Rabu, 05 Mei 2010
SEKUNTUM CINTA UNTUK PIA
By : Arumi
Dimuat di Majalah Say! edisi Mei 2010
“Kenapa kamu suka aku?” tanya Pia, matanya menatap Elang lekat-lekat. Ada sedikit rasa tak percaya dalam pandangannya itu.
“Karena kamu baik.” jawab Elang singkat.
“Standar!” sahut Pia, juga singkat.
“Standar? Maksudmu?” tanya Elang tak mengerti.
“Jika alasanmu hanya karena menurutmu aku baik, maka aku nggak yakin bahwa aku adalah satu-satunya gadis yang kamu suka!” kali ini Pia menjawab panjang.
“Tentu saja bukan hanya baik, kamu...beda!” sahut Elang. Matanya tajam menatap wajah manis Pia. Seolah menyelidiki rasa hati Pia di balik wajah tak peduli yang ditunjukkannya.
“Beda? Hm, kedengarannya bukan hal yang positif!”
“Oke, bukan beda, kamu istimewa. Perasaanku sulit diurai dengan kata-kata, Pi. Aku hanya bisa merasakan. AKU SUKA KAMU! Aku sering memikirkan kamu. Aku suka berada dekat denganmu. Aku...”
“Kamu nggak tahu siapa aku sebenarnya, kan?” Pia langsung memotong celoteh Elang. Tak dibiarkannya Elang lebih jauh lagi mengumbar kata merayu.
“Aku tahu kamu, Pia. Kamu perempuan pemberani, cerdas, baik hati, unik, peduli dengan lingkungan dan sesama...”
“Aku anak yatim piatu dan tinggal di Panti Asuhan, Lang! Puas?” potong Pia lagi, kemudian segera berlalu pergi meninggalkan Elang yang masih berusaha menyelesaikan kalimatnya.
Elang mengejar Pia. Tak kan dibiarkannya gadis kesukaannya itu pergi darinya dalam keadaan marah.
“Pia, tunggu!”
***
“Asiik, Kak Pia udah pulang!” terdengar suara gadis kecil menyambut Pia yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam Panti Asuhan Kasih Bunda. Di sinilah Pia tinggal selama enam belas tahun.
“Noni kok tau aja sih Kak Pia datang?” tanya Pia sambil meraih tangan gadis itu yang berusaha menggapainya.
“Noni kan udah hapal suara kaki Kak Pia...” jawab Noni.
Pia tersenyum. Digandengnya tangan Pia, mengajaknya melangkah ke kamarnya.
Kamar Pia hanya kamar mungil berukuran dua meter kali tiga meter. Tapi kamar itu sangat rapih dan selalu bersih. Pia meletakkan tas sekolahnya ke atas meja kecil di sisi tempat tidur. Lalu ia duduk di atas tempat tidurnya sambil menatap Pia yang sibuk membuka-buka buku cerita barunya. Di kamar ini ia tidur bersama Noni. Adiknya tersayang. Walau Noni bukan adik kandungnya, kebahagiaan Noni adalah tujuan hidupnya kini, melebihi kebahagiaannya sendiri.
Karena itu tadi sepulang sekolah Pia marah ketika Elang menyatakan cinta padanya. Pia tak peduli walau Elang adalah salah satu cowok pujaan banyak gadis di sekolahnya. Elang tidak penting. Noni lah yang paling penting.
...Continued
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar