Karena ini suatu kehormatan banget buatku diundang ke acara premiere besar-besaran sebuah film epic yang terinspirasi dari salah satu tokoh besar Indonesia, Bapak Baharuddin Jusuf Habibie.
Sampai di Gambir dari Madiun pukul setengah lima pagi. Setelah shalat subuh, langsung pulang naik TransJakarta. Haltenya tepat di depan Stasiun Gambir. Sampai rumah hampir setengah tujuh pagi. Aku langsung merebahkan tubuh di lantai. Ngantuk dan lelah pastinya. Sepanjang hari itu aku beristirahat sambil menunggu sore. Pukul 4 sore, barulah aku berangkat ke Lippo Karawaci. Lagi-lagi naik kereta. Kali ini kereta commuter line menuju Tangerang. Turun di Stasiun Tanah Tinggi.
Aku baru saja download aplikasi Grab. Rencana ingin naik grab bike menuju Cinemax Maxxbox. Tapi karena aku masih ragu, yaah, aku ini memang agak phobia naik kendaraan umum yang privat semacam ojek dan taksi. Aku lebih merasa nyaman naik kendaraan umum yang penumpangnya banyak. Maka, aku pun mencoba naik angkot. Ternyata malah berputar-putar nggak keruan. Jam setengah tujuh malam belum sampai juga. Akhirnya aku turun dari angkot, melanjutkan perjalanan dengan grabbike.
Sampai di Cinemax Lippo Karawaci tepat pukul setengah delapan. Ah, andai sejak awal naik Grabbike yaa...
Sampai di lokasi aku tercengang. Wuaaah, premierenya benar-benar mewah. Beda dengan premiere-premiere film-film yang sebelumnya aku diundang juga.
Di bagian depan sudah digelar karpet merah, dengan para fans di sepanjang kanan kiri karpet merah itu menunggu kedatangan seluruh casts film ini. Aku nggak yakin boleh lewat di karpet merah itu. Tapi kemudian ada sepasang suami istri yang baru turun dari mobil dan mengajak masuk bareng mereka. Yaaah, itulah pengalamanku pertama kali berjalan di karpet merah. Biasa aja sih rasanya karena aku bukan artis dan yakin saat itu aku nggak jadi pusat perhatian, hehehe.
Sesampai di dalam, setelah melalui pemeriksaan dan pengecekan kartu undangan, aku lagi-lagi terkesima. Kali ini karena melihat penampilan para tamu yang 'wah'. Para lelaki mengenakan kemeja putih, dasi hitam dan jas hitam. Bahkan ada yang memakai tuxedo. Necis banget. Para perempuan mengenakan gaun-gaun indah dengan dandaan full make-up. Cantik dan wangi. Oh, aku biasa banget dan kasual ... serasa salah masuk ruangan ...
Maklumlah, aku memang orangnya simpel, nggak sangka premiere ini mewah banget. Undangan disuguhi pertunjukan musik live. Pramusaji berkeliling menawarkan kue-kue lezat dan minuman. Dapat pop corn gratis lho. Boleh ambil sebanyak-banyaknya kalau nggak malu :D
Sajian musik live yang keren |
Sempat motret Mas Hanung dan Chelsea Islan dari jauh. Jangan tanya, saya nggak berani minta foto bareng sama mereka >.< |
Chelsea Islan cantiik ^_^ |
Ada Zaskia A. Mecca juga ... |
Hanya ini yang bisa saya lakukan. Foto di poster besar para cast. Langsung dicetak dan diberikan ke saya. Cukuplah sebagai kenang-kenangan :) |
Mengenai filmnya, aku terkagum-kagum dengan akting Reza Rahadian. Perfect. No complain. Seperti biasa, Reza sukses melebur dalam karakter yang dimainkannya. Membuat aku sebagai penonton percaya, dialah Rudy Habibie.
Filmnya bagus. Dramatic, terutama masa-masa kecil Rudy saat masih ada serangan bom dari tentara Jepang, Sesekali terselip adegan yang mengundang tawa. Dian Nitami dan Donny Damara bermain cukup apik sebagai papi dan mami Rudy.
Bergeser ke masa Rudy kuliah di Jerman, ikut merasakan dinginnya Jerman yang lebih sering digambarkan bersalju. Karena syutingnya memang sedang musim dingin. Kehadiran tokoh Poltak cukup mencairkan suasana. Sayangnya aku kurang sreg dengan yang berperan sebagai Panca (tapi yang ini pendapatku aja lho, orang lain boleh beda pendapat :D).
Adegan favoritku malah saat perpisahan Ilona dan Rudy di stasiun. Chelsea aktingnya makin bagus. Terutama saat menghindar dari Rudy dan Rudy mengejar terus minta penjelasan. Lalu terakhir Ilona menatap Rudy dari balik kaca gerbong kereta paling belakang sambil berurai airmata menahan hati yang pedih. Rudy malah nggak melihat Ilona karena memandangi pintu tempat Ilona masuk ke kereta. Epic. Mencabik-cabik perasaan. Apalagi diiringi suara Cakra Khan menyanyikan lagu berlirik tentang cinta yang tak bisa menyatu.
Filmnya bagus. Dramatic, terutama masa-masa kecil Rudy saat masih ada serangan bom dari tentara Jepang, Sesekali terselip adegan yang mengundang tawa. Dian Nitami dan Donny Damara bermain cukup apik sebagai papi dan mami Rudy.
Bergeser ke masa Rudy kuliah di Jerman, ikut merasakan dinginnya Jerman yang lebih sering digambarkan bersalju. Karena syutingnya memang sedang musim dingin. Kehadiran tokoh Poltak cukup mencairkan suasana. Sayangnya aku kurang sreg dengan yang berperan sebagai Panca (tapi yang ini pendapatku aja lho, orang lain boleh beda pendapat :D).
Adegan favoritku malah saat perpisahan Ilona dan Rudy di stasiun. Chelsea aktingnya makin bagus. Terutama saat menghindar dari Rudy dan Rudy mengejar terus minta penjelasan. Lalu terakhir Ilona menatap Rudy dari balik kaca gerbong kereta paling belakang sambil berurai airmata menahan hati yang pedih. Rudy malah nggak melihat Ilona karena memandangi pintu tempat Ilona masuk ke kereta. Epic. Mencabik-cabik perasaan. Apalagi diiringi suara Cakra Khan menyanyikan lagu berlirik tentang cinta yang tak bisa menyatu.
Kalau pun ada masukan buat film ini, adegan kilas balik masa anak-anak sepertinya terlalu sering diulang. Andaikan masing-masing sekali saja. Tapi secara keseluruhan filmnya bagus. Beberapa adegan bikin airmata mengalir. Jadi nggak enak sama yang duduk di sebelah, saking seringnya mengelap mata pakai tisu.
Aku yakin banget, film ini bakal sukses dan box office. Semua kriteria untuk jadi film box office sudah terpenuhi.
Dari film ini aku jadi makin mengenal sosok Pak Habibie dan sangat berterima kasih pada beliau yang telah menyumbangkan banyak pemikiran briliannya untuk negeri ini.
Menonton film ini menumbuhkan rasa nasionalisme.
Aku merekomendasikan film ini ke keluargaku lho. Karena itu setelah Idul Fitri, aku mengajak bapak ibu dan adik menonton film ini.
Ohya, nggak lupa, ost-nya juga enaaaak banget musiknya. Yang dinyanyikan Cakra Khan mengaduk-aduk perasaan. Musiknya menggedor sukma, maklumlah ciptaannya Teh Melly Goeslaw memang nggak diragkan lagi. Yang dinyanyikan CJR membangkitkan semangat pantang menyerah untuk berubah menjadi lebih baik.
Yuk, nonton "Rudy Habibie". Mumpung masih tayang nih filmnya di seluruh bioskop di Indonesia ^_^
Oya, sekalian saya mengucapkan :
"Selamat Hari Raya Idul Fitri".
Mohon maaf lahir dan batin yaa ^_^
Model Nicholas Saputra |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar