Laman

Rabu, 01 Oktober 2014

Berani Ambil Risiko


Selamat datang Oktober!

Semakin mendekati akhir tahun. Harusnya sih bulan ini sudah mulai hujan yaa. Tapi Jakarta masih panaaaas. Ah, nikmati sajalah. Tunggu saja Allah pasti akan melimpahkan berkah hujan-Nya.

1 Oktober ini masih ingat kan? Di tanggal ini dahulu Pancasila terbukti kesaktiannya. Selain itu, sebagai umat muslim, bersiap-siap menyambut Idul Adha.

Memulai bulan ini dengan semangat dan harapan tinggi. Wah, lihat, quote di kalenderku bulan Oktober pas banget.

"Aku mungkin belum sampai di sana, tapi aku sudah lebih dekat daripada kemarin."

Yup, betul banget!

Aku cukup puas dengan hasil kerjaku selama bulan September. Menyelesaikan dua revisi, menemani bapak ibu pulang kampung selama seminggu, dan puncaknya, berhasil menyelesaikan naskah hanya dalam waktu 10 hari. Naskah ini adalah tantangan baru yang nekat aku terima sebelum pulang kampung.
Padahal aku baru sampai di Jakarta kembali tanggal 17 September tengah malam.

Jadi, tugasku itu baru bisa mulai kukerjakan tanggal 19 September, tapi aku baru benar-benar memulainya tanggal 21 September dan deadline tanggal 30 September. Hm, berarti benar-benar 10 hari saja, kan? Untunglah aku sudah punya outline lengkap untuk tugasku kali ini. Aku sudah tahu apa yang akan kutulis dan jalan ceritanya seperti apa. Walau pun akhirnya tetap ada bagian yang berubah dari outline.

Aku lega, tanggal 30 kemarin aku bisa juga menyelesaikan naskahku itu. Mengapa kusebut naskah kali ini tantangan baru? Aku akui, aku memang nekat dan berani mengambil resiko. Bila ada yang menawarkan tugas yang memang menarik, aku tak akan menolaknya.

Hm, sebenarnya ini aku siapkan untuk kejutan. tapi kubagi sedikit deh bocorannya. Naskah kali ini bukan sekadar romantis atau novel islami. Tapi penuh ketegangan dan selama mengetiknya, aku nggak sanggup tidur dengan lampu dimatikan. Aku juga nggak berani mengerjakannya malam hari. Kali ini, aku mengerjakannya lebih santai, hanya siang hari. Dimulai pukul 9 pagi dan selesai pukul 4 sore.

Aih, ternyata aku bisa juga menyelesaikan sebuah naskah tanpa perlu begadang tiap malam. Inilah buktinya. Sekarang, kita tunggu saja ya realisasi novelku selanjutnya ini. Siap-siap merasakan ketegangan ...

Aku bertekad akan menghasilkan karya setiap bulan. untuk Oktober ini, aku akan menyelesaikan tugas menulis kisah roman islami. Hm, kembali dipenuhi perasaan cinta ^_^

Ohya, aku mau berbagi cerita pengalamanku berani mengambil resiko. Kenapa aku bisa bilang salah satu rahasia sukses seseorang karena berani mengambil resiko? Karena itulah yang kualami. Lantas, apakah sekarang aku sudah sukses? Ukuran sukses tiap orang tentu berbeda.

Bagiku bisa menerbitkan novel di penerbit idamanku, Gramedia Pustaka Utama, Gagas Media dan Elex Media, adalah ukuran sukses versi-ku. Bagaimana aku bisa mencapai impian besarku itu? Jawabannya satu, karena aku berani mengambil resiko. Jalannya pun tidak mudah. Panjang, berliku dan jatuh bangun.

Bermula dari menulis cerpen remaja dan cerpen anak sejak tahun 2005, dahulu rasanya menerbitkan novel bagiku adalah sebuah impian besar yang entah bagaimana cara mewujudkannya. Sampai kemudian tawaran itu datang untukku di tahun 2011. Seorang teman menantangku, apakah aku bisa menulis novel setebal 100 halaman A4, dengan setting Korea Selatan?

Ah, dahulu, merangkai kata sebanyak 100 halaman rasanya sulit sekali. Aku terbiasa menulis hanya berkisar 6-8 halaman A4 spasi 1.5. Bagaimana caranya menulis sebuah cerita sepanjang 100 halaman. Tantangan itu ditambah. Menulis naskah novel sebanyak 100 halaman dengan deadline satu minggu alias 7 hari.

Saat itu, rasanya mustahil sekali bagiku. Tapi apakah tantangan itu aku abaikan? Tidak, aku terima tawaran itu. Aku berani mengambil resiko apa pun yang akan kuhadapi nanti. Aku mulai memusatkan perhatianku pada kisah yang kutulis. Dua hari pertama aku gunakan untuk meriset setting cerita di dalam novelku. Lantas aku juga meriset nama-nama Korea dan sedikit bahasa Korea.

Aku bekerja hampir 24 jam. Karena tekadku kuat, maka aku paksakan diri mematuhi jadwal kerja yang kubuat sendiri. Aku menulis mulai pukul setengah 8. Istirahat tepat tengah hari untuk solat dan makan siang. Lanjut mengetik lagi. istirahat sore untuk solat asar, lalu aku lanjutkan lagi hingga pukul 5 sore. Setelah itu aku istirahat untuk mandi, beres-beres, solat magrib dan isya, makan malam, pukul 8 malam, aku lanjut mengetik lagi. Terus hingga menjelang pukul 3 pagi. Barulah aku tidur dan bangun saat subuh.

Dan percayalah pada keajaiban kesungguhan dan keyakinan. Dengan jadwal kerja yang sedemikian ketat, akhirnya ... aku sanggup menyelesaikan naskah novel pertamaku itu ^_^

Inilah novel yang pertama berhasil kuselesaikan dan akhirnya terbit, berjudul Saranghaeyo, dulu aku memakai nama pena Karumi Iyagi.



Setelah itu, beruntun terbit novel-novel karyaku yang lain. Symphony of Love, Four Seasons of Love, Sweet Sonata, Sakura Wish, Cinta Bersemi di Putih Abu-Abu, Zara Detektif Cilik, Heart Latte dan buku tentang boyband Korea favoritku, Bigbang, G-Dragon

Karyaku yang terbit tahun 2012

Karyaku yang terbit tahun 2012-2013


Setelah menulis novel yang pertama itu, selanjutkan aku semakin menikmati menulis kisah-kisah panjang, dan akhirnya mulai berhenti menulis cerita pendek.

Lalu tantangan berani mengambil resiko yang kedua kalinya datang menghampiri ...

Itu terjadi saat datang tawaran menulis novel roman Islami ber-setting New York dengan ketebalan 269 halaman dalam sebulan. Ini tantangan yang sangat berat. Pertama, aku belum pernah menulis cerita bernapaskan Islami, kedua aku belum pernah ke New York. Ketiga, 269 halaman dalam sebulan? WOW, tantangan yang berat banget yaa...

Apakah aku menolak tantangan ini? Tentu tidak. Aku nekat menerimanya. Aku berani mengambil resiko, aku memupuk rasa percaya diri, aku pasti bisa melakukannya. Dan, Alhamdulillah, aku bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Hingga terbitlan novel Islami pertamaku berjudul "Tahajud Cinta di Kota NewYork" pada bulan April 2013.
Novel paling tebal yang kutulis sampai saat ini. Setelah terbit tebalnya menjadi 412 halaman.



Bahkan kemudian, novel ini membuka banyak kesempatan menulis selanjutnya. Alhamdulillah, banyak pembaca yang menyukai kisah yang kutulis ini. Bahkan kemudian menarik minat sebuah PH untuk mengadaptasinya menjadi film.

Apalagi tantangan berikutnya? Setelah cukup banyak novel karyaku yang terbit, satu persatu editor mulai menghubungiku. Salah satunya adalah Grasindo. Aku diminta menulis kisah roman young adult. Aku pun lantas punya ide membuat cerita yang terinspirasi kisah hidup sepupuku di Belanda. Maka terbitlah novelku berjudul "Amsterdam Ik Hou Van Je".



Novel ini terbit dengan banyak tantangan. Baru saja launching, aku dihantam kritik luar biasa. Apalagi kritik itu dibuat sedemikian rupa sekaligus untuk menjatuhkanku. Dikupas habis kesalahan-kesalahan karyaku itu tanpa menceritakan kelebihannya sedikit pun. Aku yang belajar menulis secara otodidak, mungkin sudah melakukan kesalahan. Tapi aku tidak putus asa. Kritik tajam disertai caci maki jangan dikira akan membuatku mundur. Karena sesungguhnya aku suka menulis dan aku mampu menulis. Jika kali ini aku dianggap salah, aku yakin selanjutnya aku dapat menciptakan karya yang lebih baik.

Kemudian terbitlah novelku berikutnya sebulan setelahnya, yaitu Jojoba dan Longest Love Letter.

Novelku yang juga terbit tahun 2013


Aku bersyukur, banyak editor yang memberiku kesempatan untuk membuktikan kemampuanku. Gagas Media menawarkanku untuk menulis salah satu seri setiap tempat punya cerita. Aku belum pernah ke Monte Carlo dan aku tahu, penulis lain seri ini adalah penulis-penulis top Gagas Media. Apakah aku minder lalu menolak? Oh, tentu tidak. Aku terima tantangan itu dengan penuh keyakinan. Dengan bimbingan 3 editor sekaligus, akhirnya novel kebanggaanku ini terbit bulan Mei 2014, "Monte Carlo".



Ini sebagian bukti keberanianku mengambil resiko. Ada banyak lagi tantangan lainnya yang ditawarkan padaku. Dan bila tawaran itu menarik minatku, tanpa ragu aku menerimanya.

Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, tantangan yang baru saja aku terima dan aku selesaikan adalah menulis kisah menegangkan dan menyeramkan. Padahal aku penakut. Apakah aku menolak kesempatan ini? Tentu tidak. Aku menerimanya dengan penuh keyakinan.

Jadi rahasia sukses adalah, berani. Ayo berani menerima tantangan. Berani keluar dari zona nyaman. Tingkatkan terus standar tantangan yang kamu terima. Maka suatu saat kamu akan takjub dengan hasilnya.

Dan ini adalah novelku yang terbit bersamaan dengan Monte Carlo. Mengawali tahun 2014 yang penuh berkah. "Hatiku Memilihmu" dan "Cinta Valenia"




Nantikan ya, novel-novel terbaruku selanjutnya. Terbit kemudian tahun 2014 dua novel baruku. "Unforgotten Dream" dan Pertemuan Jingga.




Dan semua itu adalah buah dari keberanian mengambil resiko ^_^



Kamis, 18 September 2014

Liburan singkat : Jogja-Magelang-Salatiga

Kembali ke Jakarta yang panas, padat dan ramai setelah liburan selama 6 hari di Jogja.

Aku sempat dilema sebelum berangkat ikut liburan ke Jogja, karena di detik-detik terakhir keberangkatan, aku mendapat kesempatan mengerjakan sebuah proyek penulisan novel yang deadline-nya akhir bulan September. Antara ingin ikut liburan bersama keluarga yang pasti akan seru banget, sekaligus aku harus bekerja cepat agar bisa menyelesaikan tugas menulis sesuai jadwal.

Liburan ke kampung halaman ibuku di Desa Janten, Kulon Progo, Jogjakarta kemarin memang sudah direncanakan sejak sebulan lalu. Tiga bulan sudah sejak bapak terserang stroke ringan tepat sebelum berencana mudik. Alhamdulillah, keadaan bapak sekarang semakin membaik. Memorinya telah kembali 100%. Adikku yang kemudian ingin menghadiahkan bapak kesempatan pulang kampung yang tertunda sekitar tiga bulan.

Adikku menyediakan waktunya mengantar bapak dan ibu ke desa kelahiran keduanya, menyetir sendiri mobilnya. Aku pun akhirnya memutuskan ikut, berharap bisa mencuri-curi waktu mengetik tugas menulisku di sela-sela liburan ini.

Kami berangkat dari Jakarta tanggal 11 September pagi, sesudah subuh, tepat pukul 5 pagi. Jalanan Jakarta masih lancar. Pukul sepuluh kami sudah melewati Nagrek dan memutuskan beristirahat di Restoran Gentong sampai waktu zuhur dan makan siang.


Langit-langit dihiasi payung lukis


Suasananya cukup nyaman. Ada musola, dan toiletnya wangii ^_^

Wilujeng Sumping ... ^_^

Setelah sampai wilayah Wangon, barulah jalanan semakin padat. Banyak sekali truk-truk besar yang lewat sini selama Jembatan Comel diperbaiki sampai Januari 2015 nanti.

Kami istirahat lagi makan malam di sebuah warung yang menyajikan menu serba bebek. Sekalian kami solat magrib, karena kami sampai di situ tepat saat azan magrib berkumandang.

Kemudian perjalanan kami lanjutkan hingga akhirnya sampai di Desa Janten pukul 10 malam. Wuaaah, sekarang ini perjalanan Jakarta-Desa Janten semakin lama saja.

Lelahnya bukan main. Terutama adikku karena ia menyetir mobil sejak pukul lima pagi hingga pukul sepuluh malam. Kami segera mandi. Ngobrol sebentar dengan bulik dan sepupuku yang setia menunggu kedatangan kami. Pukul 12 malam, kami semua tidur lelap sekali sampai azan subuh berkumandang.

Ah, segarnya udara desa. Pagi masih berembun, aku bisa menghirup udara dalam-dalam sepuas-puasnya.

Sekolah SD negeri tepat berada di depan rumah peninggalan Mbahku

sawahnya habis dipanen

Rumah peninggalan Mbahku yang sejuk

Awalnya, aku berharap masih bisa mengetik di sini, karena itu aku sengaja membawa laptop. Tapi ternyata aku nggak bisa. Di sini memang suasananya lebih enak untuk bersantai, apalagi bertemu bulik, sepupu dan keponakanku yang cuma kutemui setahun sekali.

Akhirnya kuputuskan menikmati saja liburan ini, mamanfaatkan kesempatan menyegarkan pikiran. Bercengkrama dengan saudara-saudaraku di Desa Janten, dengan bulik, adik sepupuku dan keponakanku yang baru berusia 6 tahun. Menyenangkan. Ini adalah liburan singkat yang menyenangkan. ^_^

Selama seharian di hari Jumat 12 September, aku, ibu, bapak dan adikku hanya berdiam di rumah istirahat total sambil asyik ngobrol bersama bulikku. Bapak nggak boleh terlalu capek. Walau sekarang sudah jauh lebih sehat, tapi tetap harus cukup istirahat.

Di bagian depan rumah peninggalan Mbahku ini, dijadikan TK sementara, karena TK yang ada di seberang rumah sedang masa pembangunan ulang.

Yang paling senang tentu saja Marianqa keponakanku, karena sekolah TKnya menjadi dekat sekali, hanya di ruang depan rumah Mbahnya ^_^. Tapi karena saking dekatnya, Marianqa menjadi murid yang paling sering datang terlambat. Hehehe,

TK di ruang depan rumah peninggalan Mbahku

Wuiih, ada taman bermain di halaman rumah peninggalan Mbahku

Desa Janten memang luar biasa. Perangkat desanya sangat aktif mengupayakan dana untuk kemajuan desa. Karena itu TK Janten dibangun ulang menjadi jauh lebih baik tanpa menunggu rusak atau rubuh.

TK Janten, 5 bulan lalu dihancurkan


TK Janten yang baru selesai dibangun

Hari Sabtu, barulah kami mulai jalan-jalan lagi. Pertama adalah berziarah ke makam Mbahku dari pihak ibu di Desa Janten, kemudian dilanjutkan ziarah ke makam Mbahku dari pihak bapak di Desa Kulur, masih satu kecamatan, nggak terlalu jauh. Desa Kulur lebih dingin dari Desa Janten karena lebih dekat dengan pegunungan Menoreh, letaknya lebih tinggi.

Pemandangan dari rumah peninggalan Mbahku di Desa Kulur.


Sore pukul 4, kami berpamitan pada saudara-saudara bapakku di Desa Kulur lalu melanjutkan jalan-jalan kami ke Pantai Glagah yang ramai sekali. Banyak remaja yang datang untuk foto-foto. Beberapa di antaranya membawa tongsis kemudian selfie bareng-bareng. Tren masa kini mendorong banyak orang menjadi hobi narsis ya. Selfie seolah menjadi suatu keharusan tiap kali mengunjungi suatu tempat.

Pemandangan kumpulan remaja selfie dengan tongsis terlihat di beberapa bagian Pantai Glagah yang sekarang telah dibangun dermarga panjang. Latar belakang deburan ombak yang menjilat beton pemecah ombak memang menjadi obyek yang cukup eksotis. Mungkin kalau aku ke sini bersama teman-temanku bakalan selfie rame-rame juga, hehehe.

Kumpulan pemecah ombak di sekeliling dermaga Pantai Glagah

Debur ombak sedang sangat tinggi sekarang ini di pantai selatan. Cakrawala berkabut. Di daerah ini, walau siang hari panas terik, tapi angin berhembus kencang, saat malam udara menjadi dingin sekali. Pertama kali datang aku mandi pukul 11 malam air di bak mandi sedingin air dalam kulkas, membuatku menggigil.

Aku dan adikku berharap, dengan mengajak bapakku ke pantai, beliau akan merasa segar dan menjadi semakin kuat. Setidaknya menjadi penyegaran karena selama tiga bulan ini nggak boleh ke mana-mana hanya di rumah saja.

Pantai Glagah, Kulon Progo, bagian dari pantai selatan yang ombaknya luar biasa

Hari Minggu, kami semua bangun pagi-pagi sekali karena ingin menuju Salatiga, tempat tinggal sepupuku Erma. Pukul setengah 7 pagi kami berangkat. Mobil adikku full. Tapi seru banget dan rasanya menyenangkan berkumpul bersama keluarga.

Sampai Ambarawa, kami bermaksud mampir ke museum kereta api. Adikku ingin sekali menunjukkan pada bapak yang hobi berat kereta api bagaimana rasanya naik kereta uap peninggalan masa lalu yang bahan bakarnya masih batubaara. Sayangnya sesampainya di sana, ternyata museum ditutup karena sedang direnovasi, tak ada penjelasan kapan akan dibuka kembali. Ah, padahal entah kapan kami punya kesempatan ke Ambarawa bersama-sama lagi.

Akhirnya kami sampai di rumah Erma tepat pukul 12 siang. Rumah Erma terletak tinggi di kaki Gunung Merbabu. Jalan menuju ke sana berliku-liku dan terus naik. Oya, kami juga melewati Rawa Pening.

Erma memelihara banyak sekali ikan. Ada ikan mas, mujair, nila untuk dimakan sehari-hari, ada juga ikan-ikan hias. Marianqa senang banget melihat-lihat ikan itu bergerak-gerak ke sana ke mari mengikuti langkahnya berharap diberi makanan.

Pukul 3 sore, kami kembali ke Desa Janten. Erma ikut karena masih ingin bersama-sama kami. Wow, mobil makin penuh tapi kami senang banget dan sangat menikmati perjalanan rame-rame ini.

Jalur pulang sengaja dipilih yang beda. Melewati Kopeng yang mirip-mirip jalan menuju puncak, berkelok-kelok, menanjak dan menurun.

Sampai Kulon Progo, Jogjakarta, sudah pukul setengah 7. Kami mampir makan malam dan masih sempat solat magrib.

Serunya kumpul keluarga. Makan bersama dan saling bercerita

Hari Senin, aku di rumah saja menemani bapak dan bermain bersama keponakanku Marianqa yang masih TK. Sementara adikku dan Erma menemani ibuku ke Kota Wates membeli oleh-oleh.

Hari Selasa, kami bersiap kembali ke Jakarta. Singkat sekali ya liburan kami. Tapi aku lega melihat raut senang di wajah bapakku, karena akhirnya beliau bisa pulang sebentar ke desanya.

Pukul 6 pagi kami sudah berangkat ke Jakarta. Dan ... mengucapkan salam perpisahan selalu menjadi bagian yang paling menyedihkan.

Kami sarapan di daerah Wangon. Kali ini kami mencoba menu khas daerah ini, Mie Nyemek. Hm, enak jugaaa. aku sukaaa ^_^



Mie nyemek

Nasi goreng spesial plus cabai rawit yang super pedas
Perjalanan pulang terasa lebih lancar. Pukul 2 siang kami sudah sampai di Tasikmalaya dan langsung berhenti di resto Asep Stroberi untuk makan siang.

Pertama-tama langsung solat dulu deh. Musolanya lumayan besar. Tempatnya pun nyaman.



Resto Asep Stroberi
Sayangnya harganya lumayan mahal, sementara rasanya tergolong biasa saja sih bagi kami. Kami sepakat, lebih suka masakan di Resto Gentong.

Ternyata sampai jalan lingkar Nagrek, macetnya luar biasa. kami terperangkap macet selama 2 jam karena adanya pengaspalan jalan.

Wuaaah, kami sampai rumah pukul 11 malam lewat! Wuiiih, capainya. Terutama adikku, karena dia menyetir tanpa digantikan. Huft, ternyata memang mengendarai mobil pribadi dari Jakarta-Jogja Jogja-Jakarta sekarang ini membutuhkan waktu lebih lama dari beberapa tahun lalu. 17 jam!

Esok paginya, barulah kami membongkar oleh-oleh, Banyaknya bukan main.Segala macam dibawakan bulik dan sepupuku, termasuk beras hasil panen sawah peninggalan Mbahku, singkong yang baru dicabut, pisang dari kebun sendiri, gula merah, dll.

Belum lagi oleh-oleh khas Jogja yang dibeli ibuku untuk para tetangga dan saudara dekat di Jakarta, dan oleh-oleh khas Salatiga yang kubeli untuk teman-temanku serta beberapa oleh-oleh yang masih dibeli adikku saat kami mampir Ciamis.


Ah, berlibur bersama keluarga memang asyik banget.


Sebagian oleh-oleh dari berbagai daerah. Ada khas Salatiga, Jogja dan Ciamis

Rabu, 10 September 2014

Menghadiri undangan premiere film Aku, Kau dan KUA

Undangan itu datang sejak seminggu lalu. Undangan menghadiri pemutaran perdana film Aku, Kau dan KUA.

Aku sempat heran, siapakah yang mengundangku? Tapi kemudian kupikir karena novel ini diadaptasi dari buku terbitan Elex Media, mungkin Elex Media yang telah mengundangku. Tapi anehnya, nggak ada teman penulis lain di Elex Media yang diundang juga, kecuali Mbak Indah Hanaco.




Sejujurnya, ini pengalaman pertamaku menghadiri acara pemutaran film premiere. Aku cukup antusias datang karena ingin tahu, seperti apa sih premiere film itu.

Padahal aku sudah menuliskan adegan tentang gala premiere film tokoh utama yang aktris di novelku #MonteCarlo, hehehe.

Saat aku tiba pukul 5 sore, ternyata ada konferensi pers. Aktor dan aktris yang bermain di film ini hadir di hadapan para pewarta berita dan fans yang banyaaaak banget. Aku cuma kebagian ngintip dari jauh. Penulis novelnya juga ikut bicara.

Wah, jadi membayangkan, saat premiere film "Tahajud Cinta di Kota New York" yang diadaptasi dari novelku nanti, aku pun akan mengalami itu. Bisa kenal dekat dengan pemeran-pemeran filmnya.



Aktor yang paling menarik perhatianku tentu saja Adipati Dolken. Memang cakep sih, hehehe. Masuk deh dalam daftar aktor yang direkomendasikan.



Cuma berhasil motret Adipati Dolken dari jauh. Tapi lumayan deh :)


Filmnya sendiri, menurutku lumayan menarik. Menghibur sekaligus menyelipkan hikmah secara halus. Banyak bagian yang membuat tertawa, ada juga yang bikin terharu, terutama buat jomblo seperti aku. Hikss. Hanya bisa berharap suatu saat aku juga akan ke KUA, aamiin.

Dan setelah film usai, kami para undangan disambut dengan goodybag yang diberikan kepada kami, berisi kaos seperti yang dipakai Adipati Dolken itu. Waaah, rezeki banget deh.

Ternyata benar-benar asyik ya diundang menghadiri premiere film. Semoga kapan-kapan ada yang mengundangku lagi. Aamiin.

Dan semoga film "Tahajud Cinta di Kota New York" segera tayang supaya aku juga bisa gantian mengundang. Aamiin ^_^

Disediakan ini kalau mau foto.
Berhubung aku datang sendiri, ga ada yang bisa motoin aku :(

Goodie bag

Dapat suvenir kaos seperti yang dipakai Adipati Dolken lho ^_^
Ohya, yang belum baca novel karyaku "Tahajud Cinta Di Kota New York", baca yuuuk. Sebelum nanti nonton filmnya.

Buat yang sudah baca, bisa baca lanjutan kisah cinta Dara Paramitha dan Brad Smith di novel terbaruku "Hatiku Memilihmu"




Senin, 01 September 2014

Promo on air Monte Carlo di Bandung

Welcome September!

Wow, nggak terasa, tahun 2014 sudah memasuki bulan berakhiran -ber. Setelah bulan lalu dipenuhi banyak tugas dan alhamdulillah selesai semua sesuai target, bulan ini pun dipenuhi jadwal tugas baru. Semakin menikmati pekerjaan ini. Mari optimis, hari ini lebih baik dari kemarin.
*Quote di kalender untuk bulan ini pas banget, NEVER GIVE UP!



Sejak akhir Juli, bagian promosi Gagas Media menawarkan aku untuk promo on air #MonteCarlo di radio Bandung. Tanpa berpikir lama aku langsung setuju. Ke Bandung gitu loooh ... Waaah, sudah terbayang deh bakalan promo sekaligus jalan-jalan asyik di sana.

Kebetulan waktu yang dijadwalkan untukku adalah Sabtu-Minggu tanggal 30 dan 31 Agustus 2014. tepat sekali ketika semua tugas-tugasku selesai, semua revisian sudah kukirim ke editor-editorku. Jadi, promo keluar kota kali ini, bagiku sekaligus sebagai refreshing setelah selama sebulan penuh berkutat dengan naskah yang nggak cuma satu.

Aku berangkat bersama editor kece dan imut Kak Mita. Kak Mita yang nyetir sendiri mobilnya lho, hebat banget yaaa. Jakarta-Bandung kan lumayan jauh yaaa. Saat memasuki Bandung sudah dihadang macet. banyak sekali mobil plat B yang ingin masuk ke Bandung. Yup, sudah tradisi, tiap Sabtu-Minggu, Bandung diserbu wisatawan dari Jakarta.

Namun asyiknya, begitu memasuki Bandung, udara langsung terasa berubah sejuk. Suhu yang terpampang di gerbang masuk menuju Bandung, suhu 26'C. Wow, setelah sebelumnya di Jakarta suhu udara mencapai 33'C.

Begitu sampai Bandung, Kak Mita langsung membawaku makan siang di resto Giggle Box. Makan siang yang terlambat, karena kami sampai sudah hampir pukul tiga sore. Begitu memasuki resto ini, langsung saja disambut aura klasik yang terlihat jelas dari penataan interiornya. Foto-foto yang terpajang di dindingnya adalah artis-artis Hollywood tempo dulu, tahun 50-an. Musik jazzy, bosas yang juga klasik mengalun memenuhi sudut-sudut ruangan.

Kolase yang menarik di Giggle Box

Suasananya cozy ... *ssstt, ada Kak Mita ^_^

Dindingnya dipenuhi foto-foto artis Hollywood tempo dulu

Oldies banget yaaa, tapi nyamaaan banget

Dan ... selain tempatnya yang nyamaan banget, makanannya juga enaaaak dan tergolong murah dibanding makanan di resto di mal Jakarta dengan harga lebih mahal tapi rasanya kurang enak.

Ah, Kak Mita memang jagoan banget soal kuliner Bandung. Kenapa? Karena Kak Mita memang mojang Bandung. Rumahnya di Bandung ini. Karena itu paham banget soal Bandung.

Setelah makan, kami segera meluncur ke Rase FM yang ternyata nggak jauh lokasinya dari Giggle Box.
Acara agak terlambat karena penyiarnya belum datang terhadang macet. Waaah, jam segitu saat weekend, Bandung lagi macet-macetnya deh.

Akhirnya ... tibalah saatnya cuap-cuap di radio Rase FM. Kuceritakan proses kreatif Monte Carlo dan sedikit sinopsis ceritanya buat memancing minat pendengar.

Terakhir, para pendengar diperkenankan mengirim pertanyaan buatku. Bagi pertanyaan yang kuanggap paling menarik, akan mendapat tiga novel Monte Carlo untuk tiga pemenang. Waah, ternyata banyaak yang bertanya. Seru banget deh.

Book signing novel Monte Carlo buat yang pertanyaannya paling oke 


Suasana saat cuap-cuap di Rase FM

Foto bareng penyiar sesudah acara

Setelah selesai acara di Rase FM, Kak Mita ngajak aku jalan-jalan ke BIP, Bandung Indah Plaza. Wah, plaza ini rame banget ya. Malam minggu gitu lho, penuuuh. Di sini banyak toko-toko yang menjual produk buatan Bandung asli. Ada sepatu-sepatu yang keren-keren nggak ada di Jakarta. Tapi aku nggak biasa belanja-belanja. Biasanya aku belanja sendirian karena milihnya lama, supaya bebas mau milih sampai kapan pun. Karena nggak mau merepotkan Kak Mita, aku cuma lihat-lihat saja deh.

Kami mampir ke Gunung Agung BIP, dan menemukan ada rak khusus yang memajang novel-novel seri #SetiapTempatPunyaCerita terbitan Gagas Media. Kereeeen!!

Keren ya, ada rak khusus novel #STPC di Gunung AGung BIP


Setelah makan malam di BIP, aku pun setuju untuk pulang saja ke rumah Kak Mita. Ya, malam itu aku menginap di rumah Kak Mita, yang letaknya nggak jauh dari pusat keramaian Kota Bandung. Posisinya agak ke atas, jadi, udaranya lebih dingin lagi. Aaah, enak banget deh.

Kak Mita yang baik menyediakan ruang tidur tamu buat aku tidur malam itu. Dan saking capainya, setelah mandi pukul 10 malam, aku langsung tidur. Untunglah tersedia air panas di kamar mandi Kak Mita, aku yang sempat menggigil saat mandi, akhirnya merasa hangat setelah tahu airnya bisa diubah menjadi hangat, hehehe. Rumah Kak Mita nyamaaan banget. Kayak hotel. Aku langsung tidur nyenyak sampai azan subuh baru bangun.

Sedangkan Kak Mita, katanya tidur lewat dini hari. Kuat banget ya? Padahal sudah nyetir Jakarta-Bandung, kok nggak capek ya? Salut deh sama stamina Kak Mita.

Pukul tujuh pagi kami sarapan nasi goreng dan telur ceplok buatan mami Kak Mita. Baiiik banget deh mami Kak Mita. Aku dibuatkan sarapan dan teh manis hangat.

Setelah itu, barulah kami berangkat ke radio selanjutnya, 99ers Radio Bandung di Jalan Dago. Karena itu hari Minggu, Jalan Dago ditutup untuk kendaraan bermotor, istilahnya seperti di Jakarta, car free day. Jadi, kami parkir agak jauh, lalu jalan kaki menuju 99ers Radio.

Untungnya waktunya agak fleksible. Rencana jam 8 sudah on air, acara yang bertajuk weekend seru dimulai pukul 8.30. Bincang-bincang novel Monte Carlo digabungkan dengan pembahasan mengenai PHP. Ada 3 novel Monte Carlo gratis untuk 3 pendengar yang sms atau ngetwit tentang pendapatnya mengenai PHP.

Suasana interior 99ers Radio Bandung. Keren yaaaa ^_^

Foto bersama penyiar 99ers Radio Bandung 

Foto rame-rame semuanya, Kak Mita ikut juga ^_^

Sesudah acara radio selesai, saatnya aku dan Kak Mita menikmati sebentar suasana car free day. Menyusuri jalan Dago saat car free day, makan cilor dan kripik otak-otak pedas.

Tau cilor nggak? Enak lho, apalagi masih hangat. Cilor itu cilok yang dicelupkan ke dalam adonan telur lalu digoreng, kemudian makannya dicelupkan ke bumbunya. Enaaaaak. Di Jakarta belum ada yang begini. Lagian pernah nyoba makan cilok di Jakarta alot banget >.<.
Tapi cilok di Bandung, enaaaak deh. Nggak alot.


Suasana car free day di Bandung

Rame yaaa... itu ada Kak Mita terlihat dari belakang, hayo yang mana? ^_^


Setelah itu, kami iseng keluar masuk FO sekadar cuci mata. Melihat-lihat baju. Eh, Kak Mita akhirnya beli sesuatu. Kalau aku, seperti biasa, lebih nyaman belanja baju dan sepatu sendiri saja supaya bebas memilih dan mencobanya.

Ini benar-benar acara promo yang seru banget, bertugas sambil jalan-jalan. Happy weekend banget deh. Akhir Agustus yang manis dan akan jadi kenangan indah. Ihiy ^_^

Terima kasih yang tak terhingga buat Gagas Media, tim promosi Mas Dimas yang sudah menjadwalkan aku promo di Bandung ini.

Dan tentunya terima kasiiiiiiiih banget buat Kak Mita yang sudah bersedia nganterin aku, jadi pemandu wisata dan dijamu di rumahnya yang super nyaman, ketemu keluarganya, ketemu mami Kak Mita yang super baik.

Semoga kelak ada lagi karyaku yang terbit di Gagas Media dan aku punya kesempatan promo on air lagi di Bandung. Hm, jadi nggak sabar ....

Monte Carlo sempat mejeng di jendela kamar tidur tamu di rumah Kak Mita ^_^