Laman

Sabtu, 25 April 2015

Resensi Novel "Pertemuan Jingga" dari Mbak Rena Puspa

Untuk memeriahkan acara talkshow "Geliat Novel Islami" Gramedia Pustaka Utama tanggal 6 Maret 2015 lalu, Gramedia mengadakan lomba review novel-novel Islami GPU. Salah satunya novel "Pertemuan Jingga".

Dan inilah review pemenang yang terpilih. Review yang dibuat Mbak Rena Puspa, penulis buku "Bahagia Ketika Ikhlas".

Baca yuuuk, review-nya. Siapa tahu setelah membacanya jadi tertarik mau beli dan baca juga ^_^



Judul                    : Pertemuan Jingga
Penulis                 : Arumi E.
Editor                   : Donna Widjajanto
Tata letak isi         : Shutterstock
Desain sampul      : Suprianto
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                   : 2014
Tebal                    : 250 hlm.
ISBN                    : 978-602-03-1194-4


Cover :

Dominansi warna jingga pada cover bagian belakang dengan sebaran hijaunya rerumputan di atas 2 pasang kaki pada cover bagian depan, seolah menegaskan gambaran umum isi novel ini, yaitu berkisah tentang sepasang manusia yang bertemu dan disatukan oleh indahnya cahaya jingga, dimana hijaunya area rerumputan seolah mewakili tempat pertama kali mereka bertemu yaitu di pertanian cabai.

Sinopsis : 

Novel ini berkisah tentang Anthea seorang gadis berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai arsitek yang masih junior. Namun terpaksa harus terdampar di sebuah tempat yang jauh sekali dari profesi aslinya, yaitu di kawasan pertanian cabai, dengan posisi barunya sebagai pengawas lapangan pertanian. Sejuknya hawa pegunungan wilayah Megamendung yang menjadi lokasi pertanian cabai tersebut, ternyata tidak serta merta menunjukkan bahwa bekerja di kawasan itu menjanjikan aura ketenangan, karena Anthea harus menghadapi kerasnya kehidupan dibalik pemandangan indah lokasi pertanian yang selintas tampak memanjakan mata. Begitu banyak intrik yang harus ditemui Anthea saat harus berjuang menekuni profesi barunya, terutama saat harus berhadapan dengan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertanian. Betapa kemampuan leadership Anthea mendadak terasah maksimal, agar perkembangan lokasi pertanian dapat bersinergi dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Disamping itu jeritan nuraninya yang merasa posisi barunya, jauh sekali dari passion dia sebagai arsitek, seolah membuat perjuangan yang ada semakin tidak mudah.

Di tempat yang sama, Anthea memiliki rekan kerja bernama Bastian, dengan basic pendidikan sebagai insinyur pertanian. Seorang pemuda berusia 26 tahun, dengan pembawaan lugas dan apa adanya sering terlibat debat dengan Anthea. Meski dia memiliki pembawaan selalu ingin melindungi Anthea, namun komentar-komentar yang dikeluarkan seringkali terasa terlalu apa adanya, sehingga membuat Anthea berkali-kali tersinggung, lalu akhirnya mereka bertengkar. Namun percikan-percikan itu ternyata yang menjadi asal mulanya benih-benih cinta mulai tumbuh di hati keduanya.

Selain Bastian, ada Niken yang juga menemani Anthea bekerja di lokasi yang sama. Kisah persahabatan Anthea dengan Niken yang dipaparkan dalam novel ini juga seolah menunjukkan, persahabatan sejati tidak selalu dibangun dengan jalan yang mudah, karena ada kalanya pergesekan harus dilalui justru untuk semakin mengokohkan ikatan persahabatan yang ada.


Review :

Walaupun tidak ada "bandrol" novel islami pada bagian covernya, namun muatan yang terdapat dalam novel ini sarat dengan nilai-nilai islami. Salut dengan penulisnya yang mampu membuat muatan nilai Islam yang mungkin begitu berat saat harus tersaji dalam bentuk teori semata, namun bisa begitu ringan saat tersaji dalam kisah fiksi yang tidak menggurui. Dari alur cerita yang disuguhkan begitu terasa kehati-hatian penulis saat terus konsisten memasukkan nilai-nilai Islami dalam setiap adegan cerita. Mengapa saya sebut hati-hati ??, karena penulis seolah menginginkan nilai-nilai tersebut tidak muncul sebagai dogma yang terkesan "mengajari" pembacanya apa itu benar dan salah, namun nilai-nilai itu sanggup melebur dengan harmonisasi yang pas pada tokoh-tokohnya sekaligus rentetan kisah yang dipaparkannya. Dan berbeda dengan kebanyakan novel bergenre islami lainnya yang sarat dengan atribut simbol-simbol islamnya, novel ini justru memberikan warna lain. Penulis seolah ingin menegaskan nilai islam itu rahmat bagi semesta, namun juga tidak menabrak batas-batas yang ada. Karena sering saya temui tulisan yang seolah ingin menunjukkan Islam adalah agama yang toleran, namun toleransinya terasa berlebihan sehingga seperti sedang membiaskan nilai islamnya sendiri pada sebuah standar yang tidak jelas. Dan penulis novel ini pun terasa sekali kehati-hatiannya untuk tidak "terjebak" pada kondisi tersebut, batasan nilai yang diusungnya sangat jelas dan tegas. Dapat dilihat pada kutipan berikut "Janganlah takut kepada selain Allah, percayalah... Allah pemelihara mahlukNya" (halaman149), saat tokoh Anthea berjuang membuktikan bahwa mitos hantu itu tidak ada, lalu pada bagian terakhir penulis juga ingin menegaskan tidak ada hubungan pacaran sebelum menikah dalam islam, seperti terbaca pada kutipannya sebagai berikut :

"Laki-laki baik tidak akan menggantung perempuan yang disukainya dengan status tidak jelas. Itu sama saja dengan tidak menghargai. Laki-laki pemberani harus menghadapi orangtua perempuan yang disukainya untuk meminang perempuan yang dia yakini terbaik untuk pendamping hidupnya. Dan aku berani bilang, aku adalah laki-laki yang baik dan pemberani" jawab Bastian disertai seulas senyum. (halaman 248).

Selain sarat dengan muatan nilai islamnya, novel ini juga mengajarkan pembaca untuk gigih dalam berusaha saat harus mengejar cita-cita. Bagaimana seorang Anthea yang memiliki profesi sebagai arsitek ternyata tidak sungkan untuk terjun dalam beratnya dunia pertanian, merelakan tangannya menjadi kotor karena harus berdekatan dengan tanah hampir setiap hari, dan dia juga sanggup meninggalkan gemerlap ibukota untuk pindah ke daerah terpencil di pegunungan demi mendapatkan segudang pengalaman yang dia yakini sanggup menjadi bekal untuk meraih cita-citanya semula sebagai arsitek profesional.

Adapun tema cinta yang menjadi bagian penting dari novel ini tersaji sangat apik, jauh dari kesan picisan. Pembaca dibuat larut dalam kisah yang dipaparkan, namun tidak terjebak pada situasi "termehek-mehek" seperti umumnya novel cinta yang ada. Komposisinya begitu pas, betapa cinta memang selalu menjadi unsur universal yang mampu membuat semua perbedaan dapat bersatu.  Dunia Anthea yang selalu berhubungan dengan pembangunan gedung dimana didalamnya seringkali harus merusak tanaman, ternyata justru harus jatuh cinta pada Bastian seseorang yang begitu mencintai tanaman, dimana cinta lah yang menjadi pemersatu diantara keduanya.

Sebuah novel yang layak dibaca, karena tidak hanya menghibur, namun juga memberi semangat tentang bagaimana gigihnya perjuangan meraih cita-cita, sekaligus menjadi panutan tentang adab pergaulan antara lawan jenis yang ideal itu harus seperti apa.


Sumber aslinya bisa dibaca di sini yaaa : https://www.facebook.com/notes/rena-puspa/resensi-novel-pertemuan-jingga/875258579203200?pnref=lhc

1 komentar: