Laman

Selasa, 12 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : See again next year

Yeaaah ...suatu perjumpaan dan acara kumpul-kumpul, akhirnya harus berpisah juga.

Tanggal 4 Januari satu persatu tamu Villa Janten Indah alias rumah bulikku harus kembali ke rumah masing-masing.

Di awali dengan sepupuku, istri beserta dua keponakan menuju Jakarta dengan lion air pukul 7 malam 4 Januari.

Disusul sepupuku Mbak Nany ditemani adikku ke Jakarta dengan garuda. Mbak Nany besoknya harus sudah kembali ke Belanda. Aku, sepupuku, suami sepupuku dan anak bayinya serta bulikku mengantar adikku dan Mbak Nany ke bandara Adisucipto

Goodbye Jogja ...

Hiasan wayang di bandara Adisucipto


Besok paginya, giliran sepupuku Erma, Mas Ari suaminya dan Linggar anaknya yang harus kembali ke Salatiga.

Sementara aku? Paling belakangan karena nggak kebagian tiket, terpaksa pulang sendiri naik kereta Jaka Tingkir dari Stasiun Wates.

Yaaah, ini pertama kalinya aku naik kereta sendirian. Sekarang naik kereta cukup nyaman kok. Walau bukan argo, ber-AC juga. Nggak terganggu dengan orang yang berjualan di kereta seperti dulu. Kebersihannya juga terjaga. Cepat pula hanya 8 jam ke Jakarta.


Sampai di Stasiun Senen agak terlambat, jam empat pagi hampir setengah lima. Padahal di tiket harusnya sampai pukul 3:38

Tapi malah baguslah agak telat. Karena aku melanjutkan perjalanan naik commuter line menuju Stasiun Rawabuaya. Ini kedua kalinya aku naik commuter line. Ternyata praktis banget. Turunnya di stasiun nggak jauh dari rumahku.

Keretanya pun nyaman. Masih pagi, kereta pertama datang pukul 5:30. Masih lumayan lengang, aku amsih dapat duduk. Keretanya pun ber-AC. Transit di Stasiun Duri. Lalu naik yang jurusan Tangerang.

Masih pagi. Nyaman

Mirip MRT di Singapura dan KL

Hanya beberapa menit, sudah sampai. Lalu aku jalan kaki menuju rumah. Kurang lebih 1 km. Hitung-hitung olahraga.

Waaah, akhirnya aku baru menyadari, naik commuter line itu praktis, murah dan cepat. Katanya sih kalau di jam-jam sibuk padat banget. Untunglah kerjaanku fleksibel waktunya. Jika ingin pergi ke suatu tempat, aku bisa memilih jam yang tidak padat penumpang. 

Kapan-kapan pengin juga nyoba ke Bogor ^_^

Yeaah, akhirnya berakhirlah acara liburan kami. Di rumah, sudah menunggu tugas, koreksi pdf untuk novel terbaruku yang akan terbit bulan Februari.

Setelah itu mulai menulis naskah baru. Tahun ini aku memasang target ingin menyelesaikan 6 naskah novel. Semoga terlaksana. Aamiin ^_^

Minggu, 10 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Menyaksikan Upacara Tedak Siten


Yang ini late post banget. Karena selama aku di Jogja kuota internet terbatas sekali dan hanya bisa posting blog via HP, maka acara tanggal 27 Desember 2015 baru bisa aku posting sekarang. Waaah, jadi nggak berurutan. Tapi nggak apa-apa deh ya, aku hanya ingin berbagi salah satu adat Jawa yang perlu diketahui untuk menambah wawasan.

27 Desember 2015 hari Minggu. Tepat 7 bulan usia keponakanku Linggar Dewi. Rencananya, sepupuku Erma, ibunya Linggar akan mengadakan acara "Tedak Siten" untuk Linggar, sebuah upacara adat Jawa sebagai tanda pertama kali seorang bayi menjejakkan kakinya di tanah.

Sejak sebelum subuh masak-masak sudah dimulai. Membuat 30 paket nasi kotak yang isinya full banget. Ada nasi plus lauk pauk, buah, bubur sumsum merah putih. Lalu ada paket biskuit, wafer, coklat, susu kotak yang dikemas apik untuk para undangan anak-anak. Ditambah es krim berbagai rasa buatan sendiri. Wuaaah, anak-anak tamu undangan bakal senang deh. Acara dimulai pukul 10 pagi. Anak-anak tiba tepat waktu. Mereka anak-anak tetangga rumah Janten. Umumnya teman bermain Caca, keponakanku yang sudah tujuh tahun dan tinggal serta bersekolah di Janten.

Dimulai dengan pembacaan doa. Lalu Linggar yang mengenakan gaun putih menaiki tangga yang dibuat dari batang tebu. Sebagai tanda semoga kelak menapaki jalan yang lurus, selurus batang tebu.

Setelah itu Linggar dimasukkan ke dalam kurungan. Duduk dialasi bantalan empuk. di sekitarnya diletakkan mainan-mainan yang melambangkan profesi yang kelak akan dia jalani. Mana yang dia pilih, diharapkan itulah kegiatan yang nantinya akan dia pilih juga. Ada buku kitab yang melambangkan kelak akan menjadi orang yang taat agama, ada huruf-huruf yang melambangkan kelak akan menjadi orang yang rajin menuntut ilmu, ada mainan masak-masak, ada juga mainan alat kebersihan. 

Linggar kebingungan, "Kenapa aku dikurung?"

Ngeliatin ibunya, mungkin bertanya-tanya,"bunda, kenapa aku di sini?" :D

Awalnya di dalam kurungan Linggar malah merebahkan tubuhnya dan bikin semua tertawa. Lalu didudukkan kembali dan dia mulai bingung kenapa dia dikurung sementara yang lain di luar. Hehehe, nangis deh jadinya. Kita menunggu-nunggu dia akan memilih apa. Tapi lama ditunggu nggak milih-milih. Akhirnya Caca keponakanku mengangsurkan huruf-huruf ke dekatnya, baru deh dipegang Linggar. ^_^


Yeay! Akhirnya milih huruf-huruf. Semoga jadi hobi belajar ^_^

Setelah itu, dia dibebaskan dari kurungan. Diajak menginjak tanah dalam baskom. Setelah itu kakinya dicuci dalam air hangat penuh bunga.





Linggar yang masih kecil dan nggak paham kebingungan dan nangis lagi deh, hehehe. Yaah begitulah sekelumit adat Tedak Siten yang cukup seru dan bikin anak-anak tetangga senang. Semoga Linggar menjadi anak yang selalu sehat dan kelak bisa mencapai cita-citanya. Aamiin.

Sorenya, kami jalan-jalan. Menelusuri jalan desa di pinggiran sawah, di kaki Pegunungan Menoreh. lalu mampir ke tempat wisata komplek pemakaman Paku Alam di Girigondo.



Hanya sebentar di sini, lalu kami melanjutkan perjalanan ke tempat wisata lokal Kulonprogo, Waduk Sermo.


Dari tempat wisata ini, kami melaju ke alun-alun Wates, ibu kota Kabupaten Kulonprogo Jogjakarta untuk makan malam.



Walau hanya jalan-jalan nggak jauh dari daerah kecamatan tempat tinggal bulikku, tapi sudah sangat menyenangkan. Aku menikmati suasana desa, karena jauh berbeda dengan keadaan Jakarta yang hiruk pikuk, padat penduduk.

Ohya, seperti umumnya alun-alun di wilayah Jogjakarta, di alun-alun Wates juga ada beringin kembar lho. Tapi aku nggak sempat nyoba melewatinya ...

Beringin kembar

Sabtu, 09 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Piknik ke Baturaden dan Gua Jatijajar

Tanggal 3 Desember. Yeaaay, inilah puncak liburan awal tahun kami. Sudah direncanakan seminggu sebelumnya.

Kami harus bangun pukul 4 pagi, karena tepat pukul 6 pagi, mobil yang akan membawa kami berwisata sudah menjemput kami.

Total kami ada ber 14 orang. waaah, bayangin ramenya. Aku, adikku, Mbak Nany sepupuku yang dari Belanda, bulikku, Erma sepupuku yang tinggal di Salatiga bersama suami dan satu anaknya, Mei sepupuku yang tinggal di Janten bersama suami dan anaknya, sepupuku Lala dari Jakarta bersama istri dan dua keponakan.

Serunyaaaa, jadi ingat film Home Alone yang akan piknik bareng-bareng itu. Kami naik mobil isuzu elf yang muat untuk kepasitas 15 orang.

Tujuan pertama adalah Baturaden di Purwokerto. Jauh juga yaaaa... kami sampai di sana pukul 11 menjelang siang. Memang sempat berhenti agak lama untuk sarapan di tempat istirahat yang tersedia di sebuah pom bensin.

Sesampai di Baturaden, penuuuuuh sekali pengunjungnya. Yaaah, masa liburan rame-rame begini, semua tempat wisata memang penuh.






Agak lama kami di sini. Keponakan-keponakan berendam di kolam pemandian air panas. Sementara tante-tante dan om-om memilih duduk saja di tikar menikmati pemandangan sambil minum teh dan ngemil.

Saat aku shalat, musholanya juga benar-benar full sekali. Antri dan padat. Jadinya shalat di jama' dan qadha saja karena untuk memberi kesempatan pada yang lain.

Tapi airnya memang enak, dingin dan jernih, karena langsung dari sumber mata air pegunungan.

Kami di sini hingga pukul setengah 3. Lalu perjalanan dilanjutkan ke tempat wisata kedua, Gua Jatijajar di Kebumen.


Baru kali ini aku berkunjung ke Gua ini. Cukup surprise karena ternyata tidak kalah indah dengan Batu Caves di Kualalumpur. Hanya saja sayangnya, tempat wisata ini kurang tertata apik. Menurutku terlalu banyak orang berjualan, memberi kesan kotor jadinya. Berharap suatu hari nanti bisa lebih diperindah lingkungannya, agar bisa menarik minat tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga mancanegara.


Awalnya aku kira ini dicoret-coret pengunjung, ternyata sepertinya bukan,
karena letaknya tinggi sekali dan ada nama-nama Belanda serta tahun dulu banget.



Di dalam gua, ada diorama kisah dongeng Lutung Kasarung, dengan patung-patung seukuran manusia.

Patung diorama di dalam gua




Di beberapa bagian, pengunjung bisa merasakan sungai bawah gua yang mengalir deras. Sayangnya, sudah pada kecapean, jadi tidak ada yang berniat mencoba nyemplung ke sungai itu. Padahal, sudah terbayang, airnya pastiiiii sejuk banget.



Demikianlah liburan akhir tahun 2015 dan awal tahun 2016 kami. Sangaaat memuaskan dan menyenangkan berkumpul bersama saudara-saudara setahun sekali.

Semoga tahun depan kami bisa berkumpul lagi. Mungkin dengan jumlah peserta lebih banyak. Aamiin ^_^


Jumat, 08 Januari 2016

#YearEndHoliday part 2 : Makan Malam di Jogja

Walau sekarang sudah kembali ke Jakarta, tapi aku masih akan melanjutkan berbagi cerita tentang liburan akhir tahun di Jogjakarta.

Setelah di hari pertama Januari 2016 kami berlelah-lelah mendaki puncak kebhn teh Nglinggo Kulonprogo, esoknya tanggal 2, aku bisa istirahat sejenak. Sementara adikku, sepupu dan dua keponakanku touring naik motor beriringan menuju Kota Jogja. Jarak dari Desa Janten kurang lebih 45 km, 1 jam dengan kendaraan bermotor.

Barulah sesudah maghrib, kami yang lainnya menyusul ke Jogja untuk makan malam bersama.
Yeah, untuk makan malam saja kami ke Jogja lho...sekalian jalan-jalan.

Kami makan di rsto lesehan bale ayu. Tempatnya lumayan nyaman, di pinggiran sawah. Menunya sepertinya enak-enak. Tapi nunggunya memang agak lama.

Melihat menunya aku langsung tertarik dengan minuman wedang plethok. Dari fotonya biasanya minuman ini disebut wedang uwuh. Dipenuhi rempah-rempah yang sengaja dibiarkan masih di dalam gelas dalam keadaan utuh. Ada jahe, kapulaga, sereh, kayu secang yang membuat minuman berwarna merah. Di piring kecil yang dijadikan tatakan gelas, diberikan irisan jeruk nipis. aku pikir jeruk nipis itu untuk diperas ke dalam minuman. ternyata setelah kuperas, warna merah dari kayu secangnya menghilang berubah jadi kuning saja.

Yaaah, jadi kurang cantik penampilannya. Ternyata air jeruk nipis melunturkan merahnya. Lain kali nggak usah dikasih jeruk nipis deh ...



Penuh rempah, segaaar

Yang enak itu ... cumi masak telor asin