Laman

Rabu, 10 Maret 2010

MISS JIPLAK... dimuat di TEEN


By : Arumi

Dimuat di Majalah TEEN 6 Maret 2010


Neni melotot melihat tas baru Riana. Persis sekali dengan tasnya yang baru mulai dipakainya dua hari yang lalu.
“Nen, si Riana nyamain elo lagi tuh!” komentar Sili teman sebangkunya.
Kalau minggu lalu Neni kaget karena Riana memotong rambutnya dengan model yang sama seperti rambutnya, Neni masih maklum. Mungkin memang kebetulan Riana sedang ingin tampil dengan model rambut shaggy sepundak.
Ketika Riana memakai sepatu yang persis seperti sepatunya, Neni juga masih maklum. Warnanya yang sama-sama hitam pun tidak mengganggu Riana karena peraturan sekolah memang mengharuskan siswa memakai sepatu berwarna hitam.
Tapi kali ini ketika Riana memakai tas yang Persis sama model dan warnanya dengan tas yang dipakainya sekarang, Neni mulai merasa terganggu. Kalau modelnya saja yang sama masih bolehlah. Tapi kenapa sih, warnanya juga sama?

“Sorry Nen, Gimana ya, gue suka warna pink gitu loh. Dan kemarin adanya tinggal yang model ini.” Begitu jawab Riana ketika salah satu teman mereka menanyakan mengapa tas mereka berdua bisa sama persis.
Makin lama Neni semakin tidak tahan karena Riana selalu memakai dan melakukan hal yang sama dengannya. Mulai dari jam tangan, handphone, anting, kalung, ikat rambut, sampai makanan yang dimakan di kantin pun, Riana selalu menyamai Neni.

“He…he…asal jangan Riana nyamain punya pacar mirip pacar lo aja.” ledek Sili.
Neni bergidik.
“Jangan-jangan sebenarnya Riana tuh kembaran elo, Nen” ledek Sili lagi.
“Huuu, ya enggak lah yauw. Cantikan gue kemana-mana dong.” jawab Neni setengah keki.
“Nah, lo sadar. Gimana pun Riana berusaha nyamain elo, nggak bakal bisa nyamain kecantikan dan kepandaian lo. Tapi nggak tau juga ya, kalau si Riana nekad operasi plastik supaya wajahnya mirip elo.” Sekali lagi Sili meledek sambil nyengir.
“Ih, amit-amit deh. Kalau sampai dia nekad begitu, sakit jiwa berarti tuh anak.”



...Continued.

Selasa, 02 Februari 2010

KARMA





Ia perdayai aku
Ia rayu aku dengan tipu muslihatnya
Ia cemarkan aku
Ia sembilu bermata seribu
Yang ditancapkan tepat ke jantungku

Ku tiada daya
Menyesal pun tiada guna
Hanya doa seorang teraniaya
Jika karma memang ada,
biar karma yang membalasnya


By : Arumi

Senin, 25 Januari 2010

JEANS NO.29 dimuat di majalah Teen 23 januari 2010


“Sy, kamu tuh nggak gemuk. Kamu cuma agak gede.” hibur Dian setiap Sissy mengeluhkan ukuran badannya.
“Iya, malah seksi kelihatan montok begitu.” Ira menambahkan.
“Sy, cewek kan memang lain-lain kecepatan perkembangan tubuhnya. Kalau kamu memang lebih cepat dari kita-kita. Nanti juga lama-lama kita nyusul… He..he…” Nita ikut nimbrung.

Sissy masih cemberut.
“Ah, seberkembang-berkembangnya kalian, paling juga beratnya nggak lebih dari 50!”
Sissy paling panik jika teman-teman se-gank-nya mengajak berbelanja pakaian bersama-sama di Mal. Yang membuat Sissy panik adalah karena ukuran pakaiannya selalu ukuran large, tidak seperti teman-temannya yang imut, yang bisa mengenakan pakaian ukuran small atau medium. Bukan berarti Sissy overweight, tapi Sissy memang ditakdirkan lahir dengan struktur tulang besar. Dengan tinggi 168 sentimeter dan berat 58 kilogram, sosok Sissy masih proporsional, tapi ya begitu itu, big size.
Nita dan Rena bisa muat memakai celana panjang jeans ukuran 27. Ira biasa memakai ukuran 28. Dian yang paling imut malah dapat memakai ukuran 26. Sementara Sissy? Rasanya malu sekali, karena harus memakai ukuran 30! Sepatu Sissy pun bernomor 40!
“Tahu nggak sih, sebenarnya kita juga ingin punya tampang cakep kayak kamu. Hidung mancung, mata belok, bulu mata super lentik. Menurutku, sebenarnya kamu justru beruntung.” Dian masih berusaha menghibur.
“Iya Sy. Kalau kamu casting main sinetron, pasti langsung diterima.” Ira ikut-ikutan memberi komentar.

Tapi semua kata-kata menghibur teman-temannya itu tak juga membuat hati Sissy lega. Sissy tetap saja enggan belanja pakaian bersama teman-temannya.
“Lebih baik belanja sendiri deh. Bisa mencoba-coba sendiri.” ucap Sissy dalam hati. Dan tak perlu merasa malu jika pakaian yang dicobanya ternyata tidak muat.
Minggu sore, Sissy pergi ke Mal untuk berburu celana jeans idamannya. Sissy sudah mempersiapkan tubuhnya untuk celana jeans baru nanti. Selama seminggu ini Sissy diet agak ketat Sissy ingin sendirian berburu celana jeans idamannya supaya bisa konsentrasi penuh. Pokoknya, Sissy berniat tidak akan pulang sebelum menemukan celana panjang jeans model hipster, pipa lurus dengan bagian bawah agak cutbrai berukuran 29 yang muat dipakai olehnya!

Sissy memilih beberapa celana jeans ukuran 29. Membawanya dua potong ke kamar pas karena memang batas maksimum hanya dua potong. Padahal, jika boleh, Sissy ingin membawa sepuluh potong sekaligus agar tidak perlu bolak-balik.
Sissy memilih celana jeans pipa lurus karena menurut pakar mode, akan menyamarkan ukuran paha yang besar menjadi tampak lebih langsing. Atau bukan justru semakin memperjelas ukuran pahanya yang besar? Ah, yang jelas berdasarkan pengalaman Sissy, jangan nekad memakai celana jeans model baggy! Itu lho, model celana yang menggembung dibagian paha dan justru mengecil dibagian pergelangan kaki. Swear, membuat pahanya tampak semakin besar!
Sissy mencoba celana pertama. Berwarna biru dongker. Dimasukkannya kedua kakinya ke pipa-pipa celana itu. Ah, sampai lutut lancar. Tapi begitu mencapai bawah pinggul, sungguh tak bisa bergerak lebih ke atas lagi! Bagian pinggang celana jeans itu macet di bawah pinggul! Sissy melepas kembali celana itu dengan perasaan kesal. Dicobanya yang satu lagi. Sama saja!

“Padahal kelihatan lebih besar…” gumam Sissy. Dengan perasaan kesal yang tertahan, Sissy membawa celana-celana itu kembali keluar kamar pas. Di luar, ternyata gadis penjaga stand melihatnya meletakkan kembali celana-celana itu ke tempatnya semula.
”Nggak muat ya, Mbak?” tanya gadis penjaga itu tanpa rasa bersalah, sama sekali tak tahu bahwa komentarnya itu telah membuat Sissy tambah kesal.
“Terlalu ketat. Malu kelihatan seksi!” Begitu alasan Sissy.
“Coba saja yang nomor 30!” Sang penjaga stand mencoba menawarkan solusi. Oh, seandainya ia tahu, kalimatnya itu benar-benar membuat Sissy agak tersinggung.
“Nggak deh. Saya coba merek lain saja!” jawab Sissy ketus.
Sissy beralih ke stand merek lain. Beruntung, ada stand merk terkenal yang terlihat tanpa penjaga. Sissy hanya ingin dibiarkan sendiri mencoba-coba, tanpa ada yang peduli apalagi sampai memberi komentar.
“Please, leave me alone!” teriaknya dalam hati.
“Aku hanya ingin dibiarkan sendiri mencari celana jeans idamanku!”
Untunglah, kemudian keinginan Sissy itu terkabul. Sissy bisa bebas bolak-balik mencoba-coba celana-celana jeans itu. Hingga dua puluh potong sudah yang ia coba.

Sissy masih bertahan ingin mendapatkan jeans nomor 29. Sehingga sudah sebanyak itu celana jeans yang dicobanya, belum juga ada yang pas untuknya.
Sissy kembali membawa dua potong celana jeans. Tetap model hipster, pipa lurus, bagian bawah agak cutbrai. Dan tetap nomor 29. Celana pertama, masih mengecewakan. Sissy mencoba celana kedua. Yap! Akhirnya, kali ini bagian pinggang celana ini mampu melewati pinggulnya. Sissy mencoba mengancingkan celana itu dengan susah payah. Sip! Bisa! Tapi ups, agak susah menarik ritsletingnya. Wah, hanya sampai ke tengah! Sissy mencoba dengan agak paksa menarik sisa ritsleting yang belum tertutup. Sissy menahan nafas, mengempiskan perut…..sreeet! Hore! Akhirnya!

Sissy memandang cermin dalam kamar pas itu. Terpantul bayangan tubuhnya yang mengenakan celana jeans baru berwarna biru dongker model hipster, pipa lurus, bagian bawah agak cutbrai, bernomor 29! Wuih, kereeen! Memang Sissy harus mengempiskan perutnya. Tapi Sissy yakin, jika ia melanjutkan program dietnya satu minggu lagi, pasti ia dapat lebih nyaman mengenakan celana idamannya itu.
“Akhirnya….” ucap Sissy penuh haru, “Aku bisa punya celana jeans nomor 29 yang muat kupakai!” lanjutnya dalam hati. Tak sia-sia pengorbanannya sesore ini!
***

“Wuih, celana baru nih! Suit! Suit!” goda Dian ketika menyadari celana baru yang dipakai Sissy. Mereka sedang mengantri karcis di twenty-one. Teman-teman Sissy yang lain serentak menoleh ke arah Sissy.
“Ehem! Keren!” kata Nita.
“Nomor 29 nih!” seru Sissy bangga. Teman-temannya melongo, memandang tak percaya.
“Mm, memang muat ya?” komentar Ira.
“Iyalah! Kan aku sudah kurusan. Kelihatan, kan?”
Semua teman Sissy kompak memandang Sissy dari ujung kepala sampai kaki. Bagian tubuh Sissy yang mana ya, yang menjadi lebih kurus?
“Eh, iya ya. Kenapa kamu Sy? Sakit?” tanya Nita
“Nggak kok. Memang aku sengaja diet supaya ukuran tubuhku agak normal” jawab Sissy.
Semua temannya terdiam. Tapi kemudian semua kompak tertawa.
“Sissy manis, memang siapa sih yang menganggap kamu nggak normal?” tanya Rena sambil terkikik.
“Iya Sy. Bagaimana pun keadaan kamu kita tetap cinta, kok! Lagipula kita-kita kan sudah bilang, kamu itu cakep bin keren, kok nggak percaya? Kapan sih, kamu sadar sama kelebihan kamu, say?” sahut Dian sambil merangkul Sissy.
Sissy hanya menghela nafas. Seandainya salah satu dari temannya itu ada yang sebesar dirinya, pastilah Sissy akan merasa lebih lega. Bisa sama-sama mencoba celana jeans ukuran 30, bisa sama-sama mencari sepatu ukuran 40, bisa sama-sama memakai kaos ukuran L. Seandainya…
Ketika gadis-gadis itu menunggu waktu pemutaran film dimulai dengan asyik mengobrol satu sama lain, tiba-tiba seorang cowok lumayan menarik mendekati Sissy. Sejak tadi Sissy memang merasakan curi pandang cowok itu kepadanya. Menimbulkan sensasi GR dihatinya. Dan ketika cowok itu mendekatinya, Rasa deg-deg-an semakin menguasai hatinya.
“Ehem, sorry nih. Kayaknya ritsleting celana kamu terbuka deh…” Bisik cowok itu perlahan kepada sissy setelah tubuhnya mendekat.
Wajah Sissy mendadak menghangat dan pastilah warnanya memerah karena malu. Oh, rasanya Sissy ingin pingsan saat itu juga agar tak perlu merasakan malu sehebat ini. Perlahan diliriknya ritsleting celananya. Ha? Benar, ritsletingnya telah terbuka. Entah sejak kapan. Sesal Sissy, mengapa harus cowok menarik itu yang melihatnya? Sungguh sial! Segera Sissy menutupi bagian depan celana jeansnya dengan tasnya. Dan dengan perlahan ia berbisik kepada Ira yang berdiri di sebelahnya dan menjadi teman ngobrolnya sejak tadi.

“Ra? Kayaknya aku nggak jadi nonton deh. Aku mendadak sakit perut nih. Aku pulang dulu ya? Sori Ra, tolong pamitin sama yang lain, aku sudah nggak tahan”
Belum sempat Ira menjawab, Sissy telah melesat pergi terburu-buru.
“Sissy, karcis kamu gimana dong?”
Sissy sudah tak mendengar lagi teriakan Ira. Tiba-tiba saja Sissy sangat membenci celana jeans no.29 yang semula dibanggakannya itu!

- Tamat -

Senin, 18 Januari 2010

Menanti realisasi sebuah janji


Ku impikan diriku berdiri di tepi pantai pasang
Kubiarkan pasir putih pantai menenggelamkan kedua telapak kakiku yang telanjang

Angin laut menghentak menampar wajah dan tubuhku
aku bertahan, aku tak tergoyahkan
Tak beranjak aku,
dari memandang mimpiku yang jauh di cakrawala

Ku impikan kau datang
menyambut uluran tanganku, kau genggam erat
lalu sesudah basa-basi itu
kau janjikan tak kan tinggalkan aku
kau janjikan jadi penjaga hatiku

Ku masih berdiri di pantai ini
kaki-kakiku semakin tenggelam dalam penantianku akan janjimu...

sebuah puisi sederhana oleh Arumi