Resensi Drama Korea
90 Days, Time to Love
By: Arumi E
Hyun Ji-seok (Kang Ji Hwan) berada di puncak kehidupannya. Di usianya yang ke-31 tahun, hidupnya terasa sempurna. Mempunyai karir yang baik sebagai dosen arsitektur di sebuah perguruan tinggi, menikah dengan Park Jung-ran (Jung Hye Young) yang cantik dan berasal dari keluarga berada walau sesungguhnya bukan cinta sejatinya. Hidupnya semakin sempurna karena ia telah dikaruniai seorang anak perempuan berusia 8 tahun.
Namun mendadak hidupnya yang sangat sempurna itu berubah seratus delapan puluh derajat saat ia divonis dokter menderita penyakit kanker dan masa hidupnya hanya tersisa 90 hari lagi. Awalnya Ji-seok tak percaya ia menderita kanker. Ia merasa sehat-sehat saja, kecuali beberapa kali ia memang seringkali merasakan sakit di perutnya yang ternyata disebabkan kanker pankreas.
Dalam kekalutan, tiba-tiba saja dia teringat kembali dengan cinta pertamanya. Satu-satunya keinginannya adalah menghabiskan sisa hidupnya yang hanya 90 hari itu bersama cinta sejatinya, Mi-yeon (Kim Ha Neul) yang telah ditinggalkannya 9 tahun lalu. Ia takut jika harus mati tanpa Mi-yeon di sisinya. Mungkinkah keinginan terakhir Hyun Ji-seok itu bisa terpenuhi? Apalagi kenyataannya Mi-yeon dan Hyun Ji-seok sudah sama-sama menikah. Apakah mereka berani melanggar norma demi mengenang kembali cinta pertama mereka dulu? Juga melawan pertentangan dari pasangan masing-masing?
Sebelumnya, Hyun Ji-seok dan Mi-yeon adalah pasangan kekasih yang saling jatuh cinta sejak masa SMA. Hubungan mereka terpaksa harus diakhiri karena mereka harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata mereka adalah saudara sepupu. Dalam tradisi keluarga mereka, adalah terlarang saudara sepupu menjalin hubungan kasih.
Semula mereka memutuskan berpisah, tetapi rasa cinta di antara mereka terlalu kuat, mereka pun kembali bersama lagi. Hampir saja mereka memutuskan kawin lari dan kabur ke San Fransisco, tetapi sehari sebelum mereka berangkat, Ji-seok harus menghadapi kenyataan kematian ayahnya karena kecelakaan. Kematian ayahnya itu membuat rencanaya awalnya kawin lari bersama Mi-yeon harus ditangguhkan. Ia harus menjadi tulang punggung keluarganya, menafkahi ibu dan seorang adiknya, karena ayahnya meninggalkan hutang yang tidak sedikit. Tak ada pilihan lain bagi Ji-seok kecuali meninggalkan Mi-yeon dan menikah dengan Park Jun-ran, wanita yang dijodohkan dengannya sejak awal untuk menyelamatkan keuangan keluarganya.
Mi-yeon patah hati dan merana ditinggalkan Hyun Ji-seok tanpa alasan jelas. Mi-yeon tidak tahu bahwa Ji-seok meninggalkannya karena terpaksa. Sembilan tahun berlalu, tiba-tiba saja Ji-seok datang menemui Mi-yeon dan memintanya tinggal bersama selama 90 hari. Bagaimana mungkin, Mi-yeon yang hatinya pernah disakiti Ji-seok bisa menerimanya? Apalagi dia telah memiliki suami, sementara Ji-seok juga telah memiliki istri. Tapi lagi-lagi tak ada yang bisa melawan kekuatan cinta pertama. Berbagai halangan mereka terjang untuk bisa kembali bersama, dan menikmati tiap detik kebersamaan mereka yang hanya tersisa 90 hari.
Nice movie, tentang cinta pertama yang tak kesampaian karena masing-masing telah memiliki cinta kedua. Mereka hanya memiliki waktu 90 hari untuk kembali mengenang cinta pertama mereka, sebelum kematian memisahkan mereka berdua untuk selamanya...
Akting para pemainnya cukup maksimal. Walau drama ini menceritakan kisah sedih dan memilukan, tetapi tak banyak air mata yang diumbar. Masing-masing karakter lebih banyak bermain emosi yang tidak melulu diperlihatkan melalui deraian air mata, tetapi ditunjukkan lebih mendalam melalui kegelisahan mereka, bahasa tubuh, tatapan mata dan ekspresi wajah.
Ini soundtrack-nya benar-benar menyayat hati
Seperti biasa, Kang Ji Hwan bermain total dalam perannya ini. Perubahan sikapnya tampak jelas, dari yang semula penuh rasa percaya diri menjadi kehilangan harapan hidup dan kemudian diam-diam sesungguhnya menyimpan ketakutan karena harus meninggalkan semua yang disayanginya di dunia ini. Ia seolah masuk ke dalam perannya sebagai Hyun Ji-seok yang hampir putus asa berharap bisa menghabiskan hari-hari terakhirnya bersama cinta pertamanya. Kabarnya, kang Ji Hwan sengaja tidak makan malam hanya minum soju selama berhari-hari agar ia merasakan sakit sungguhan. Dan usahanya itu berhasil, karena ia memang tampak seperti sungguh-sungguh seorang yang sedang sakit parah dan sekarat.
Jung Hye-young yang berperan sebagai istri Hyun Ji Seok juga bermain apik memerankan tokoh seorang istri yang sedih karena sebentar lagi akan kehilangan suami, apalagi setelah ia tahu ternyata selama Sembilan tahun menikah, suaminya tidak benar-benar mencintainya. Ada perempuan lain di hati suaminya dan yang justru diinginkan suaminya menemani saat-saat terakhirnya. Walau kemudian suaminya menuntut bercerai karena tak ingin menyakiti perasaan sang istri, tetapi ia menolak dan memilih terus mempertahankan suaminya agar tetap berada di sisinya.
Sementara Yun Hee-seok yang berperan sebagai Kim Tae-hun suami Mi-yeon juga bermain sangat bagus, memerankan karakter suami yang sangat menyayangi istrinya, hingga ia merelakan istrinya menghabiskan waktu bersama mantan kekasihnya, walau hatinya harus menahan perih dan rasa tak rela. Emosi semua pemain ter-explore dengan baik masuk ke dalam karakter masing-masing peran.
Film ini menampilkan gambar-gambar indah panorama Pulau Jeju yang eksotis terutama pada adegan-adegan awal dan menjelang akhir. Suasana sendu dan melankolis semakin kuat terasa dengan hiasan alunan soundtrack lagu-lagu romantik sepanjang film, di antaranya lagu Smoke Get in Your Eyes, San Fransisco, Sarang Eun Gan Da dinyanyikan oleh J.M , Ha Roo Man Keum dinyanyikan Jung Jae Wook dan lagu yang paling menyayat hati, Yoo Suh dinyanyikan Jung Jae Wook.
Cinta pertama memang sulit dilupakan... *siapin saputangan sebelum nonton ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar