Laman

Rabu, 06 November 2013

My Favorite Actor : Keanu Reeves

Picture from www.keanuworld.com

Among of all actors he was and is the most intriguing. 
He is enigma for the world. 
He is a man of the future. 

Keanu Reeves with a complicated destiny, unusual in everything, from his origin to his lifestyle. 
He's so modest and friendly that doesn't fit in Hollywood norms. 

His perfect figure and memorize from first look appeareance attracts you like a magnet. 
Black hair, sharp features and his look daggers at you. 
He combined all elegant of East and West, he's like out of culture. 

He's for everyone and for no one at the same time. 
He's free like a wind from all conventionally and generally accepted standard. 
He exists out of time. 
And his so touching love to Shakespeare is an obvious plus to handsome Keanu.

www.keanuworld.com


Hollywood walk of fame Keanu reeves

Hm, kali ini aku mau cerita tentang aktor favoritku sepanjang masa ... Siapa lagi kalau bukan Keanu Reeves ... ^_^



Kesukaanku sama Keanu bermula sejak aku menonton film "Point Break". Ketika itu aku belum kenal Keanu. Siapa dia? Tapi karena diajak nonton film itu sama teman, aku ikut saja. Awalnya aku nggak berharap banyak sama film ini karena aku belum kenal pemainnya, ceritanya pun aku belum tahu seperti apa.

Tapi begitu film sudah dimulai ... walah aku tertegun, terpana, bengong, melongo, hampir nggak kedip ... terpesona ... peran utamanya kereeen banget! Wow! Gantengnyaaaa.... aku langsung jatuh cinta sejak pandangan pertama ;)

Gimana Nggak klepek-klepek. Di film ini Keanu jadi FBI agent muda, jagoan yang pemberani dan super nekat. Filmnya kereeen!! Seru, full of surprises, menegangkan terutama saat adegan terjun dari pesawat tanpa parasut. And he is so sexy!!





Ini dia Keanu Reeves sebagai Johnny Utah di "Point Break"
Gimana nggak klepek-klepek lihatnya ... >.<

Sejak itu, aku langsung deh berburu segala hal tentang Keanu, foto, artikel dan film-filmnya yang lain. Dan makin heboh setelah dia muncul lagi di film mega box office "SPEED"


Keanu as Jack Traven in SPEED. Cute banget kan? ^_^



Nama lengkapnya Keanu Charles Reeves. Keanu berasal dari nama Hawaiian, Keanu ( dibaca : Kee-ah-noo) yang berarti "angin dingin di sela-sela pegunungan". Romantis banget ya arti namanya. Ketika itu nggak ada duanya, unik banget deh. Aktor Hollywood yang namanya Keanu ya cuma Keanu Reeves. Walau sekarang banyak orang yang menamakan anaknya Keanu. Aku juga rencananya begitu, kalau punya anak cowok mau kunamakan Keanu. Oh, semoga terkabul, aamiin.

Sudah banyaaak banget film yang diperankan Keanu. Berbagai genre sudah dimainkan. Mulai yang konyol seperti "Bill and Ted". yang absurd seperti "My Own Private Idaho", yang seram seperti "Bram Stoker's Dracula". Bahkan pernah juga jadi penjahat di film "The Watcher". (Ini yang paling nggak tega aku nontonnya, hikss )


Keanu Reeves di My Own Privat Idaho
bersama sahabatnya River Phoenix

Yang paling fenomenal tentu Speed dan The Matrix. Di The Matrix, Keanu gantengnya nggak ketulungan, bikin aku hampir nggak kedip tiap kali sosoknya muncul.


Keanu as Neo in The Matrix. Ganteng banget kaaan...


Ini aksi Keanu sebagai Neo di The Matrix yang paling fenomenal,
caranya menghindari peluru. Bisaan aja ya, berapa kali take nih?

Keanu di acara gala premiere The Matrix
Etapi Keanu memang selalu terlihat 'indah' di mataku kok di semua filmnya. Termasuk ketika jadi pengacara di "Devil's Advocate" dan pengusir iblis di "Constantine".

Keanu as Kevin Lomax in Devil's Advocate. Klimis banget, mas ^_^

 Apalagi di film "A Walk in The Clouds" yang romantis, walau aku kurang sreg sama yang jadi ceweknya, berharap andaikan diganti Winona Ryder...




Keanu as Paul Sutton in A Walk in The Clouds

Karakter-karakter yang diperankan Keanu dalam film.
Thanks Keanu ^_^

Keanu lahir di Lebanon, 2 September 1964. Besar di Kanada. Ayahnya asal Hawaii American chinese, seorang geologist yang bekerja di perusahaan minyak, karena itu Keanu lahir di Lebanon tempat ayahnya dulu bertugas. Ibunya asal Inggris seorang costum designer. Paduan ayah ibunya, timur dan barat, menghasilkan wajah Keanu yang unik. Cakep deh, tipe kesukaanku banget. Mata coklat, hidung yang pas mancungnya, bentuk alisnya, mukanya yang lonjong, bibirnya ... mmm... Suka banget deh aku... :)






Selain karena filmnya yang bagus-bagus, wajah menawan, aku suka Keanu karena dia juga seorang aktor yang humble. Beda deh dengan aktor-aktor Hollywood lainnya. Nggak ada bodyguard yang ngawal dia. Ke mana-mana masih lebih suka naik motor. Bahkan dia juga masih suka naik kereta bawah tanah. Ada sebuah video candid yang menunjukkan Keanu naik kereta subway dan memberikan tempat duduknya buat seorang wanita. Humble bangeeeet. Makin cinta deh.

Video yang diambil candid oleh penumpang kereta subway ini
membuktikan Keanu seorang kind hearted, humble,
masih mau naik kereta bawah tanah,
bahkan memberikan tempat duduknya buat wanita. 
Patut dicontoh ... makin love sama Keanu ... hikss


Kesederhanaan dan kebersahajaan Keanu lainnya.
Lebih suka naik motor Norton antiknya daripada mobil super mewah.
Bukannya nggak mampu beli mobil sport mahal, keuntungan Matrix sebagian besar dia sumbangkan.
Luar biasa ya cowok ini, love, love, love!


Ramahnya Keanu sama fans. Tertawa, pelukan, foto bareng, tanda tangan
menjawab pertanyaan fans dengan ramah dan bersahabat banget.
Hiks, andai ada keajaiban bisa ketemu Keanu ...



Selain itu, dia tetap tegar, walau di sepanjang hidupnya, ia sering mengalami peristiwa tragis. Termasuk kehilangan calon anaknya saat kekasihnya yang sedang mengandung kecelakaan dan tewas. (Kalau hidup bebasnya jangan ditiru ya. Tiru yang baik-baik saja ^_^)

Keanu sempat dirundung kesedihan saking banyaknya cobaan, dia sempat dijuluki Sad Keanu. Tapi dengan bijak Keanu hanya menjawab, "Orang lain butuh bahagia untuk bisa hidup. Aku tidak". Artinya, walau hidupnya mungkin nggak selalu bahagia tapi dia tetap bisa menikmati hidup, ikhlas menerima apa pun yang terjadi dalam hidupnya. Terharu...


Bulan Mei 2010, ada paparazzi yang memotret Keanu sedang duduk sendiri di sebuah bangku taman sambil makan sandwich. Kemudian foto itu disebar dengan judul "Sad Keanu". Keanu saat itu memang sedang mengalami banyak tragedi, kehilangan kekasih dan bayinya, juga adik perempuannya. Kemudian fans-nya berinisiatif untuk menghibur Keanu.

Fans-nya berinisiatif menghibur Keanu. Mereka menghargai Keanu sebagai seorang dermawan, pendapatannya dari film Matrix yang jutaan dolar US, dia sumbangkan untuk penelitian kanker. Para fans bersatu merencanakan cheer up Keanu day, Operation Happy Reeves. Dukungan untuk Keanu agar bangkit dan tidak sedih lagi.


Ini dia Operation Happy Reeves, 
untuk membangkitkan semangat Keanu lagi.

Hiksss, terharu. Semoga Keanu sekarang always happy. Aku belajar keikhlasan dan ketulusan darinya. Di tengah kesedihannya dia mampu bangkit lagi. Kemudian ia tuangkan perasaannya dalam buku kumpulan puisi karyanya berjudul "Ode to Happiness".



Keanu saat book signing buku puisinya


Sekarang Keanu memang sudah nggak muda lagi,

Young Keanu
Cute banget ya waktu masih 20an ...
Keanu in "The Night Before" tahun 1988
Masih muda banget ^_^

Young Keanu
Young Keanu


Tapi sekarang pun makin jadi, hehehe. Makin terlihat kharismatik. Gantengnya belum hilang-hilang. Bahkan dia dijuluki Vampire karena tetap terlihat awet muda.

Nggak banyak berubah kan? Awet muda ... ^_^

Keanu tahun 2012, masih sexy ^_^


Keanu mature dan karismatik, kan?



Keanu tahun 2012, masih handsome and cute
Photo from Keanu_world
terbaru November 2013
Keanu in November 2013

Keanu in Man Of Taichi yang disutradarainya sendiri.
49 tahun masih kayak gini? Vampire kali yaa...
November 2013, promo 47 Ronin di Jepang
Happy birthday 49th Keanu Reeves
Wish you all the best ^_^

Oya, selain sibuk main film, Keanu juga pernah bergabung di sebuah grup band bernama "Dogstar" sebagai bassist. Wah, ini jadi inspirasi karakter Brad Smith dalam novelku "Tahajud Cinta di Kota New York"




Walau menurutku lagunya biasa-biasa saja, tapi aku tetap koleksi albumnya. Yang penting ada Keanunya. Hehehe, fans kalap deh ^_^


Ini salah satu lagu Dogstar. Lumayan enak ^_^


Video biografi Keanu Reeves

Sampai sekarang Keanu masih aktif main film bahkan jadi sutradara juga di film debutnya "Man Of Taichi". Dan akhir tahun ini, filmnya sebagai Kai, pendekar samurai blasteran Jepang-Inggris akan tayang berjudul "47 Ronin" . Wuiiih, udah nggak sabar ...




Keanu as Kai in 47 Ronin
47 Ronin, new International poster

Selain itu, ada juga film terbarunya untuk tahun depan berjudul "Passenger"

Info terbaru tentang Keanu hari ini, sedang sibuk syuting film terbarunya "John Wick".
Yeay, asyik, bakal lihat Keanu lagi.

Tapi aku kangen lihat Keanu main film romantis sama Sandra Bullock lagi, pasangan mainnya yang menurutku paling cocok. (Heran, mengapa mereka nggak ditakdirkan berjodoh ya?)

Keandra so sweet ...





Menurutku Keanu paling cocok sama Sandra deh.
Inilah Keandra, Keanu-Sandra.
Ya Tuhan, jodohkanlah keduanya menjadi pasangan sejati. Aamiin ^_^

Everybody loves Keanu

Keanu dan keluarga.
Terlihat banget dia perhatian sama keluarganya.
Sering ngajak adik perempuannya, termasuk menghadiri premiere film-filmnya
So sweet ... beneran pengen banget deh kenal cowok baik ini ... 


Ini daftar film yang sudah diperankan Keanu Reeves

2013    Man Of Taichi
            47 Ronin

2009    The Private Lives of Pippa Lee

2008    The Day the Earth Stood Still
           Street Kings

2006    The Lake House
           A Scanner Darkly

2005   Constantine

2003   Something's Gotta Give
          The Matrix Revolutions
          The Matrix Reloaded

2001    Hardball
           Sweet November

2000    The Gift
           The Watcher
            The Replacements

1999    The Matrix

1997    The Last Time I Committed Suicide
           The Devil's Advocate

1996    Chain Reaction
           Feeling Minnesota

1995    Johnny Mnemonic
           A Walk in the Clouds

1994    Even Cowgirls Get the Blues
           Little Buddha
           Speed
           Much Ado About Nothing

1992   Bram Stoker's Dracula

1991   Point Break
          My Own Private Idaho
          Bill and Ted's Bogus Journey

1990  Tune in Tomorrow
         I Love You to Death

1989  Parenthood
         Bill and Ted's Excellent Adventure

1988  Permanent Record
         The Prince of Pennsylvania
         Dangerous Liaisons
         The Night Before

1987  The River's Edge
         Youngblood
         Flying

Senin, 04 November 2013

Sengsara Membawa Nikmat

Desa Janten, Temon, Kulon Progo, Jogjakarta
Tak jauh dari Pegunungan Menoreh


By : Arumi E

Kali ini aku ingin berbagi pengalamanku di masa lalu, saat pernah putus asa mengais rezeki. Tapi aku pantang menyerah. Dan semangat terus maju akhirnya berbuah manis.

Benarlah kata pepatah, hidup itu memang ibarat roda yang berputar. Kadang kita berada di atas, tapi seringkali kita berada di putaran terbawah. Nasib seperti itu pun pernah kurasakan. Aku adalah sarjana lulusan arsitektur, yang setelah melamar ke sana-sini, akhirnya diterima bekerja di sebuah perusahaan Konsultan Desain Arsitektur. Bukan sebuah perusahaan besar, tapi aku merasa bersyukur, karena tak mudah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan keahlian dan minat kita. Ini bukan pekerjaan pertamaku setelah lulus kuliah, tapi aku berharap ini lebih baik dari sebelumnya.

Dengan penuh semangat kukerjakan semua tugas yang menjadi tanggungjawabku. Hingga memasuki bulan kelima aku bekerja di sana, aku merasa semakin nyaman dan semakin paham dengan tugas-tugasku. Walau aku harus kerja rangkap, selain sebagai arsitek yang merancang desain bangunan yang kebanyakan rumah mewah berlantai dua, sekaligus juga aku bekerja sebagai drafter yang mengerjakan semua gambar kerja untuk bangunan yang aku desain itu. Karena arsitek di kantor tempatku bekerja itu memang hanya aku dan Bosku.

Aku jalani itu semua sebagai salah satu proses belajar untuk menempa kemampuanku. Aku tak mengeluh. Barulah memasuki bulan keenam, aku mengalami ujian. Aku mendengar kabar, Bosku ingin menutup kantornya itu dan beralih profesi menjadi petani cabai. Hatiku berdebar, merasa tak berdaya, jika perusahaan Bosku itu ditutup, maka sudah bisa dipastikan, aku akan kembali menganggur. Pasti tak mudah untuk mendapatkan pekerjaan baru. Aku pasrah, menangis dalam hati. Apalagi ketika Bos memanggilku dan membenarkan kabar itu. Aku tertunduk lesu.

Namun sebelum aku pergi, Bos menawarkan padaku pekerjaan di pertanian cabai miliknya di Mega Mendung. Aku terperangah, ah, sungguhkah itu? Tapi aku hanya tahu tentang ilmu arsitektur, sedikitpun aku tak tahu tentang pertanian. Bosku malah memberi nasihat, bahwa sebaiknya mumpung aku masih muda, aku pelajari semua, jangan hanya terpaku pada satu bidang saja. Setelah aku pertimbangkan, maka aku terima tawaran Bosku itu. Aku pikir, bekerja apa saja asalkan halal, masih jauh lebih baik daripada tak bekerja.

Dimulailah petualanganku bekerja sebagai pengawas pertanian cabai. Sebenarnya hampir tak ada bedanya mengawasi pembangunan gedung dengan mengawasi pertanian cabai. Sama-sama kerja lapangan yang terpanggang di bawah terik sinar matahari. Tapi kali itu aku bertanggung jawab terhadap mahluk hidup, ratusan bibit cabai yang masih rapuh. Salah sedikit saja, maka bibit-bibit cabai yang masih belia itu terancam mati.

Aku tinggal di mess yang tersedia di lahan pertanian itu. Dan diperbolehkan pulang sebulan sekali. Sekuat tenaga aku berusaha beradaptasi dengan pekerjaan di pertanian. Secara kilat aku harus belajar cara menyemai bibit cabai dan cara menanamnya di lahan pertanian. Setelah dua bulan bekerja di pertanian itu, aku menyerah dan memutuskan berhenti. Bukan maksudku menolak rejeki pekerjaan itu, tapi aku masih ingin mengejar mimpiku menjadi seorang arsitek.

Aku bertekad akan berusaha mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan minat dan keahlianku. Aku pun pamit kepada Bosku dan rekan-rekan kerjaku. Walau bagaimana pun, tak akan kulupakan kenangan bekerja di pertanian, yang tak hanya penuh kerja keras, tapi juga ada suka.

(Pengalamanku bekerja di pertanian cabai ini menjadi inspirasi novel karyaku yang akan terbit bulan Mei 2014. Tunggu ya ... ^_^. Bukankah ternyata, pekerjaan apa pun jika dilakukan dengan sungguh-sungguh tak hanya menjadi sumber rezeki pada saat itu, tapi bisa jadi akan memberi rezeki di saat kemudian)

Kembali ke Jakarta, kembali aku berkutat dalam perjuangan mendapatkan pekerjaan baru. Berlembar-lembar lamaran aku kirimkan ke banyak perusahaan. Beberapa memanggilku untuk wawancara dan tes gambar, tapi satu pun belum ada yang menerimaku sebagai pegawai. Hingga akhirnya aku mendapat ide ingin mencari kerja di Jogjakarta. Kebetulan, Mbah Putriku tinggal di sana.

Kubayangkan nyamannya tinggal di Jogja, pasti tak sebising dan sepadat Jakarta. Tentunya tak akan membuat stress. Kusampaikan niatku itu kepada Bapak dan Ibuku. Bapak dan Ibu menyerahkan keputusan kepadaku, karena aku dianggap telah dewasa, pantas memutuskan sendiri jalan hidupku. Berangkatlah aku ke Jogja, tepatnya, ke Desa Janten, Kulon Progo, berbekal tabungan selama aku bekerja sebelumnya.

Mbah Putri, Bulik dan dua sepupuku mendukung niatku untuk tinggal bersama mereka. Kehadiranku akan membuat rumah Mbah Putri yang lumayan luas menjadi semakin ramai. Rumah Mbahku itu cukup jauh dari kota Jogja, berjarak sekitar 45 km, satu jam perjalanan dengan bus antar kota.

Rumah peninggalan Mbah Putri di Desa Janten. Masih sejuk, banyak pepohonan.
Sekarang Mbahku sudah nggak ada ...

Mulailah aku membeli surat kabar lokal setiap hari, mencari info lowongan pekerjaan. Jarang sekali ada lowongan untuk lulusan Arsitektur di Jogja saat itu. Kebanyakan lowongan itu minta pelamar datang langsung.

Suatu hari di surat kabar itu kutemukan iklan lowongan kerja sebagai arsitek sekaligus drafter. Kali itu pun pelamar diminta datang langsung. Jam enam pagi aku berangkat ke kota Jogja membawa satu berkas surat lamaran. Setelah berkali-kali nyasar, tepat jam sembilan pagi aku sampai di kantor developer yang membuka lowongan itu. Aku menunggu cukup lama, sampai akhirnya tiba giliranku menghadap bagian personalia (HRD). Aku masuk dan memberi salam dengan sopan Aku dipersilakan duduk. Pak HRD itu membolak-balik berkas lamaranku.

“Kamu lulusan Jakarta?” tanyanya dengan pandangan heran.
“Benar, Pak.” jawabku sopan.
“Kenapa kamu melamar kerja di Jogja?” tanyanya lagi.
Aku agak bingung memikirkan jawabannya. Kenapa ya?
“Karena Mbah Putri saya tinggal di Jogja, Pak. Saya ingin menemani beliau.” jawabku sekenanya.
“Kamu aneh, lulusan Jogja berebut mencari kerja di Jakarta, eh, kamu lulusan Jakarta malah cari kerja di Jogja. Di sini gajinya kecil loh.” kata Pak HRD itu.

Ah, aku tidak minta gaji besar, bagiku yang penting mendapatkan pekerjaan. Namun tetap saja hingga berhari-hari kemudian aku tak juga mendapat panggilan. Tak putus asa, kucari lowongan lain. Kudatangi satu persatu. Sendirian aku menjelajahi Kota Jogja, berkali-kali aku nyasar, tapi aku tak menyerah. Setiap hari aku berangkat dari Desa Janten pukul enam pagi. Pukul 5 sore, aku harus segera pulang, karena bus dari kota Jogja yang menuju Desa Janten hanya beroperasi hingga pukul 5 sore.

Pernah aku terlambat, pukul 6 sore baru beranjak pulang. Terpaksa aku naik bus antar kota jurusan Purworejo. Aku turun di jalan masuk Desa Janten dan harus berjalan kaki sepanjang satu kilo meter untuk sampai di rumah Mbahku. Langit sudah gelap, waktu menunjukkan pukul 7 malam. Sepanjang jalan itu tak ada satu pun lampu jalan yang terpasang. Aku hanya mengandalkan cahaya dari sepeda atau motor penduduk desa yang kebetulan lewat. Tapi sedikitpun aku tak takut. Aku berjalan perlahan, menikmati suasana saat itu. Kurasakan sengsara itu membawa nikmat, bukankah aku masih diberi kesempatan menghirup udara desa yang segar dan mendengarkan suara jangkrik yang bersahut-sahutan? Bukankah itu anuegrah?

Tak terasa, dua bulan sudah aku mengadu nasib di Jogja. Sudah begitu banyak kantor yang kudatangi untuk melamar pekerjaan. Tabunganku mulai menipis. Tapi aku belum berhasil mendapat pekerjaan. Aku harus pulang, aku tak mau membebani Mbah Putri dan Bulikku. Terpaksa aku pamit dan kembali ke Jakarta. Ah, ternyata mencari pekerjaan di kota Jogja juga tak mudah.

Sesampai di Jakarta aku kembali kebingungan, uang tabunganku tinggal dua ratus ribu rupiah. Aku menangis tak berdaya, tak tahu apalagi yang harus kuperbuat. Aku pantang meminta ongkos dari orangtuaku. Bagiku, sudah cukup mereka bekerja keras membiayaiku sekolah hingga lulus Sarjana. Setelah itu, aku harus mampu berusaha memenuhi kebutuhan hidupku sendiri. Walau aku masih tinggal bersama orangtuaku, aku tak ingin membebani mereka.

Aku bertanya-tanya, apakah keputusanku berhenti bekerja di pertanian dulu adalah suatu kesalahan? Artinya aku menolak rejeki? Aku mohon ampun kepada Allah, tahajud setiap malam, berdoa memohon dibukakan jalan. Tak sengaja, kudengar lagu Opick featuring Melly Goeslaw berjudul: TAKDIR

Dihempas gelombang, dilemparkan angin
Sekisah kubersedih kubahagia
Di indah dunia yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencana-Nya
Semua berjalan dalam kehendak-Nya
Nafas, hidup, cinta dan segalanya
Dan tertakdir menjalani segala kehendak-Mu, ya Robbi
Kuberserah, kuberpasrah hanya kepada-Mu, ya Robbi
Bila mungkin ada luka, coba tersenyumlah
Bila mungkin tawa, coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti

Hm, menyejukkan hati. Lirik lagu yang menyentuh dan melodinya yang syahdu, menjadi Theme Song hidupku saat itu. Semua berjalan dalam kehendak-Nya. Ya, aku seperti kembali diingatkan akan Firman Allah: Sesudah kesulitan akan datang kemudahan. Aku tak akan berputus asa. Aku yakin Allah akan menepati janji-Nya.

Beberapa minggu kemudian, aku mendapat panggilan dari bank tempat aku menabung, mereka menyampaikan bahwa aku memenangkan undian mendapat hadiah tabungan sebesar 2.5 juta rupiah. Rasanya aku tak percaya, tabunganku yang hanya dua ratus ribu rupiah bisa memenangkan undian? Tapi itu kenyataan, aku takjub ketika melihat buku tabunganku, saldoku bertambah banyak. Aku mengucap syukur yang tiada terkira, apalagi ini namanya jika bukan pertolongan Allah secara langsung? Dengan uang itu, aku dapat membiayai usahaku mencari pekerjaan baru.

Setelah sebulan berusaha mencari kerja ke sana-sini, akhirnya aku diterima bekerja di sebuah Konsultan Desain Arsitektur dengan gaji dua kali lipat dari gaji yang pernah aku dapatkan sebelumnya. Pekerjaanku juga meningkat, tak lagi hanya mendesain rumah tinggal, kantorku yang baru itu menangani proyek pembangunan gedung-gedung pemerintahan. Membuatku bangga karena ikut terlibat dalam proses mendesain renovasi gedung-gedung yang cukup penting, salah satunya adalah Gedung Sekretariat Negara. Resume-ku pun menjadi jauh lebih baik.

Sungguh luar biasa pertolongan Allah.

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". 

Al Qur'an surat Ghâfir ayat 60

Note : 
Ini baru sepenggal kisah pengalamanku berjuang mengais rezeki. Setelah ini masih banyak hal lainnya yang aku alami, sampai akhirnya kini aku memutuskan menjadi penulis novel ^_^

Dan ... terbitnya novel baruku di Gramedia Pustaka Utama bulan Mei 2014 semakin memantapkanku untuk berkarir sebagai penulis. Aku senang sekali setiap kali mendapat respon dari pembaca yang menyukai tulisanku. Buat yang hobi membaca kisah romantis, yuuuuk, koleksi novel terbaruku : 

"HATIKU MEMILIHMU"


Sabtu, 02 November 2013

Horor dodol : Gagang Pintu yang Bergoyang

webunic.blogspot.com


Gara-gara home alone ...

By : Arumi E

Rumahku bukan rumah angker. Berlantai dua, terletak di perkampungan ramai. Tapi karena aku milih kamar di lantai atas, kadang aku suka merasa parno (paranoid). Ada 3 kamar di lantai bawah, satu jadi kamar orangtuaku, dua kamar masing-masing jadi kamar dua adik cowokku.

Aku milih kamar di lantai atas karena bisa punya privasi lebih. Cuma kamarku satu-satunya di lantai atas, depan kamarku ada ruang komputer, di sampingnya ruang nonton teve. Awalnya sih baik-baik aja tidur sendirian di lantai atas. Berani aja tidur dengan lampu dimatiin. Kamar yang gelap bikin aku gampang lelap.

Tapi kadang aku parno juga tidur di kamarku itu.
Beberapa kali aku mendadak bangun tengah malam karena rasanya kayak ada sosok yang menekan dadaku sampai sesak napas. Aku berusaha bisa bernapas. Berulang-ulang mengucap istigfar. Tapi susah banget. Kalimat itu nggak bisa selesai kuucapkan, seolah kaya tersangkut ditenggorokkanku. Setelah berhasil istigfar, barulah aku bisa napas lagi. Kunyalakan lampu dan buru-buru lari ke lantai bawah. Aku pindah tidur di depan teve di ruang keluarga dengan lampu yang menyala. Kejadian itu beberapa kali kualami.

Nggak yakin juga deh, sebenarnya itu cuma mimpi atau di kamarku memang benar ada mahluk gaibnya? Hiiyyy!! Biasanya setelah sehari dua hari tidur malamku terganggu kejadian kayak gitu, dalam beberapa hari aku nggak berani tidur di kamarku sendiri. Mendingan tidur di depan teve ruang keluarga aja deh, rasanya yakin lebih aman. Di sekeliling ruang keluarga ada kamar kedua adikku. Jadi andai ada apa-apa, aku tinggal teriak dan menggedor kamar mereka.

Makin parno deh kalau sebelum tidur aku nonton film horor. Padahal film horor-nya nggak seram-seram amat dan ditayangkan di stasiun teve nasional, jadinya banyak didiskon adegan sadis seremnya. Tetap aja selesai nonton film horor, aku takut tidur di kamarku tanpa nyalain lampu. Jujur aja, seserem-seremnya kamarku, aku lebih suka tidur di kamar sendiri daripada tidur di depan teve ruang keluarga.

Suatu ketika, abis nonton film horor, aku tetap pengin tidur di kamarku. Aku nyalain lampu. Tapi lampu neon di kamarku terang banget, silau, bikin susah merem. Nekat kumatiin aja lampu itu. Berharap dengan keadaan kamar yang gelap bisa tidur nyenyak. Buru-buru aku nutup mata, takut mendadak ada yang seram-seram nongol di depanku seperti dalam film yang barusan kutonton.

Selama beberapa detik suasana masih damai. Nggak lama aku merasa ada angin bertiup lembut di kuping kanan. Posisi tidur favoritku miring ke kanan sambil memeluk guling. Otomatis kupingku bebas terbuka. Nah….kenapa ya rasanya ada yang meniup kupingku?? Mendadak aku merinding disko. Kucari selimut dengan kakiku, lalu kutarik selimut itu sampai nutupin seluruh kepala,  lalu kupejamkan mata.

Huft!! Kirain udah aman, ternyata…

Syuuut….mendadak aku merasa ada yang mengelus-ngelus punggungku. Bulu kudukku makin tegak berdiri. Hiiiyyy…ada mahluk apa nih di belakangku? Aku mulai berkhayal yang enggak-enggak. Terbayang adegan seram dalam film horor yang tadi kutonton. Buru-buru aku loncat bangun dari tempat tidur. Langsung lari ke pintu dan menekan saklar lampu. Setelah terang, aku nengok ke kanan kiri, menatap ragu ke arah pojokan tempat tidur yang tadi kupunggungi. Nggak ada apa-apa!! Apa dong tadi  yang ngelus-ngelus punggungku? Atau cuma perasaanku aja ada yang ngelus-ngelus?

Walau jelas nggak ada apa-apa di kamarku, malam itu aku nggak minat tidur di kamar itu lagi. Setengah berlari aku turun dan tidur di depan teve lagi dengan lampu menyala. Suara langkah kakiku di tangga kayu yang terburu-buru menciptakan suara gedubrakan dan bikin bapak terbangun.

“Ada apa sih? Berisik banget?” tanya bapak dengan muka masih kusut.
“Di kamarku ada setan,” jawabku seenaknya sambil menggelar kasur palembang di depan teve.
“Setan apa? Pasti kamu mimpi lagi. Makanya, kalo penakut jangan suka nonton film horor,” sahut bapak.

Malam berikutnya, ternyata horor masih berlanjut. Sekali saja merasakan teror di kamarku sendiri, biasanya butuh waktu seminggu bisa normal nggak takut lagi. Aku masih nggak berani matiin lampu saat tidur. Lampu kubiarkan menyala. Kuselimuti seluruh badan sampai kepala. Beberapa jam pertama, aku masih tidur dengan nyaman. Tapi pertengahan malam, mulai dehh mimpi seram lagi.

Kayaknya serasa beneran dikejar sosok serba hitam. Aku memaksa buka mata, dan kaget bukan main kayak ada mahluk serba hitam di atas tubuhku sedang mencekik leherku. Aku susah napas.

“As…Astg…Astag…” ucapku susah payah.
Kalimat yang ingin kuucapkan itu seperti tertahan di pangkal tenggorokan. Berkali-kali aku mengulang menyebutkannya.
“Astag…astagfr…Astagfirullah!!” ucapku sekuat tenaga.

Begitu kalimat itu terucap, tenggorokkanku terasa longgar dan aku bisa napas lagi.  Huft!! Lega banget deh rasanya. Reflek aku loncat bangun dari tempat tidur. Mataku melotot melihat sekeliling kamar. Nggak ada apa-apa. Untunglah nggak ada apa-apa. Kalau sampai lihat yang aneh-aneh, wadaww!! bisa pingsan deh.
Segera aku turun ke ruang keluarga dan tidur di depan teve lagi dengan lampu nyala.

“Kamu ngapain sih, tiap malem tidur di sini? Lampu nggak dimatiin, boros listrik kan…” tegur ibu sambil menggoyang-goyang tubuhku yang masih asyik ngorok dengan suara syahdu.

Mataku masih riyep-riyep sudah diberondong pertanyaan, bikin ngos-ngosan tapi terpaksa menyahut,

“Di kamar ada setan gede hitam,” jawabku.
“Ah, kamu kebiasaan deh, kalo mimpi aneh-aneh. Di rumah ini mana ada setan?’ bantah ibu.
“Ya ibu, siapa yang mau mimpi aneh. Nggak tau juga sih setan atau bukan. Tapi beneran, Bu, semalem leher rasanya kayak dicekik mahluk besar hitam jelek,” kataku.
“Itu pasti mimpi!” ujar ibu yakin.
“Kalo cuma mimpi, kok beneran nggak bisa napas, Bu?”
“Memangnya kamu lihat setan apa? Kuntilanak atau genderuwo?”
“Hiiiy, Ibu bikin makin takut aja. Nggak tau, nggak jelas. Pokoknya warnanya hitam.”
“Itu namanya kamu ketindihan. Itu sih bukan setan. Itu karena sebelum tidur kamu nggak baca doa.”
“Ih, ibu…siapa yang nggak baca doa? Udah baca doa kok. Ketindihan itu apa sih? Memang rasanya aku ditindih mahluk hitam itu sampai nggak bisa napas.”

 “Gugling aja gih di internet. Masa anak zaman sekarang nggak ngerti ketindihan. Makanya kamu kalo tidur posisinya yang bener. Baca doa dulu. Cuci kaki dan tangan sampai bersih. Wudhu dulu kalo perlu. Nggak ada setan di rumah ini. Kamu kayak anak kecil aja takut sama setan. Apa kamu mau tukeran kamar tidurnya sama adikmu?”

Aku menggeleng kuat-kuat.

“Nggak ah, nggak mau tukeran kamar. Biar gimana tetep paling enak kamar di lantai atas,” jawabku.

Walau terkadang diganggu mimpi aneh, tapi aku nggak berniat pindah kamar. Kamarku itu kamar yang paling enak. Jauh dari keramaian. Jika memang yang sering mengganggu tidurku itu bukan setan, Alhamdulillah. Berarti kamarku aman. Mungkin memang benar aku hanya bermimpi saja.

Tapi mimpi seram disertai sesak napas keseringan seperti itu, bikin capek juga. Aku ikuti saran ibu. Wudhu sebelum tidur dan banyak-banyak baca doa. Malam selanjutnya aku kembali bisa tidur dengan tenang, nggak lagi diganggu dengan peristiwa “ketindihan” itu. Walau tetap saja setiap selesai nonton film horor nggak berani tidur dengan lampu mati.

Malam-malamku mulai terasa damai. Sampai pada suatu malam, aku harus di rumah sendirian! Waduh, selama ini nggak pernah ngerasain home alone. Ketar-ketir juga harus sendirian di rumah malam-malam. Teringat lagi mahluk besar hitam yang sering muncul dalam mimpi disertai susah nafas itu.
Ketika itu malam minggu. Pas kebetulan banget malam itu kedua adikku ada acara di luar kota bersama teman-teman mereka masing-masing. Bapakku mendadak nggak enak badan, panasnya tinggi. Menjelang sore, ibu mengantar bapak ke rumah sakit. Aku sendiri menjaga rumah. Agak malam, ibu menelpon mengabarkan bapak harus dirawat karena mendadak sesak napas dan jantungnya terasa sedikit ngilu.

“Ibu nginep rumah sakit nemenin Bapak,” kata Ibu.
“Aku sendirian di rumah dong?” tanyaku agak panik.
“Ya iyalah. Kamu jaga rumah. Kamu udah gede, udah kerja masa takut tidur sendirian di rumah,” jawab ibu kalem.  

Glekk! Aku menelan ludah. Cilaka, aku bakal sendirian malam itu di rumah. Jelas, aku nggak mau tidur di kamarku sendiri. Aku menggelar kasur di ruang nonton teve, berniat tidur di situ. Tapi tidur di lantai, seringkali nggak bisa nyenyak. Lantas aku berinisiatif pindah tidur ke kamar bapak dan ibu. Aku berharap kamar bapak dan ibu lebih aman dari mimpi-mimpi seram dibanding kamarku yang jauh di lantai atas. Kubiarkan lampu nyala. Rasanya selama beberapa menit aku mulai tertidur dengan tenang. Sampai kemudian…

“Ceklek!!”

Sebuah suara membangunkanku. Mataku membuka cepat. Langsung menatap ke arah pintu kamar bapak dan ibu. Nggak ada apa-apa yang terjadi. Tadi suara apa ya? Kok kayak suara gagang pintu mau dibuka? Mataku masih nggak berkedip menatap ke arah gagang pintu kamar.

“Halah! Parno banget nih. Cuma perasaan gue kali ah.” Aku berusaha menghibur diri lalu kembali memejamkan mata.

“Ceklek! Ceklek!!”

Jreng!! Mataku sontak terbuka lagi, lalu menatap nanar ke arah gagang pintu kamar. Masih nggak ada apa-apa. Aduh, sumpah, tadi jelas kudengar suara gagang pintu ceklak-ceklek lebih kencang dari sebelumnya. Tapi setelah beberapa menit gagang pintu itu aku pelototin tetap aja nggak terjadi apa-apa.

“Ceklek!!”

Dug! Dag! Dug! Jantungku berdebar kencang banget. Ampun!! Kali ini aku beneran melihat gagang pintu kamar itu bergerak!! Mendadak aku panas dingin. Sampai aku nggak berani napas saking takutnya.

“Ceklek! Ceklek!”

Gagang pintu itu bergerak semakin kencang, jelas ada yang berusaha membukanya dari balik pintu. Ampun Tuhan! Aku mengucek-ucek mata. Benar, aku nggak salah liat. Gagang pintu itu memang benar goyang-goyang sendiri!! Hiiiy, siapa yang gerakin? Siapa yang mau masuk kamar ini? Mahluk hitam yang suka bikin sesak napas itukah?

Aku meringkuk di pojok tempat tidur sambil menutupi seluruh tubuhku dengan selimut ibu yang tebal. Aku segera komat-kamit mengucapkan doa. Tapi dalam keadaan kritis seperti itu, yang kuingat cuma surat Al Fatehah. Maka, surat itulah yang kubaca berulang-ulang. Aku masih berharap ini cuma mimpi. Apa lagi penjelasan yang masuk akal dari gagang pintu yang bisa bergerak-gerak sendiri?

“Pak, aneh nih, pintunya nggak bisa dibuka. Padahal tadi kayaknya nggak ibu kunci.”
Aku terkejut mendengar suara dari balik pintu itu. Segera aku menegakkan kepala. Itu kan suara ibu?

Beneran ibu apa bukan ya? Atau setan yang niru-niru suara ibu? Perlahan aku bangun dan berjingkat-jingkat menghampiri pintu, menempelkan kupingku ke pintu dengan harapan bisa mendengar suara di baliknya lebih jelas.

“Bapak juga nggak ngunci pintu ini kok.” Itu suara bapak.
“Coba bangunin anak kita, Bu.. Jangan-jangan dia nih yang ngunci pintu kamar kita.” suara Bapak lagi.

Ah, aku yakin itu memang suara bapak dan ibuku, segera aku menggerakkan kunci dan membuka pintu itu.

“Loh? Kamu di dalam kamar ini toh?” tanya ibu dengan wajah sangat terkejut.

Wajahku nggak kalah terkejutnya. Aku mengucek-ngucek lagi mataku, masih kurang yakin kalau yang ada di hadapanku itu benar-benar bapak dan ibuku.

“Ini beneran bapak dan ibu yaa???” tanyaku ragu.
“Ya iyalah! Memangnya kamu kira siapa? Cuci muka dulu sana! Supaya nggak siwer pandangannya,” sahut ibu.
"Loh, bapak ibu kok pulang? Katanya tadi bapak dirawat?” tanyaku lagi.
“Bapak nggak jadi dirawat. Panasnya udah mulai turun. Detak jantungnya juga udah mulai normal. Tapi bapak diingetin dokter nggak boleh ngerokok lagi.” jawab ibu.

Bapak yang terlihat lelah nggak menyahut, langsung saja masuk kamar dan berbaring di tempat tidur.

“Kamu tidur di sini tadi? Takut ya tidur di kamar kamu sendirian?” tanya ibu dengan nada suara setengah meledek.
“Bukannya takut, Bu. Kalo tidur di kamar ibu kan bisa denger suara-suara mencurigakan di depan rumah. Siapa tau aja ada orang yang niat maling. Kalo di kamarku kan nggak kedengeran suara-suara di lantai bawah.”

Ah, ibu nggak perlu tahu tadi aku ketakutan setengah mati mengira ada setan yang berusaha membuka pintu kamar dan akan mencekikku. Beginilah akibatnya kalau penakut dibiarkan “Home Alone.” Masa kalah sama Mc Culay Culkin sih? Malu-maluin aja

Intermezzo :  
Sekarang aku sudah nggak pernah mengalami “ketindihan”. Mungkin karena rumahku sekarang makin ramai. Lantai atas di perluas sehingga di depan dan di samping kamarku ada kamar kedua adikku. Di lantai bawah, orangtuaku malah membangun 3 kamar yang kemudian disewakan untuk mahasiswi yang kuliah di kampus dekat rumahku. Aman deh sekarang. Lagian, takut itu sama Allah aja yaa… jangan sama yang lain ^_^