Laman

Rabu, 21 Mei 2014

I AM "SHER" LOCKED, falling in Love with England

Kenapa aku harus ke Inggris?

INGGRIS. Sejak kecil aku sudah dikenalkan suasana Inggris dari novel yang pertama kali kubaca. Berjudul "Karang Setan". Salah satu serial Lima Sekawan karya pengarang Inggris terkenal, Enid Blyton.

Ibuku menghadiahiku novel ini saat aku naik ke kelas lima SD. Waah, senangnya bukan main. Sejak SD, aku memang sudah hobi berkhayal. Khayalanku itu sering kutuliskan di buku tulis yang kubeli khusus. Tiap kali aku mengerjakan PR, di samping buku pelajaran, buku khususku itu selalu ada, supaya saat tiba-tiba aku mengkhayalkan sesuatu, aku bisa langsung menuliskannya di situ.

Terbayang saat akhirnya ibuku menghadiahi aku sebuah novel. Itu adalah novel pertama yang kubaca, karena sebelumnya aku hanya membaca majalah anak Bobo dan komik Donal Bebek. Setelah selesai membacanya, imajinasiku semakin berlipat-lipat. Apalagi setelah ibuku menghadiahkan serial Lima Sekawan lainnya. Waah, aku langsung membayangkan menjadi detektif anak-anak juga seperti Georgina Kirrin, Julian, Dick dan Anna.

Ini dia tulisanku saat kelas 5 SD dulu yang terinspirasi Lima Sekawan.
Aku beri nama serial "Tiga Serangkai"
Dilengkapi ilustrasi karyaku sendiri loh ^_^

"Karang Setan" sangat melekat dalam benakku. Petualangan Lima Sekawan di Mercusuar itu membuatku terobsesi ingin berkunjung ke Mercusuar juga. Obsesi yang sampai detik ini belum kesampaian. Aku pun terinspirasi membuat cerita seperti Lima Sekawan juga. Tapi karena dulu aku belum bisa mengetik, aku menulisnya di sebuah buku tulis hingga penuh. Aku lengkapi dengan ilustrasi karyaku sendiri. Seolah-seolah benar-benar seperti novel. Aku buat karakternya berdasarkan karakterku sendiri dan karakter dua sahabatku. Kuberi nama serial ini "Tiga Serangkai". Sampai aku kelas 6 SD, aku berhasil membuat 3 judul seri "Tiga Serangkai" loh. Dan aku bisa melakukannya karena aku membaca novel Lima Sekawan karya Enid Blyton itu.

Kenangan kisah dalam buku itu terus melekat dalam benakku. Memupuk kesukaanku pada suasana Inggris yang tergambar dalam novel itu. Khayalanku tentang Inggris semakin menjadi saat di SMP aku mulai membaca novel-novel detektif karya Agatha Christie. Sampai masa SMA, kuliah dan akhirnya bekerja, favoritku tetap Hercule Poirot.

Inggris memikatku dari tiga sisi. Novel-novel karya penulis-penulisnya, film-filmnya dan musiknya, terutama The Beatles. Kesukaanku pada The Beatles dimulai masa kuliah. Saat teman lain mendengarkan musik terbaru di masa itu, aku nggak bisa move on dari The Beatles. Favoritku tentu John Lennon. Walau John Lennon saat itu sudah tiada dan personil lain sudah tua, aku tetap suka The Beatles.

Aku juga mendengarkan musik dari penyanyi dan band lain tentunya, tapi kesukaanku pada yang lain nggak ada yang seabadi kesukaanku pada The Beatles. Karena itulah, mengunjungi kampung halaman The Beatles adalah salah satu cita-citaku dari sekian banyak cita-cita.

Di bidang cerita fiksi asal Inggris, tokoh favoritku tetap Hercule Poirot. Sampai kemudian muncul Harry Potter dan aku juga tergila-gila pada penyihir keren yang satu itu. Aku terkagum-kagum pada J.K Rowling yang bisa menuliskan kisah Harry Potter sedemikian serunya. Hebat banget!

Sementara di bidang film, aku suka dengan film Inggris bersetting Inggris tahun 1800-an. Salah satu yang memikat minatku adalah Pride and Prejudice. Aih, membuatku semakin ingin datang ke sana. Berkunjung ke London dan mampir ke pedesaan Inggris juga.

Sampai kemudian aku terpikat pada salah satu tokoh terkenal Inggris, Sherlock Holmes. Yup! Aku sudah lama tahu tentang Sherlock Holmes. Bahkan ketika aku masih menganggap Hercule Poirot adalah detektif favoritku, aku sudah pernah membaca kisah Sherlock Holmes. Tapi saat itu aku masih belum terlalu terkesan, walau aku tahu, Sherlock Holmes tokoh yang cerdik dan cerdas.

Sampai kemudian aku menonton serial terbaru Sherlock Holmes yang dipindahkan ke setting waktu modern. Wow! Mataku seperti baru terbuka. Benedict Cumberbatch benar-benar melebur ke dalam karakter Sherlock Holmes, membuatku baru menyadari detektif ini keren juga yaaa. Karakternya bikin gemas, pintar tapi ngeselin, genius tapi sociopath gitu. Sering menguji kesabaran John Watson ^_^

I AM 'SHER' LOCKED

Sumber foto : www.fanpop.com

Aku akui, Inggris memang menakjubkan. Banyak sekali hal hebat yang lahir dari Inggris. Oh, jangan lupa, Charlie Chaplin seorang pelawak, aktor dan penulis lagu "Smile" yang genius itu juga berasal dari Inggris. Dan Mr. Bean, sumpah, selalu membuatku tertawa puas tiap kali menonton tingkahnya di film serinya.

Apalagi hal hebat yang berasal dari Inggris? Terlalu banyak, nggak mungkin disebutkan semuanya.
Aku juga senang membaca dan menonton berita tentang keluarga Kerajaan Inggris. Satu-satunya negara kerajaan yang mampu mengalihkan pandangan mata masyarakat dunia ke Inggris saat negara itu menyelenggarakan pernikahan sang pewaris tahta yang megah bak di negeri dongeng.

Aku nggak beranjak dari depan tv selama detik-detik pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton disiarkan. Saat keduanya naik kereta kencana dari gereja menuju istana setelah resmi menjadi suami istri. Kemudian sesampai di istana mereka muncul di balkon menyapa rakyat yang sudah berkumpul menunggu di bawah mereka. Beneran deh, persis banget kisah dongeng putri dan pangeran. Betapa hebatnya Inggris. Pernikahan pangeran pewaris tahta kebanggan mereka disiarkan secara live oleh hampir semua stasiun televisi di Indonesia. Wow!!

Jadi, wajarlah kalau aku pengiiiiiin banget ke Inggris. Banyak hal menarik dan hebat yang perlu dikunjungi. Apalagi 7 destinasi wisata yang ditawarkan Mr. Potato itu kesukaanku semua.

Harus banget nih ke sini.
Benedict, wait for me ^_^
Sumber foto : www.lorcan.biz

Bisa ke Inggris, apalagi kalau gratis, tentunya akan menjadi impian sejak kecil yang mewujud nyata. Dan satu lagi, selain itu, kalau aku benar-benar bisa ke sana, aku bisa sekalian survei lokasi untuk novelku yang sekarang ini sedang dalam tahap pemeriksaan oleh editorku. Novel bersetting London dan Liverpool yang terinspirasi lagu "Eleanor Rigby" The Beatles. Aku akan bilang pada editorku, siap-siap mungkin nanti ada bagian yang aku ubah setelah aku melihat Inggris langsung dengan mata kepalaku sendiri. Aku bisa membayangkan betapa kerennya jika di novelku itu ditambahkan fotoku saat berada di sana. Dan foto profilku yang tersemat di sana adalah fotoku bergaya di Abbey Road. Wuaaaah, indah banget yaaaa mimpiku ini ...

Twitterku @rumieko sudah follow @MisterPotato_ID, lho. Dan facebook-ku https://www.facebook.com/arumi.ekowati juga sudah like fanpage Mister Potato Indonesia

Ssstt, ini bukan mimpi sembarangan. Ini adalah mimpi yang punya peluang untuk terwujud. Karena itu aku langsung bergaya selfie bareng Mr. Potato. Semoga aku terpilih ikut ke Inggris gratis. Aamiin ... Doakan ya teman-teman ... ^_^







Senin, 19 Mei 2014

Saving Mr. Banks : Proses novel Mary Poppins diadaptasi menjadi film

Sumber foto : www.forum.indowebster.com


SAVING MR. BANKS

Hm ... aku menonton film ini tanpa membaca lebih dulu resensi filmnya. Aku belum tahu ini bercerita tentang apa. Aku tertarik menontonnya hanya karena aku tahu pemeran utamanya adalah Tom Hanks, aktor favoritku yang aktingnya tak perlu diragukan lagi. Selalu asyik untuk dilihat.

Setelah aku menontonnya pada awal film, dan tahu ini berkisah tentang seorang penulis, waaah, aku semakin antusias menontonnya. Sebagai seorang yang juga hobi menulis, aku selalu tertarik menonton kisah-kisah yang tokohnya penulis cerita fiksi.

Nama penulis di film ini adalah P.L. Travers. Hm, aku masih belum kenal penulis ini, belum tahu juga apa buku karyanya. Sampai kemudian diceritakan ia adalah penulis novel anak berkewarganegaraan Inggris dan Australia. Buku karyanya yang terkenal adalah "Mary Poppins". Ada delapan seri, berkisah tentang pengasuh anak yang disenangi anak-anak karena memiliki benda-benda ajaib. Ciri-ciri penampilannya membawa payung hitam besar dan sebuah tas besar. Dari dalam tasnya itulah barang-barang ajaibnya muncul. Mary Poppins datang dari langit dengan cara terbang bersama payung hitamnya itu.

Aku pernah mendengar nama Mary Poppins, tapi belum tahu pasti buku itu bercerita apa. Di film ini, aku baru tahu ternyata buku itu sukses di zamannya, sampai menarik minat Walt Disney untuk mengadaptasi ceritanya ke layar lebar. Butuh waktu 20 tahun lamanya bagi Walt Disney menunggu persetujuan Travers, sampai akhirnya Travers bersedia menerima tawaran Walt Disney membeli hak cerita Mary Poppins untuk diangkat menjadi film.

Beberapa buku Mary Poppins
Sumber foto : www.bookriot.com

Waah, aku jadi makin tertarik menontonnya. Karena aku pun sekarang mengalami hal yang sama. Salah satu novelku dipinang sebuah PH untuk diadaptasi menjadi film layar lebar. Alhamdulillah.

Ternyata ini adalah film yang menarik. Aku selalu suka film dengan kisah-kisah seperti ini. P.L Travers, diperankan oleh Emma Thompson, digambarkan sebagai karakter yang kaku, sukar bersosialisasi, keras dan idealis banget. Semula ia tak pernah setuju novelnya ini diangkat menjadi film. Namun karena kebutuhan keuangan yang mendesak, akhirnya ia menerima tawaran Walt Disney dengan berbagai syarat yang cukup memberatkan. Ia ingin filmnya persis seperti yang ia tulis di buku. Syarat yang diajukannya merepotkan semua orang, termasuk penulis skenario dan Walt Disney.

Aku salut dengan kesabaran Walt Disney yang diperankan Tom Hanks. Ia menuruti semua keinginan P.L. Travers. Ia memberi alasan, mengangkat Mary Poppins menjadi film adalah janjinya kepada anak-anaknya yang harus ia tepati.

Travers menetapkan aturan, ia tak mau ceritanya menjadi film kartun, harus film asli manusia. Ia juga tak mau filmnya menjadi film musikal. Padahal semua itu adalah ciri khas film Disney, biasanya selalu disertai musik yang menyenangkan.

Tapi Travers akhirnya setuju filmnya disertai lagu-lagu setelah ia mendengarkan lagu untuk film itu memang enak didengar. Kemudian Travers membuat Disney bingung saat ia mengajukan syarat tak mau di filmnya nanti ada warna merah. Dengan sabar Disney memberi pengertian. Karena setting film di London, tak mungkin tak ada warna merah. Karena ada bus double decker dan box telepon yang berwarna merah. Juga seragam tentara penjaga istana. Bahkan bendera Inggris pun ada warna merahnya.

Travers terus menguji kesabaran tim penulis skenario yang terdiri dari tiga orang, saat ia dengan teganya membuang skenario yang sudah diketik berlembar-lembar separuh cerita.

Hm, waahh. Travers ini memang keras kepala ya. Termasuk saat akhirnya ia tahu, ada adegan pemeran utama bernyanyi dan menari dengan pinguin.

"Bagaimana cara kalian mendapatkan pinguin yang bisa menari? Kan susah mengajarkan menari pada pinguin," tanya Travers pada tim penulis skenario.

"Itu mudah diatur. Kami menempatkan pinguin-pinguin kartun untuk menari dan menyanyi bersama Dick Van Dyke yang berperan sebagai Mr. Banks," jawab salah satu penulis skenario.

Travers terkejut mendengar itu. Ia kecewa dan marah karena Disney tidak menepati janjinya. Baginya tak ada toleransi, ia tak mau ada kartun di dalam filmnya. Ia pun membatalkan kesepakatannya untuk memberi hak ceritanya dijadikan film oleh Disney. Travers segera kembali ke London.

Disney tak mau menyerah begitu saja. Ia menyusul Travers. Dan sekali lagi mencoba memberi pengertian. Ia bercerita bagaimana hidupnya dulu sangat susah ketika kecil, tapi sekarang ia menjadi sukses bermula dari imajinasinya tentang seekeor tikus. Ia paham mengapa Travers tak mau menyerahkan karakter ciptaannya Mary Poppins begitu saja. Sama seperti Disney yang juga mencintai karakter rekaannya Mickey Mouse. Tapi karena ingin anak-anak di seluruh dunia gembira terhibur Mickey Mouse, ia bertekad akan selalu membuat film menarik dan menyenangkan yang happy ending. Karena kenyataan hdup sudah terlalu berat, lebih baik dikenang dengan cara yang menggembirakan.

Walt Disney bayangannya Mickey Mouse, P.L. Travers bayangannya Mary Poppins
Sumber foto : Amazon.com

Akhirnya Travers luluh, dan setuju Mary Poppins difilmkan. Diperankan oleh Dick Van Dyke dan Julie Andrews.

Film itu sukses. Meraih 5 oscar di tahun 1964 untuk  Best Actress, Best Film Editing, Original Music Score, Best Visual Effects, and Best Original Song for "Chim Chim Cher-ee" (sumber wikipedia)

Julie Andrews pemeran Mary Poppins, Walt Disney asli dan P.L Travers asli
Saat premiere film Mary Poppins tahun 1964
Sumber foto : www.smh.com.au



Oya, di beberapa bagian, ada adegan kilas balik saat P.L Travers masih kecil juga, ia dan keluarganya tinggal di Australia. Ayahnya diperankan oleh Collin Farrel.

Kilas balik P.L Travers saat masih anak-anak. Dia anak paling besar.
Sumber foto : http://screenrant.com/colin-farrell-interview-saving-mr-banks/


Ah, aku memang selalu suka dengan film-film Walt Disney. Selalu memberi energi positif tiap kali selesai menontonnya. Hidup memang harus dijalani dengan optimis dan bahagia. Jangan kalah dengan kepahitan hidup.

Semakin bersyukur aku mendapat kesempatan dan rezeki novelku "Tahajud Cinta di Kota New York" juga diangkat menjadi film. Semoga lancar prosesnya. Aamiin. Mohon doanya teman-teman ^_^


dan novelku yang terbaru ini juga semoga sukses ... "Hatiku Memilihmu". Yuk, yang berminat koleksi. Sudah tersedia di toko buku Gramedia ^_^


Rabu, 14 Mei 2014

Beatlemania Goes to England

Kenapa aku harus pergi ke Inggris?

Jawabanku salah satunya, karena aku Beatlemania ^_^. Yup, sebagai Beatlemania, berkunjung ke kampung halaman The Beatles adalah mimpi yang kuharap suatu hari nanti bisa terwujud.

Apa lagu The Beatles favoritku?

Bila pertanyaan itu diajukan kepadaku, aku akan menjawab : Semuanya!
Ya, aku suka semua lagu The Beatles sejak kuliah dulu. Nggak bosan-bosan mendengar lagu mereka sampai sekarang. Buatku, lagu mereka sesuatu banget, memberi nuansa kebahagiaan dan aura optimis, di lagu bertempo lambat sekali pun.

Coba dengar lagu Let it be ... dan All you need is love. Michelle Mabelle yang ... aah. Belum lagi lagu If I fell yang bikin meleleh ... Musik-musik The Beatles bagai menyihirku, seolah membawaku ke masa bertahun-tahun lalu, dan mampu menghilangkan rasa penat dan galau. Walau ini musik zaman dulu, tapi aku tetap sukaaa ...

Dari yang aku baca, di Liverpool nuansa The Beatles memang sangat terasa. Bahkan katanya bandara di kota itu diberi nama Liverpool John Lennon Airport sebagai penghormatan kepada John Lennon. Hebat kan? Nama pemusik bisa terpilih diabadikan sebagai nama bandara. Betapa fenomenalnya John Lennon.

Sumber foto : http://www.travelandstuff.co.uk/

Selain Liverpool, tentu saja aku juga ingin sekali mengunjungi London. Oh ya, ke London sih sudah pasti dong. Aku pengin melihat langsung ikon kota London yang masih dipertahankan sampai sekarang, di antaranya bus double-decker dan box telepon dengan warnanya yang khas, merah. Menyusuri tepian Sungai Thames, berfoto di Abbey Road persis seperti yang tergambar di kaver album The Beatles, Abbey Road. Ini penting banget, bakal menjadi koleksi fotoku paling ikonik deh.

Sumber foto : http://en.wikipedia.org/wiki/Abbey_Road

Kesukaanku pada The Beatles juga yang kemudian menginspirasiku membuat cerita berlatar tempat London dan Liverpool, terinspirasi lagu The Beatles yang berjudul "Eleanor Rigby".

Ah, Inggris memang luar biasa. Banyak hal yang aku sukai tentang Inggris. Bahkan sejak SD aku sudah kepincut kisah Lima Sekawan hasil imajinasi penulis terkenal Inggris, Enid Blyton. Yang paling melekat dalam ingatanku adalah adegan piknik membawa bekal roti isi dan minumannya limun jahe. Membaca Lima Sekawan yang bertualang di Mercusuar sempat membuatku terobsesi ingin berkunjung ke Mercusuar juga saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Kemudian khayalanku akan Inggris semakin menjadi sejak kecanduan membaca kisah misteri racikan Agatha Christie. Aku ngefans juga pada Hercule Poirot, walau dia digambarkan sebagai lelaki Belgia. Tapi sel abu-abunya itu loh, bikin aku kagum dan takjub.

Dengan cara yang berbeda aku juga tergila-gila pada detektif rekaan Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes. Belum lagi sosok Inggris keren lainnya, James Bond. Aku juga penikmat karya-karya Charles Dickens, Jane Austen. Dan terakhir tentu saja Harry Potter. Ah, banyaknya cerita asal Inggris yang kusukai. Membaca kisah-kisah dalam cerita mereka, membuat gambaran suasana Inggris melekat kuat dalam benakku dan berharap suatu hari nanti aku bisa benar-benar ke sana dan merasakan sendiri secara langsung kehidupan ala Inggris itu.

Berkunjung ke Baker Street nomor 221B juga wajib dong. Siapa tahu pas kebetulan Benedict Cumberbatch sedang ada di situ, berpakaian ala Sherlock Holmes seperti dalam serial TV "SHERLOCK"

Karenanya saat membaca ada kesempatan ke Inggris gratis bersama Mister Potato, waaah, aku pun senang bukan main. Tak ketinggalan ingin ikut juga. Nggak tanggung-tanggung, ada 7 destinasi wisata di Inggris yang semuanya adalah tempat-tempat yang memang sejak dulu ingin kudatangi.

Apalagi Liverpool dan Museum The Beatles menjadi salah satu destinasi wisata gratis ke Inggris yang disponsori Mister Potato ini.

Sumber foto : http://www.theglobalindian.co.nz/what-to-visit-liverpool/


Ngemil asyik berhadiah ke Inggris? Siapa yang nggak mau ... Thanks to Mister Potato yang sudah membuka peluang mimpiku ke Inggris menjadi nyata.

Twitterku @rumieko sudah follow @MisterPotato_ID, lho. Dan facebook-ku https://www.facebook.com/arumi.ekowati juga sudah like fanpage Mister Potato Indonesia

Semoga aku bisa ikut ke Inggris. Berdoa yang banyak mulai dari sekarang ...





Senin, 05 Mei 2014

Proses Kreatif : Hatiku Memilihmu


HATIKU MEMILIHMU

Terbit : 12 Mei 2014
Judul : Hatiku Memilihmu
Penulis : Arumi E.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 304 halaman
Harga : Rp. 53.000,- 
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-0480-9

Ya, akhirnya aku bisa bernapas lega. Naskah yang dengan penuh cinta kutuliskan ini akhirnya berhasil terbit di Gramedia Pustaka Utama. 

Beberapa teman bertanya padaku. Bagaimana cara mengirim naskah ke Gramedia? Lama nggak nunggu kabarnya? Karena konon katanya, bukan perkara mudah bisa menembus Gramedia yang tahun ini berulang tahun ke 40.

Dalam kesempatan ini, aku akan menjawab beberapa pertanyaan tersebut. Mungkin bisa memberi gambaran. Memang untuk menghasilkan sesuatu yang bagus dan bernilai, butuh perjuangan dan kerja keras. Siapkan mental sekuat baja, semangat pantang menyerah. Jangan lupa berdoa. Insya Allah, segalanya akan membuahkan hasil. Aamiin.

Inilah sharingku ... ^_^


BEHIND THE STORY dan PROSES KREATIF :

Sebagai seorang yang memutuskan fokus menulis, bisa menerbitkan karya di Penerbit Gramedia Pustaka Utama adalah salah satu mimpiku sejak lama, selain dua penerbit lain yang juga menjadi incaranku. Tidak mudah, butuh waktu bertahun-tahun dan ditempa di tempat lain dulu sebelum akhirnya aku berani mengirimkan naskah ke penerbit ini. Dulu, tak terbayang novelku bisa terbit di sini. Aku dengar, untuk bisa menembus GPU susahnya bukan main, bersaing dengan ribuan naskah yang dikirim ke sana, antri bertahun-tahun.

Tapi bulan Oktober 2014, aku beranikan diri untuk mengirim naskah andalanku ke sana. Aku mencintai cerita yang kutulis ini, terutama karena aku sudah lekat dengan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. AKu ingin kisah mereka berlanjut, aku masih punya banyak ide bagaimana cerita tentang mereka kemudian. Aku bertekad kisah ini harus dapat terbit dalam bentuk yang terbaik. Karena itulah aku memilih mengirimkannya ke Penerbit Gramedia Pustaka Utama, yang kurasa tepat untuk naskah ceritaku ini. Alhamdulillah, tak lama aku mendapat kabar naskahku diterima. Senangnya bukan main, bagai mimpi yang menjelma nyata.

Tentunya tahap selanjutnya naskahku ini harus melalui proses editing. Bersyukur aku mendapat bimbingan luar biasa dari editorku yang super baik. Banyak ilmu yang kudapatkan. Aku menjadi tahu bagaimana membuat kalimat menjadi efektif. Naskah yang awalnya berisi 59.000 kata, dipadatkan menjadi 45.000 kata. Kemudian editorku meminta aku menambah lagi bagian-bagian yang dibutuhkan untuk memperkuat cerita. Proses ini memberiku pengetahuan baru, memilah-milah kata mana yang perlu dituliskan untuk mendukung cerita, mana yang tidak perlu dan hanya akan menjadi pemborosan kata. Dengan usaha keras, akhirnya aku berhasil menambah menjadi naskah fix berisi 50.000 kata, dan disetujui editorku.

Mengenai EYD, juga diperhatikan sangat ketat. Dari sini pengetahuanku tentang bagaimana EYD yang benar bertambah lagi. Salah satu contohnya seperti muhrim, yang benar adalah mahram. Silaturahmi yang benar adalah silaturahim. Jamaah, yang benar adalah jemaah, dan banyak lagi lainnya.

Dan asyiknya lagi, editorku mengajakku berdiskusi mengenai pemilihan judul yang akhirnya diubah dari judul aslinya. "Hatiku Memilihmu" adalah judul yang disarankan editorku, menurut beliau, judul ini menggambarkan isi novel ini, memilih seorang lelaki terbaik sebagai imam dalam hidup, sekaligus memilih menyerahkan segala keputusan terbaik kepada Allah Swt.

Aku semakin senang saat juga ikut dilibatkan dalam diskusi menentukan hasil akhir kaver novel ini. Editorku bilang, desiner kaver novel "HATIKU MEMILIHMU" ini adalah salah satu desainer kaver terbaik yang dimiliki GPU dan sering mendesain kaver novel-novel best seller. Insya Allah ketularan best seller juga, aamiin ^_^

Dari ilmu yang kudapatkan selama proses editing naskah ini, semoga mampu membuatku menulis lebih baik dan lebih baik lagi. Proses belajar tidak akan pernah berhenti. Aku sangat menyukai proses editing, selalu ada hal baru yang aku dapatkan dari editor selama proses ini.

Namun, walau pun sudah diperiksa berkali-kali, melalui proses editing berlapis-lapis, masih saja menemukan kata yang salah. Bukti bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Dan manusia tak bisa lepas dari proses terus memperbaiki diri. Selalu akan ada hal baru yang perlu dipelajari dan insya Allah akan menjadikan kita sebagai manusia yang tidak cepat berpuas diri dan mau terus belajar, selalu ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya novel ini direncanakan terbit bulan Januari 2014, sesuai dengan yang tertera di surat perjanjian penerbitan. Namun karena editorku sedang sibuk sekali menjadi panitia persiapan HUT ke 40 Gramedia Pustaka Utama, maka jadwal terbit novel ini mundur hingga akhirnya bulan Mei.

Sejak Januari aku sudah berjanji pada para pembaca, tapi saat Januari berakhir, novel ini tak juga terbit. Aku janjikan Februari, ternyata mundur lagi. Kemudian editorku menjanjikan Maret, akhirnya Maret berakhir dan novel ini belum terbit juga. Terakhir editorku menjanjikan lagi April, dan ... barulah fix, novel ini akan terbit 15 Mei 2014.

Namun editorku yang supeeeeer baik, memasukkan namaku ke daftar nama-nama penulis GPU, walau pun saat ulang tahun ke 40 GPU, novelku belum terbit. Alhamdulillah, editorku memang baiiiiik sekali ^_^

Bangganya bisa terbit di GPU, salah satu penerbit idamanku ^_^

Namaku tercantum di sini di antara 8000 penulis GPU lainnya. Bangganyaaaa bukan main ^_^

Itu loh, namaku di yang paling bawah itu, Arumi Ekowati
Foto by Mbak Era Heru Wardhani ^_^

Nah, kalau di-zoom kelihatan, kan, paling bawah Arumi Ekowati?
Norak ya? Nggak apa-apa deh. Namanya juga senang banget ^_^