hm, baca aja deh sendiri di Story Teenlit Magazine terbaru, edisi 31, terbit 25 Februari 2012



Semilir angin malam membuat Gina menggigil kedinginan begitu ia keluar dari mobil Papanya. Ia biarkan Papa berjalan lebih dahulu memasuki rumah yang akan dihuni keluarga mereka nantinya. Ini bukan rumah baru. Kabarnya telah dibangun sejak sepuluh tahun lalu. Dan telah berganti kepemilikan sebanyak tiga kali. Papa Gina kini adalah pemilik baru rumah ini.
Gina menghela nafas pasrah. Jika saja bisa, ia ingin menolak tinggal di sini. Rumah ini jauh lebih kecil dari rumah mereka sebelumnya. Terletak di pinggiran Ibukota yang masih sepi. Rumah di kanan kiri rumah itu kosong dan dibiarkan tak terawat, penuh ditumbuhi ilalang tinggi.
Tapi Papa terpaksa menjual rumah mereka sebelumnya yang terletak di pusat kota dan berukuran dua kali lebih besar dari rumah ini. Sebagian hasil menjual rumah mereka sebelumnya digunakan untuk membeli rumah ini dan sebagian lagi untuk menalangi usaha Papa yang tahun ini banyak merugi.
Jalan Palem nomor 5, itu alamat rumah yang akan dihuni keluarga Gina ini. Pagar besinya sederhana dan banyak berkarat di sana sini. Lebar rumah ini hanya tujuh meter. Tak ada garasi, hanya sebuah carport. Terasnya kecil berukuran dua meter kali tiga meter.
“Ayo, Gin! Cepat masuk!” ajakan Papa mulai menyerupai perintah ketika Papa melihat Gina masih termangu di teras ragu untuk melangkah masuk ke dalam rumah.
“Kamar kamu di belakang dekat ruang makan. Jendela kamar kamu menghadap taman belakang, jadi, kamu masih bisa menghirup udara segar jika jendela kamarmu dibuka.” kata Papa sambil menunjukkan kamar Gina.
Gina memasuki kamarnya perlahan. Semua barang-barangnya telah dipindahkan ke kamar ini. Interior berikut warna dindingnya, telah ditata menyerupai kamarnya terdahulu.
“Kamu suka kamar baru kamu, sayang? Nggak jauh beda dengan kamar kamu yang dulu, kan?” kata Mama sambil membantu Gina memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam lemari.
“Jujur saja, sedikit spooky, Ma! Rumah di kanan kiri rumah ini kan masih kosong.” jawab Gina.
“Hei, anak Mama takut dengan rumah kosong?” goda Mama.
“Ma, kata orang, rumah kosong itu biasanya dihuni mahluk yang nggak terlihat.” jawab Gina sedikit cemberut.
“Justru karena nggak terlihat, berarti nggak perlu takut, kan?” sahut Mama.
Gina semakin cemberut.

Malam itu Gina kesulitan tidur. Pikirannya masih dipenuhi rasa was-was teringat rumah kosong di kanan kiri rumahnya yang gelap, penuh ditumbuhi rumput dan semak liar. Walau ia terbiasa tidur dalam gelap, tapi kali ini Gina tak berani mematikan lampu kamarnya. Menjelang jarum pendek jam wekernya menyentuh angka dua, mata Gina mulai terpejam. Akhirnya tubuhnya yang terasa lelah setelah seharian sibuk membereskan barang-barangnya, menuntut untuk diistirahatkan.
Dalam alam mimpinya, gambaran rumah kosong di kanan kiri rumahnya kembali hadir. Gina berada di dalam rumah kosong sebelah rumahnya itu. Lalu tiba-tiba muncul sosok berwajah penuh jerawat dan bergigi kawat menyeringai lebar ke arahnya! Mendadak ia bangun terduduk di tempat tidurnya.
“Ih! Mimpi apaan sih? Nggak enak banget! Kenapa aku mimpiin wajah aneh gitu? Nggak bisa apa mimpi yang romantis? Mimpi ditaksir Nicholas Saputra kek! Atau diajak kencan Justin Bieber!” rutuk Gina komat-kamit sendiri.
Gina kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya membelalak menatap langit-langit kamarnya. Ia ragu untuk memejamkan mata.
“Mungkin aku harus melihat-lihat poster Zac Efron supaya aku mimpiin wajah gantengnya!” pikir Gina.
Segera dicarinya gulungan poster-poster selebritis favoritnya yang belum sempat ia pasang di dinding kamar. Ada banyak poster selebriti tampan koleksinya. Ia beberkan satu persatu. Ada Robert Pattinson, Taylor Lautner, Jonas Brother, Zac Efron. Hm, wajah-wajah menawan itulah yang ia harapkan hadir dalam mimpinya. Setelah puas melihat-lihat selama hampir dua puluh menit, Gina kembali tertidur.
Baru saja mata Gina terpejam selama tiga puluh menit, mendadak ia kembali terbangun.
“Astaga! Kenapa wajah aneh itu lagi yang muncul dalam mimpiku? Kenal juga nggak. Lihat juga kayaknya belum pernah.” omel Gina.
Ia pun tak berani lagi memejamkan matanya. Baru menjelang pukul empat pagi, Gina kembali tertidur. Hanya satu jam ia memejamkan mata, karena pukul lima pagi, pintu kamarnya diketuk keras oleh Mama yang membangunkannya untuk segera sholat subuh.
* * *
Vero menyikut pinggang kiri Gina sedikit keras. Membuat tubuh Gina yang hampir limbung ke depan terlonjak kaget.
“Gin, jangan tidur dong. Pak Buchori melototin kamu tuh.” bisik Vero.
Gina buru-buru menegakkan duduknya. Tapi baru saja sebentar tegak, matanya sayup-sayup hampir saja terpejam lagi. Untunglah bel istirahat segera berbunyi, menandakan pelajaran kimia dari Pak Buchori telah usai.
“Kamu kenapa sih, Gin?” tanya Vero setelah Pak Buchori keluar kelas.
“Semalam aku kurang tidur. Aku mimpi aneh, Ver.” jawab Gina sambil bergidik.
“Gara-gara rumah barumu itu, ya? Jangan-jangan rumah barumu itu banyak mahluk halusnya.” sahut Vero sambil nyengir.
“Ih, jangan nakut-nakutin gitu dong, Ver!”
Gina melotot sebal melihat Vero nyengir semakin lebar.
Malam harinya, wajah penuh jerawat dengan gigi berkawat kembali hadir dalam mimpi Gina. Jadilah malam itu lagi-lagi Gina kurang tidur dan kembali paginya ia terkantuk-kantuk di kelas.
“Gin! Bangun! Ampun deh, masih pagi kamu sudah merem!” lagi-lagi Vero menyikut pinggang kiri Gina.
“Duh, nyikutnya keras amat sih, Ver!” protes Gina sambil sedikit meringis.
“Tuh, ada anak baru! Kamu kan berharap banget ada murid cowok baru di kelas kita.” sahut Vero sambil menunjuk ke arah depan kelas dengan dagunya.
Gina segera mengalihkan pandangannya ke depan kelas. Mata Gina segera membelalak ketika melihat sosok mahluk yang berdiri di depan kelas. Apalagi kemudian mahluk itu nyengir lebar ke arahnya. Giginya berhias kawat gigi kuno, persis sekali seperti...
“Ver, please, jangan bilang kalau ini nyata, please, bilang ini cuma mimpi.” bisik Gina menghiba kepada Vero.
“Apaan yang cuma mimpi?”
“Mahluk cowok yang berdiri di depan kelas itu, apa yang kamu lihat nggak seperti yang aku lihat, kan?”
“Memangnya apa yang kamu lihat, Gin?”
“Cowok nggak gitu tinggi, bertubuh cenderung ceking, bertampang jadul, muka penuh jerawat, pakai kawat gigi.”
“Lah, memang benar, itulah anak baru di kelas kita. Kamu suka ya, Gin?”
“Ih, enak aja!” bantah Gina
to be continued...

Sabtu, 14 Juli 2012

LOMBA RESENSI NOVEL ASRAMA HANTU GENDENG BERHADIAH UANG TUNAI



Hello friends...
Udah tau soal kemunculan para hantu gendeng di asrama Ki Gendeng Keblinger? Ulah mereka yang gokil abis itu cuma ada di Novel Estafet ASRAMA HANTU GENDENG terbitan Penerbit Anza, karya Oke Sudrajat dan SAMANTA (Sembilan Wanita, di antaranya; Fitria Pratnasari, Titis Nariyah, Noviana Hamid, Vero Nica, Naminist Popy, Arumi Ekowati, Aiu Hidayah, Lina Wijaya dan Olivia Magda Gunawan.) Apa sih isi ceritanya?
Nah, asyik banget ya kalo kita udah baca ceritanya, bisa narsisan, dapet duit pula. Kalian mau? Makanya, baca dulu dong ASRAMA HANTU GENDENG... ^_^
Ini dia hadiahnya:
1. Juara 1 dapet duit jajan Rp. 1.000.000,-

2. Juara 2 dapet duit jajan Rp. 500.000,-

3. Juara 3 dapet duit jajan Rp. 250.000,-

4. Juara Harapan 1 Rp. 125.000,-

5. Juara Harapan 2 Rp. 100.000,-

6. Juara Harapan 3 Rp. 100.000,-

Wuiih, asyik kaaann?...
Nih, syarat-syaratnya:
1. Usia Bebas.

2. Beli dan baca Novel Estafet ASRAMA HANTU GENDENG. Bisa nyari di toko buku terdekat atau pesen langsung sama Oke Sudrajatt dan Fitria Pratnasari lewat inbox FB. Info harganya silahkan klik blognya pena grage community ; www.syahandrianeda.blogspot.com

(dapatkan diskon khusus untuk pembelian dobel karya pena grage community)

3. Tunjukin bukti transfer atau struk pembelian (bisa scan/difoto) melalu attach email asramahantugendeng@gmail.com

4. Rangkum isi cerita/resensi naskah ASRAMA HANTU GENDENG maksimal 1000 kata ke email asramahantugendeng@gmail.com

5. Resensi belum dipublikasikan dan hasil karya cipta sendiri.

6. Add Fb dan twitter Oke Sudrajatt, Fitria Pratnasari (@FPratnasari), Titis Nariyah, Noviana Hamid, Vero Nica, Naminist Popy, Arumi Ekowati, Aiu Hidayah, Lina Wijaya dan Olivia Magda Gunawan.

7. Add Fb Penerbit Anza

8. Add Fb Asrama Hantu Gendeng dan twitter ‎@asramahantugend

9. Jangan lupa tag info lomba ini ke 12 teman nulis FB kalian, termasuk Oke Sudrajatt atau Fitria Pratnasari.

10. Upload foto diri bersama buku ASRAMA HANTU GENDENG untuk dijadikan PP di Fb/Twitter

11. DL sampai dengan 31 Agustus 2012

12. Pengumuman akan diumukan di Facebook Penerbit Anza, Pena Grage Community tanggal 15 September 2012.
13. Jangan lupa menyertakan biodata dan nomor rekening anda
Ayooo, men temen... pesan dan beli bukunya sekarang juga. Lumayan banget euy hadiahnya... ^_^