"Merindu Cahaya de Amstel" #NovelGPU
Penulis : Arumi E.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Harga : 66.000
Buat yang mau pesan edisi bertandatangan boleh lho. Ada diskon 10% jadi 59.000
Ide seringkali datang dari hal sederhana. Seperti kisahku kali ini. Bermula dari melihat seorang gadis Belanda berkerudung panjang, cantik dan murah senyum. Lalu di dalam kepalaku mengalir sebuah cerita rekaanku sendiri. Bagaimana jika gadis itu dipertemukan dengan seorang pemuda blasteran Jawa-Belanda yang tidak percaya dengan segala hal yang gaib?
Kembali bersetting Amsterdam-Yogya, ditambah Salatiga, mampir ke Jakarta dan Bali. Kali ini aku mengolah setting dengan hati-hati, hasil gemblengan editor-editorku yang super keren. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mbak Fialita Widjanarko dan Mbak Donna Widjajanto. Dibantu kakak sepupuku yang baik hati Sis Darah Biru dan Mbak Agatha Dewi yang sudah berkenan berbagi informasi mengenai kehidupan di Belanda dan kebiasaan-kebiasaan warganya. Serta Mbak Dian Wulandhari Sasmita yang sudah memberi saran profesi Nico van Dijk. Ditambah menekuni buku Belajar Bahasa Belanda Dasar, maka kisah ini pun bergulir. Mungkin belum sempurna, tapi berharap lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Karena sampai kapan pun aku akan terus belajar menulis lebih baik lagi. Walau aku belum pernah ke Belanda, tapi apa yang kutulis ini semoga bisa menjadi law attraction, suatu hari nanti aku bisa menjejakkan kaki ke negeri kincir angin.
Buat yang ingin tahu gambaran kisah novel ini, boleh lihat book trailernya ^_^
Sinopsis :
Cahaya mentari sore menciptakan warna keemasan di permukaan Sungai Amstel. Mengingatkan Nicolaas van Dijk pada sosok gadis Belanda dengan nama tak biasa, Khadija Veenhoven. Gadis yang terekam oleh kameranya dan menghasilkan sebuah foto “aneh”.
Rasa penasarannya pada Khadija mengusik kenangan Nico akan ibu yang meninggalkannya saat kecil. Tak pernah terpikir olehnya mencari ibunya, sampai Khadija memperkenalkannya pada Mala, penari asal Yogya yang mendapat beasiswa di salah satu kampus seni di Amsterdam.
Ditemani Mala, Nico memulai pencariannya di tanah kelahiran sang ibu. Namun Pieter, dokter gigi yang terpikat pada Mala tak membiarkan Nico dan Mala pergi tanpa dirinya. Dia menyusul dan menyelinap di antara keduanya.
Tatkala Nico memutuskan berdamai dengan masa lalu, seolah Tuhan belum mengizinkannya memeluk kebahagiaan. Dia didera kehilangan dan rasa kecewa itu dia lampiaskan pada Khadija karena telah mengajarinya menabur benih harapan.
Kembali Nico mencari jawaban. Hingga sinar yang memantul di permukaan Sungai Amstel menyadarkannya. Apa yang dicarinya ada di sebuah tempat di Kota Amsterdam ini. Terpancar dari sepasang mata hijau jernih yang sejak awal sudah mengiriminya pertanda.
Cuplikan :
Nico terdiam, kembali ada rasa haru menelusup perlahan dalam hatinya.
“Dan kini harapanku berbeda. Suatu saat aku berharap bisa menjadi pangeran baik hati untuk seorang gadis yang mencintaiku dan aku cintai.”
Khadija tersentak halus. Nico tidak menyebut nama, namun menatap mata Khadija dalam-dalam saat menyebut kata ‘gadis’. Susah payah Khadija menahan rasa tersipu. Dia tak ingin salah mengira, dia akan menyimpan perasaannya dalam-dalam sampai saatnya tiba Nico menyatakan sesuatu yang benar-benar jelas kepadanya.
“Sekarang kamu mulai berpikir romantis ya? Setelah kemarin-kemarin menjadi lelaki super dingin.”
Nico tersenyum penuh arti.