Sabtu, 03 Oktober 2009
I Know What U Did...
By : Arumi
Dimuat di Majalah Hai Januari 2007
“I know what u did last Friday!!”
Begitulah isi sms yang tertera di ponsel Rafi. Pesan singkat itu dikirim dari nomor 099. Nomor yang aneh.
Rafi tertegun. Ingatannya melayang pada hari Jum’at lalu. Apa yang telah terjadi pada hari Jum’at lalu? Apa yang telah dilakukannya pada hari itu?
Rafi mengetik sms balasan,
“Who are u? What do u mean?” lalu dikirimnya ke nomor 099…
“Teeett!”…pesan tak terkirim….
Rafi menatap nanar layar ponselnya. Dicobanya mengirim sekali lagi. Tetap tak terkirim. Lagi, juga tak terkirim. Rafi mendengus kesal,
“Sms sialan!” makinya.
Rafi mencoba menelepon nomor itu, tak terdengar nada apapun.
“Memangnya apa yang kulakukan pada hari Jum’at lalu?” lagi-lagi pertanyaan itu mengusik pikiran Rafi. Namun akhirnya Rafi memutuskan untuk tak peduli dengan sms aneh itu.
“Paling-paling ini jenis penipuan model baru. Sorry deh ya, aku nggak bakal tertipu!” seru Rafi mantap.
***
“Nit,nit! Nit,nit!”
Ponsel Rafi berbunyi nyaring menunjukkan ada pesan yang masuk. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Rafi telah tertidur tanpa sempat mematikan ponselnya. Dengan mata masih setengah terpejam, Rafi membuka pesan yang masuk itu dan membaca isinya,
“Did u remember now, what u did last Friday?” Pengirim….099!
“Brengsek!” maki Rafi kesal, “Siapa sih pengirim sms ini? Sok bahasa Inggris segala lagi. Apa nggak bisa bahasa Indonesia?”
Secepatnya Rafi mengetik sms balasan,
“Go to the hell!” dipilihnya kirim, kemudian ditekannya tombol ok.
“Teett!” lagi-lagi pesan tak terkirim. Rafi mendengus kesal. Tak sabar diulangnya mengirim sms balasan itu sebanyak sepuluh kali. Dan kesepuluh sms balasan itu tak terkirim!
Dengan kasar Rafi mematikan ponselnya. Malam ini Rafi tak dapat melanjutkan tidurnya. Rasa kantuknya telah musnah!
***
“Still didn’t know what u did last Friday?”
Sms aneh itu muncul lagi. Ingin Rafi tak peduli. Tapi hatinya memang telah dibuat penasaran oleh sms aneh itu. Jika memang sms nyasar, mungkinkah sampai terkirim 3 kali? Rafi mencoba menjawab,
“Be gentle! Show u up! What do u mean?”
Lagi-lagi sms balasan itu tak dapat terkirim.
Muncul lagi sms dari nomor 099,
“Kamulah yang seharusnya be gentle, Rafi! Akuilah kesalahanmu!”
Aneh, padahal sms balasannya tak pernah terkirim, tapi kok bisa ada balasan dari smsnya tadi? Aha! Ternyata memang bukan sms nyasar karena nama Rafi mulai disebutkan. Dan…hm, pengirim misterius itu sudah mulai menggunakan bahasa Indonesia. Ada satu petunjuk, pengirim misterius itu dapat berbahasa Indonesia. Mungkin malah orang Indonesia.
Tiba-tiba dia tersadar. Apakah…pengirim misterius ini…? Bagaimana ia bisa tahu?
***
Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh Rafi. Kepalanya benar-benar terasa berat. Dia benar-benar panik. Masa depannya sangat bergantung pada tes akhir mata pelajaran fisika ini. Namun tak satu pun soal yang dia pahami.
Rafi memang lemah di mata pelajaran fisika. Semua ulangan hariannya bernilai buruk. Jika ujian akhir ini Rafi mendapat nilai dibawah enam, maka sudah dapat dipastikan, angka lima berwarna merah akan tertera di rapornya. Dan kemungkinan Rafi akan tinggal kelas! Karena itulah Rafi bertekad akan berjuang mati-matian untuk sukses menyelesaikan ujian akhir ini.
Ekor matanya melirik anak yang duduk disamping kirinya, Rizal terlihat gelisah. Pasti dia juga mengalami kesulitan. Neni yang duduk disamping kanannya, juga tampak gelisah. Kemudian pandangan Rafi jatuh ke anak yang duduk di depannya. Izza yang mungil…
Izza, gadis yang paling cerdas di kelas. Selalu juara kelas. Nilai-nilai mata pelajaran phisic Izza selalu sempurna. Dan kelihatannya gadis itu begitu tenang. Menunduk dalam-dalam, menyelesaikan soal-soal sambil sibuk mencorat-coret hitung-hitungan di kertas buram.
Rafi menemukan jalan keluar, setitik harapan. Tubuh Rafi yang tinggi, menyebabkan kertas jawaban Izza mudah terlihat oleh Rafi. Semua nomor soal-soal pilihan ganda mulai dari nomor sebelas sampai nomor lima puluh, terbaca jelas!
Waktu tinggal dua puluh lima menit lagi. Secepat kilat Rafi menyalin jawaban soal-soal itu, pastinya tanpa disadari oleh Izza karena Izza masih saja membungkuk dalam-dalam sibuk menghitung-hitung soal-soal essai…
Itulah, yang terjadi Jum’at lalu!
“Nit,nit! Nit,nit!” bunyi ponsel yang disertai getaran lembut menyadarkan Rafi dari ingatannya akan kejadian Jum’at lalu itu.
Ha! Sms lagi dari nomor 099!
“Kau telah melakukan kecurangan! Akuilah kesalahanmu!”
Ah, cuma sms! Lagipula nggak ada bukti, pikir Rafi yakin.
“Nit,nit! Nit,nit!” Kembali ponselnya berbunyi.
“Kau adalah ketua Osis! Tak pantas berbuat curang begitu!”
Rafi heran, bagaimana sms ini bisa tahu?! Ia terpaksa berbuat curang karena tak sanggup menanggung malu bila harus tinggal kelas. Bagaimana imej-nya sebagai Ketua Osis? Manakah yang lebih memalukan, Ketua Osis yang bodoh atau Ketua Osis yang curang?
Ah, pesan misterius ini telah membuatnya pusing tujuh keliling! Tak ada jalan lain. Ia harus mengganti nomor ponselnya!
***
Beberapa hari terakhir ini, Rafi sibuk mengirim sms kepada semua temannya dari nomor ponselnya yang baru, sebagai pemberitahuan bahwa nomor ponselnya telah diganti. Hatinya pun lega karena sudah seminggu ini tak ada lagi sms dari nomor 099.
Kadang Rafi ingin tahu siapa yang telah mengiriminya sms dari nomor aneh itu. Rafi berharap ada penjelasan logis tentang nomor 099 itu. Ataukah penjelasannya tidak logis?
“Nit,nit!Nit,nit!”
Ponsel Rafi berbunyi. Tanda ada sms yang masuk. Rafi tersenyum. Ia yakin itu adalah sms jawaban dari Ryan teman satu SMP dahulu yang sekarang bersekolah di SMU berbeda. Dengan semangat Rafi membuka menu pesan masuk. Tapi mendadak ia terkejut. Pengirim sms itu… Nomor itu…099!
“Apa-apaan nih?!!” teriaknya gusar.
Namun dibukanya juga pesan itu,
“Aku tak akan berhenti mengingatkanmu sebelum kau mengakui kesalahanmu!”
Kemudian muncul berturut-turut sepuluh pesan dari nomor 099! …99? Apakah sms ini dari….
Genggaman tangan Rafi melemah.
“Brakkk!”
Dentuman keras terdengar bersamaan dengan ponsel yang pecah berantakan!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar