Laman

Jumat, 18 September 2015

Wajib Berfoto di Twin Towers Petronas #27HaridiKualaLumpur

Nah, ini dia ikon Kuala Lumpur paling top. Belum sah kr KL deh kayaknya kalau belum berfoto dengan latar belakang Menara Petronas atau lebih dikenal dengan sebutan Twin Towers.

Dari apartemen tempatku tinggal, menara kembar tergolong dekat. Bisa terlihat dari balkon. Naik bus hanya sekitar 10 menit saja. Sejak hari ke-2 di KL, alu sudah diajak melihat-lihat twin towers oleh temsnku, tapi baru di hari ke-16 aku sempat berfoto dengan latar belakang dua gedung paling terkenal di sini

Cuma bisa selfie
bareng pin
Merindu Cahaya de Amstel
Berhubung aku jalan-jalan sendirian, jadinya cuma bisa berfoto selfie. Segan minta tolong difoto pengunjung lain. Belum tentu hasilnya sesuai dengan yang kita harapkan.


Bergilir mempromosikan novelku. Kali ini "ELEANOR" ^_^
Di bagian belakang tersedia tempat bagi pengunjung untuk berfoto-foto. Ada hamparan plaza luas, dengan kolam lebar berair mancur. Katanya jika malam, air mancur itu akan mrnari-nari sambil disorot lampu. Sayangnya aku enggan datang ke sini malam hari. Mungkin lain kali saja saat aku datang ke sini benar-benar dalam rangka liburan.

Dilengkapi hutan kota, jogging track, kolam

Di sini juga tersedia jogging track. Waah, kalau rumahku dekat sini mungkin aku bakal rajin jogging. Jogging track itu mengelilingi hutan yang tertata rapi. Kolam yang jernih airnya. dDisediskan juga air keran yang airnya bisa langsung di minum. Jadi kalau usai jogging haus, bisa minum di situ.

Disediakan air minum bersih tinggal minum

Peta petunjuk spot terbaik untuk memotret menara

Katanya kalau malam berhias lampu 


Di siang hari air mancurnya menari. Tapi saat malam katanya menarinya lebih heboh dihiasi lampu warna warni.

Pin "Merindu Cahaya de Amstel" nggak ketinggalan
narsis juga dengan latar belang Twin Towers



Melihat tema Suria KCC bulan ini, membuatku tersenyum. 
Bulan September ini memang paass banget, memang ceria.










Minggu, 13 September 2015

Jalan-jalan Sendirian ke Batu Caves #27HaridiKualaLumpur

Hari ke-11 di Kuala Lumpur.

Weekend! Akhirnya bisa liburaaaaan ^_^
Sabtu aku sudah bisa santai, diajak nonton bioskop. Hm, nggak nolak dong. Pengin tahu bioskop di sini seperti apa.

Seru juga pengalaman nonton bioskop di Malaysia. Sebelum film mulai, diperdengarkan lagu kebangsaan Malaysia dan para penonon diminta berdiri. Padahal filmnya Maze Runner!






Di sini juga ternyata nggak penuh yang nonton film ini. Antrian nggak panjang. Padahal di Jakarta katanya antriannya panjaaang banget. Aku nonton di Suria KLCC. Yang ada menara kembarnya itu lho.

Nontonnya di sini


Kemudian esoknya hari Minggu, aku melanjutkan penjelajahanku menikmati Kuala Lumpur. Kali ini disarankan ke Batu Caves. Dari apartemen aku naik bus rapid KL menuju Ampang Stasiun. Lalu naik LRT menuju KL Sentral. Sampai sana lanjut lagi dengan KTM, kereta menuju Batu Caves.




Yang mau masuk gerbong khusus wanita nunggunya di sini




Tiketnya nih


Nggak lama sampai juga di Batu caves. Pemberhentian terakhir kereta ini. Begitu keluar stasiun langsung menuju pintu gerbang Batu Caves. Masuknya gratis lho.

Melewati pintu gerbang

Batu Caves ini ternyata merupakan kuil Hindu India yang berada di dalam gua. Secara alami gua ini terbentuk indah.



Tangganya tinggi banget

Untuk masuk ke dalam gua, pengunjung harus mendaki tangga dulu. Tinggi banget... tapi aku suka. Sekalian olahraga.









Ini salah satu tempat sembahyang
umat Hindu di dalam gua


Sengaja bawa buku ke sana. Supaya bisa ikutan narsis. Kali ini "Hatiku Memilihmu" dan "Merindu Cahaya de Amstel".


Ohya, hati-hati di sini banyak monyet. Setelah aku keluar, aku iseng beli snack yang di jajakan sepanjang menuju pintu keluar. Dapat 5 kue campur seharga 4 RM. Malangnya, belum sempat kumakan keburu dirampas monyet .... hikss.

Bukan monyet ini yang merampas kueku
Takjub saja lihat induk monyet ini gendong anaknya

Banyak burung dara juga. Hati-hati ...


Kamis, 10 September 2015

Undangan Tak Terduga #27HariDiKualaLumpur

September ... ah, karena beberapa hari sibuk jadi baru bisa posting hari ini.
September ceria, kata Vina Panduwinata. Dan ... yah benar, September ini
rasanya ceria sekali.

Novel baruku "Merindu Cahaya de Amstel" terbit di bulan ini. Selain itu, selama bulan September, tepatnya dari tanggal 3 sampai 29, aku akan tinggal di Kuala Lumpur. Di rumah seorang teman yang mengundangku berkunjung ke tempatnya bermukim sudah setahun ini.

27 hari. Selama itulah aku akan berada di sini. Tiket dan ongkos ditanggung. Plus dapat uang saku. Tempat tinggal dan makan juga disediakan. Tentu kuterima undangan ini. Karena kesempatan seperti ini belum tentu terulang dua kali. Bisa sepuasnya menjelajahi dan mengamati negri tetangga.

Walau bertepatan dengan terbitnya novel baruku, membuatku terpaksa tidak bisa bekejasama dengan salah satu toko buku online untuk mengadakan PO.

Ini kali kedua aku ke luar negeri. Yaaah, baru sedikit memang pengalamanku traveling ke luar negeri. Baru kali ini aku pergi ke luar negeri sendirian. Sempat nervous awalnya. Tapi aku berusaha membulatkan tekad berani bertualang. Selalu ada yang pertama untuk segala hal, kan? Sebelumnya aku sudah pernah ke Singapura tahun 2013 bersama 2 sepupuku. Tiket sudah diurus mereka, aku tinggal ikut. Kali ini aku harus berani sendiri dan mengurus semuanya sendiri. Pengalaman yang mendebarkan sekaligus menyenangkan.

Pesawat lepas landas pukul 1 siang. Berusaha tenang dalam pesawat. Tidak penuh penumpangnya. Aku beruntung dapat kursi dekat jendela dan kursi sebelahku kosong. Jadi aman nggak ada yang ngajak ngobrol, hehehe.

Sampai di Kuala Lumpur pukul 4 sore. Pertama kali sampai
aku baru sadar waktu di Malaysia dimajukan satu jam. Sehingga shalat magrib pukul 7.10 waktu setempat.
Pertama kali pergi ke luar negeri sendirian.
Deg-deg-an awalnya. Kemudian excited.

Bye bye Cengkareng ...




Di bandara aku dijemput oleh temanku. Kami baru sekali bertemu di Jakarta. Rasanya masih ajaib beliau percaya kepadaku dan memilih aku untuk diundang tinggal di Kuala Lumpur.

Di pintu keluar difoto dulu sama temanku.
Yeay, sampai juga di Kuala Kumpur.
Alhamdulillah...
Dari bandara KLIA menuju pusat kota Kuala Lumpur memakan waktu 1 jam. Lama juga ya. Berarti cukup jauh, karena tidak macet seperti Jakarta. Kami naik bus bandara menuju KL Sentral. Dari situ baru naik taksi menuju apartemen temanku.




Temanku tinggal di sebuah apartemen di lantai 7. Ada fasilitas kolam renang. Karena itu sejak dari Jakarta aku menyiapkan baju renang muslim. Terakhir aku berenang saat SMP, dan sejak berhijab aku tidak pernah lagi berenang. Dulu terakhir pun belum mahir. Tapi kali ini aku memang bertekad untuk berani mencoba apa pun. Termasuk berani nyasar menjelajahi Kuala Lumpur sendirian.

Hari pertama, aku sudah diajak keliling KL. Dikenalkan dengan transportasinya. Bagaimanacara naik busnya, LRT, dan kereta.

Kartu yang bisa dipakai untuk
naik bus, LRT dan monorel
Dikenalkan juga dengan mata uang ringgit. Ada uang kertas 100 ringgit, 50, 20, 10, 5 dan 1 ringgit. Lalu ada uang logam 50, 20, 10, dan 5 sen.

Mata uang ringgit Malaysia




Dinding subway LRT Ampang Park dihiasi lukisan
Di hari ke-5  aku mulai menjelajah, pagi-pagi sesudah subuh berjalan kaki sampai Stasiun Ampang. Bolak balik totalnya 4.6 km. Waw, lumayan kan olahraga? 

Seperti di Singapura, moda transportasi di sini sudah terintegrasi. Dengan satu kartu bisa untuk naik bus dan LRT sekaligus. Mirip di Jakarta sebenarnya. Di Jakarta pun satu kartu bisa untuk naik trans Jakarta dan commuter line. Tapi di sini bus semacam trans Jakarta dirancang dengan sistim lebih praktis. Haltenya halte biasa, sama dengan bus reguler. Pembayaran dilakukan di samping pak supir. Bisa menempelkan kartu rapid KL ke mesin, atau bayar cash dengan memasukkan selembar uang kertas senilai 1 ringgit ke dalam box uang lalu akan keluar tiket. Harus uang pas ya. 

Suasana dalam bus rapid KL


Hari ke-6, masih menjelajahi seputar wilayah apartemen tempatku tinggal. Mengumpulkan kesan dan ide untuk ceritaku selanjutnya. Menemukan ada restoran unik ini. Cukup mudah beradaptasi di sini, karena masih serumpun mungkin. Kalau aku nggak bicara, nggak beda deh penampilanku dengan wanita Malaysia. Kalau ngomong baru deh ketahuan orang Indonesia, hehehe.


Hari ke-7, masih rajin jalan kaki sesudah subuh di seputaran apartemen. Hitung-hitung olahraga. 

Walau serumpun dan bahasa resmi di sini bahasa Melayu, tapi untuk warga non Melayu umumnya menggunakan bahasa Inggris saat bicara dengan orang lain yang tidak bisa bahasa daerahnya. Seperti di Supermarket di mal seberang apartemen, aku perhatikan pegawai yang orang India bicara bahasa India dengan sesama temannya yang keturunan India. Pegawai kasir menurut perkiraanku keturunan Thailand atau Philiphine. Ada 2 petugas kasir perempuan, saat mereka ngobrol pakai bahasa daerah mereka. Saat melayaniku pakai bahasa Inggris.

Di KL memang multi ras. Ada Melayu, India, China, Eropa. Di apartemen tempatku tinggal, saat berenang ada keluarga Jepang dan diajak ngobrol penghuni berasal dari Mesir.
Seru juga. Menambah wawasan. Bedanya dengan Indonesia, Indonesia pun beragam penduduknya, tapi banyak penduduk asli daerah Indonesia. Dan kami semua sepakat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Jadi makin kagum dengan founding father Indonesia. Hebatnya mereka bisa menyatukan penduduk Indonesia yang sangat beragam.

Menurutku negeri kita juga cukup maju kok dibanding Malaysia. Jakarta nggak kalah canggihnya. Apalagi kalau nanti LRT sudah jadi, pamukiman kumuh sudah dipindah semua ke rusun yang bagus dan keren, sungai sudah direvitalisasi, pinggiran rel juga dibenahi tak ada lagi pemukiman kumuh, warganya makin sadar tidak buang sampah sembarangan. Bakal makin mentereng deh Jakarta nggak kalah keren dengan Kuala Lumpur.

Ohya, penduduk Malaysia cuma 30-an juta jiwa lho. Bandingkan dengan Indonesia yang hampir 300 jiwa. Jadi tantangan untuk Indonesia memang lebih besar. Wilayahnya lebih luas, penduduknya lebih beragam. Tapi bisa kompak semua bisa bahasa Indonesia. Keren, kan? ^_^

"Merindu Cahaya de Amstel" mejeng dulu di Stasiun Ampang

Papan informasi. Nggak bakal nyasar deh

Hari ke-8. Kali ini mencoba jalan kaki ke arah berbeda dari apartemen hingga sampai ke stasiun subway terdekat, Jelatek. Dari sini menara kembar terlihat lebih jelas. Memang tidak begitu jauh dari sini. Apartemen tempatku tinggal sangat strategis deh posisinya. Alhamdulillah .... ^_^

Aku menikmati berada di tempat baru ini. Senang sekali wawasanku jadi bertambah. Tapi aku juga nggak sabaaaar pengin lihat wujud novel terbaruku "Merindu Cahaya de Amstel".



Book trailer "Merindu Cahaya de Amstel"


Kata adikku, novel baruku "Merindu Cahaya de Amstel" sudah sampai rumah. Tapi buat yang order edisi bertandatangan nunggu 1 Oktober baru bisa kukirim. Ada bonus pin cantik untuk 15 pemesan pertama ^_^





Pin cantik untuk 15 pemesan pertama