Hola!! Akhirnya ... sampailah di tanggal 3 Januari 2014.
Aku, Mbak Nany dan Erma kembali ke Jogja, menginap di sebuah hotel yang terletak di belakang jalan Malioboro, namanya Hotel Whizz. Esoknya kami harus bangun pagi-pagi sekali, berangkat ke bandara sesudah subuh karena pesawat menuju Singapura akan berangkat pukul 8.30 WIB.
Sesampai di hotel pukul tiga sore. kami tidur-tiduran sebentar, lalu mandi. Selepas magrib, teman Mbak Nany datang menjemput untuk makan malam bareng. kembali aku merasakan kebersamaan liburan yang menyenangkan. Kami makan malam di Kopitiam. Hm, agak mengeluh sih, karena pelayanannya yang cukup lamaaa ... tapi lumayan, sambil makan dan menunggu makanan dihidangkan satu persatu dengan jarak waktu yang cukup lama, kami bisa ngobrol-ngobrol banyak.
Pulang makan malam, kami masih ngobrol-ngobrol lagi di kamar hotel sampai akhirnya terlelap sekitar pukul 11 malam, karena esoknya kami harus bangun pukul 4 pagi. Aku sudah memasang alarm, jadi yakin banget nggak bakal bangun telat.
4 Januari 2014
Teng! Alarm berbunyi tepat pukul 4 pagi.Kami bergiliran mandi. Pukul 5 pagi, kami sudah siap berangkat menuju bandara Adisucipto.
Menunggu dipersilakan masuk pesawat di bandara Adisucipto yang imut ^_^ |
Sebelum naik pesawat, mejeng dulu deh ^_^ |
Waktu tempuh dari Jogja menuju Singapura dengan pesawat kurang lebih dua jam. Dekat yaaa .... Di pesawat kami harus mengisi formulir yang disediakan imigrasi Singapura. Nggak susah kok pertanyaannya, hehehe.
Yup, perjalanan dua jam nggak terasa, akhirnya kami sampai di Singapura. Wuaaah, ini adalah pertama kalinya aku ke luar Indonesia. Dulu rasanya hanya angan-angan, karena aku maleeees banget ngurus pembuatan paspor. Siapa sangka, awal tahun ini akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di negara tetangga. Norak ya? Nggak apa-apa deh. Inilah yang kusebut rezeki tak terduga di akhir tahun 2013. Alhamdulillah. Terima kasih yang sebesar-besarnya pada my sister Nany Rahayu yang sudah berkenan mengajakku ke sini. Love you sist. Hope you always happy and healty ... ^_^
Selama ini aku hanya bisa membayangkan Bandara Changi, di novel "Amsterdam Ik Hou Van Je" juga kusebut, tapi baru kali ini aku benar-benar merasakan berada di Bandara Changi. Kesanku terhadap bandara ini, baguuuuuuus banget! Jauh berbeda dengan bandara Soekarno-Hatta. Apalagi bila dibandingkan dengan Bandara Adisucipto yang mungil dan unyu, hehehe.
Selamat datang di Bandara Changi |
Selamat datang di Singapura |
Enak euy, ada travelatornya, nggak usah capek-capek jalan ^_^ |
Narsis sekali lagi |
Masih narsis ^_^ |
Dari reservation hotel via bandara, kami disarankan menginap di Hotel Holiday Inn. Kemudian kami keluar bandara, lagi-lagi kami disambut pegawai bandara seorang nenek-nenek yang menunjukkan kepada kami tempat menuju taksi. Dengan naik taksi, kami menuju hotel. Sopir taksinya ramah banget. Dia bercerita banyak hal tentang Singapura. Lumayan menambah informasi. Kami juga diajak melewati jalan terowongan di bawah laut. Whew! Keren ya? Lagi-lagi berharap suatu saat di Jakarta bisa secanggih ini juga.Insya Allah bisa terwujud, aamiin :)
Kami sampai di hotel pukul 1 siang waktu setempat. Waktu di Singapura lebih dulu 1 jam dibanding Jakarta. Walau menurutku mataharinya bergulir sama. Maksudku, jam 7 malam masih terang sama seperti jam 6 sore di Jakarta. Dan jam 6 pagi masih gelap, sama seperti jam 5 pagi di Jakarta. Jadi kesimpulanku, hanya waktunya aja didahulukan satu jam, tapi kenyataannya posisi mataharinya sama dengan di Jakarta. Hehehe, eh, ini hanya pendapatku saja loh. Ahlinya pasti lebih tahu kebenarannya.
Pintu masuk Holiday Inn |
Holiday Inn hotel yang cukup besar, kamarnya berjejer melingkar, ada kurang lebih 20 lantai. Ini termasuk hotel bintang 4. Bukan sengaja milih yang ini, tapi ini hotel yang direkomendasikan reservasi hotel di bandara. Kamarnya tentu saja nyaman. Ada 2 tempat tidur, satu double bed, satunya single bed. Pas untuk kami bertiga. Ada 2 lift yang diselubungi dinding kaca, sehingga saat kami naik lift, kami bisa melihat pemandangan di bawah kami. Kamar kami ada di lantai 12. Asyik banget untuk melihat pemandangan kota Singapura dari balik jendela yang super luas.
Mejeng di lobby Hotel Holiday Inn |
Aku masih menikmati tidur-tiduran di kamar yang nyaman itu, tapi jam 3 sore, Erma sudah mandi dan dandan, mengajak kita mulai menjelajahi kota Singapura. Kata Erma, dia nggak mau cuma tiduran di hotel.
"Kalo tiduran doang sih mending di rumah aja."
Hihihi, bener juga ya. Jadilah aku buru-buru mandi, mbak Nany juga. Pukul setengah 4 sore, kami sudah berjalan-jalan keluar hotel. Kami memutuskan akan berjalan kaki di sekitar hotel saja. Ini benar-benar petualangan tanpa tujuan, kami berjalan saja sambil melihat kanan kiri, mencari keramaian. Hingga sampai di wilayah apartemen-apartemen penduduk di daerah Tiong Bahru. Sepertinya ini bukan komplek apartemen mewah, tapi sangat rapi, tertata apik dengan fasilitas umum sangat memadai. Ada deretan ruko dan restoran yang bisa memenuhi semua kebutuhan sehari-hari seluruh penghuni komplek apartemen.
Di tengah-tengah kumpulan apartemen, disediakan ruang terbuka untuk umum berupa taman penuh tanaman, jalan penuh kerikil untuk refleksi kaki, jogging track, tempat bermain anak, 2 pendopo untuk kumpul-kumpul warga, dan yang membuatku takjub, di sediakan 2 set peralatan fitnes yang boleh dipakai siapa saja! Wow!
Andaikan taman umum di Jakarta dilengkapi fasilitas seperti ini, hihihi |
Ah, andai aku tinggal di sini, pasti aku langsing deh karena rajin olahraga, hehehe. Kami mencoba satu persatu peralatan gym itu. Ada petunjuk pemakaian dan manfaat alat di samping setiap alatnya. Aku mencoba semuanya, ada yang untuk mengencangkan paha, merampingkan perut, mengencangkan lengan. Wuaaaaah, mungkin nggak ya, di Jakarta disediakan peralatan seperti ini di tempat umum? Bukan skeptis, tapi jangan-jangan kalau di Jakarta ada alat-alat seperti ini nggak lama hilang dipreteli. Tau sendiri deh, banyak orang kreatif di Jakarta, hehehe
Lumayan, olahraga mengencangkan paha ^_^ |
Setelah puas olahraga sore, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini kami mencari makanan, banyak berjejer restoran China. Hm, aku deh yang mulai khawatir mencari makanan halal. Saat yang lain memesan makanan, aku masih bingung mau pilih mana. Erma dan mbak Nany memilih nasi bebek panggang dan kwetiaw rebus bebek panggang. Akhirnya aku makan pangsit goreng saja, sambil ikut mencicipi si bebek panggang. Semoga ini halal deh, aamiin. Hehehe.
Usai makan, sudah pukul 6 sore. Langit masih terang seperti masih pukul 5 sore. Kami melanjutkan jalan kaki mencari-cari pusat keramaian lainnya. Setelah berjalan agak jauh, kami kembali menemukan deretan restoran, kafe, toko bahkan ada hotel kecil berjudul Hotel Nostalgia.
Mbak Nany mengajak mampir ke sebuah kafe yang terlihat cozy. Tapi ... Menunya kok mahal-mahal amat ya. Karena aku masih kenyang, aku hanya pesan jus apel, mbak Nany pesan jus entah buah apa, sepertinya strawberry campur bit. Satu gelas harganya 7 dolar Singapura. Rasanya? Menurutku sih seperti apel manalagi dijus, hihihi. Bikin sendiri juga bisa deh. >.<
Kami ngobrol-ngobrol duduk di terasnya. Ehya, satu lagi nih, di Singapura nggak boleh loh merokok sembarangan. Jangankan merokok di dalam ruang tertutup, bahkan di atas meja-meja yang diletakkan di teras kafe ini, ditempeli stiker dilarang Merokok. Kata Mbak Nany, ini lebih parah daripada di Belanda. Di Belanda, kalau di ruang terbuka masih boleh merokok.
Waaah, jualan rokok pasti nggak laku ya di Singapura, karena susah mau merokok di mana? Kecuali di rumah masing-masing kali ya, silakan saja ^_^ ... Aih, ngayal lagi deh, andai suatu saat nanti Jakarta juga bisa bebas asap rokok. Aku benar-benar nggak bisa bernapas kalau ada asap rokok di dekatku.
Saat langit baru saja gelap, mendadak hujan turun deras. Sudah pukul setengah 8 malam dan kami terjebak dikelilingi hujan deras.
Pukul 8 lewat, barulah hujan agak reda. Kami segera pindah tempat ke sebuah restoran. Lagi-lagi restoran China, hehehe. Abis kebanyakan memang restoran China.
Hm, ini menunya terlihat enak-enak semua. Kayaknya sih, halal semua. Kami memesan nasi goreng Singapura, telur hitam campur tofu, dan chip fish yang ternyata seperti cakue tapi diisi daging ikan kakap dan kulit cakuenya dilumuri wijen. Hm, enaaak semua.
Satu hal yang aku salut, pelayanan mereka cepat sekali. Hanya dalam beberapa menit, semua pesanan kami sudah terhidang. Beda banget yah sama restoran-restoran di Jogja. Yaah, maklumlah, prinsip orang Jawa kan alon-alon asal klakon, hehehe. Tapi semua punya kelebihan sendiri-sendiri kok. Tiap wilayah kan adatnya memang berbeda-beda.
Karena porsinya cukup banyak juga, sisanya kami bawa pulang ke hotel. Kami di restoran itu sampai pukul 10 malam. Bertepatan dengan hujan yang benar-benar sudah reda. Kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki.
Oya, yang kuamati, warga Singapura itu langsing-langsing deh. Sepertinya sih karena umumnya mereka senang jalan kaki. Selain konon katanya, kesehatan warga memang sangat diperhatikan pemerintah setempat agar tidak mengalami obesitas. Kata sopir taksi yang mengantar kami dari bandara, warga Singapura lebih senang ke mana-mana naik tarnsportasi umum. Semuanya nyaman kok. Karena memiliki mobil itu perawatannya mahal, harus punya asuransi dan usia mobil maksimal 10 tahun. Ah, aku juga lebih suka jalan kaki. Apalagi kalau seperti di Singapura, transportasi umum nyaman, pedestrian nyaman dan udaranya pun bersih, tidak ada polusi udara.
Hm, baru melihat sebagian kecil sudut Singapura saja sudah membuatku membayangkan andaikan suatu saat Jakarta bisa serapi, bersih dan tertib seperti kota ini. Semoga terwujud, aamiin
Mm... segini dulu ya ceritaku... nanti aku lanjutin lagi apa yang terjadi di hari kedua. Ceritanya sih masih panjaaang deh. Karena kami berada di Singapura 3 hari 2 malam. Banyak cerita kocak dan pengalaman seru yang menambah wawasanku ...