Laman

Tampilkan postingan dengan label Novel ROMANCE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel ROMANCE. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Mei 2013

Novel romance : Amsterdam Ik Hou Van Je



Novel karyaku yang terbit bulan Juni. Telah beredar di seluruh toko buku di Indonesia. 

Akhirnya... novel ini berhasil terbit. Senangnya bukan main. 

Mari... ikut merasakan kisah romantis antara Anggi Maeswari, Pieter de Boer, Jayden Merkel dan Ryuga Abimanyu...

Kisah cinta yang bersemi di hamparan bunga-bunga tulip warna warni ... merah, kuning, biru, ungu, oranye, merah muda, yang bermekaran di musim semi... 

Bersepeda di pinggiran kanal berair jernih, menjelajahi kincir-kincir angin tua nan eksotis...





Judul : Amsterdam Ik Hou Van Je
Penerbit : Grasindo Publisher
Tebal : 312 halaman
Harga : Rp 51.000,-

Buat yang berminat mengoleksi novel "Amsterdam Ik Hou Van Je", bisa pesan langsung ke aku. Ada diskon 10% menjadi 45.000. Kirim aja email pemesanan ke rumieko@yahoo .com 

Ditunggu yaaa ^_^


“Jauh-jauh ke Belanda akhirnya naksir pemuda Jogja juga? Keterlaluan sekali! Kalau Sasmita tahu, dia pasti meledekku,” gumam Anggi lagi.
Lalu ia menertawai dirinya sendiri.

“Oh…apalagi jika Ragil dan Laras tahu…ah, mereka pasti akan menertawaiku habis-habisan,” lanjut Anggi bicara pada dirinya sendiri.

Bisikan musim gugur, daun-daun berubah warna, berjatuhan diterpa angin. Seperti rasa ini, yang jatuh ke sudut hatimu

Salju pertama, saat hamparan putih membekukan, dan selarik cinta di sudut hati semakin menghangatkanku

Takdir membawaku kembali padamu. Saat kau tawarkan keceriaan dalam kebersamaan mengayuh sepeda beriringan menyusuri Kota Leiden.

Semarak bunga tulip warna warni di Keukenhof menebarkan aroma cinta. Hanya kau dan aku, jangan pedulikan orang ketiga di antara kita.

Bermula di Jogja, bermuara di Amsterdam. Perjalanan cinta Anggi yang jatuh pada Ryuga. Musim berganti, akankah cinta Ryuga pada Anggi turut berganti? Cinta jua, yang membuat Anggi kembali ke Jogja, berharap disambut senyum menawan kekasih hati. Namun harapan tinggal harapan. Kembali ia menjalani hari-harinya yang sendiri di Amsterdam. Sampai di suatu hari tak terduga, Ryuga kembali hadir...

“Ik hou van je. Aku mencintaimu...” 

Kali ini ucapan itu terdengar meyakinkan.

oOo

Senyum Anggi merekah, dengan penuh percaya diri ia menghampiri Ryuga dan Pieter. Dua lelaki itu berdiri berdampingan. Dua-duanya memiliki binar mata yang sama saat keduanya memandangi Anggi. Binar mata yang membuat Anggi heran, mengapa kedua lelaki itu tampak senang sekali melihat kedatangannya?
“Anggi!”
“Enji!”
Ini hal kedua yang membuat Anggi tersenyum. Kedua lelaki itu menyebut namanya berbarengan, tetapi Ryuga memanggilnya Anggi sedangkan Pieter memanggilnya Enji. Dan kini kedua lelaki itu yang tampak sama-sama heran kemudian saling pandang.
Goede morgen, Pieter, Ryuga,” balas Anggi seraya tersenyum menahan geli.
“Kalian saling kenal?”
Lagi-lagi kedua pemuda itu mengucapkan kalimat yang memiliki arti sama secara berbarengan tetapi dalam bahasa berbeda, Ryuga dalam bahasa Indonesia, sedangkan Pieter dalam bahasa Belanda. Kali ini Anggi tak kuasa menahan tawanya menyaksikan tingkah kedua pemuda itu.

oOo

“Berhari-hari aku memandangi lukisanku A Girl From Jogja, dan kemudian sadar, aku jatuh cinta pada lukisanku sendiri. Aku menyukaimu, Enji. Enji, maukah kau menjadi kekasihku?”
Jantung Anggi berdetak lebih cepat. Siapa yang sanggup menolak lelaki seindah Jayden? Serta sikapnya yang romantis? Anggi merasa ia pasti sudah gila, saat beberapa detik kemudian ia menjawab,
“Ya, aku mau menjadi kekasihmu, Jayden.”
Kemudian Anggi merasakan dunia seolah berhenti berputar selama beberapa menit.

oOo

Amsterdam Ik Hou Van Je, artinya Amsterdam Aku Cinta Kamu. 
Kisah Anggi, gadis Jogja yang berkesempatan tinggal, belajar dan bekerja di Belanda. Terinspirasi kisah sepupuku yang kini telah tinggal di Belanda selama 19 tahun lamanya. Di dalam novel ini juga ada beberapa kosakata Belanda untuk semakin memperkuat kesan Belanda dalam kisahnya. Ditambah data referensi tentang negeri Belanda dari beberapa sumber.

Informasi tentang Belanda kudapatkan dari cerita sepupuku Nany Rahayu yang tinggal di sana. Namun ada beberapa data yang menurutku perlu kutambahkan, karena itu aku memang menambahkan data referensi untuk tempat dan benda dari berbagai sumber. Seperti tentang taman bunga Keukenhof, tentang kereta Thalys, yang memang kereta berwarna merah, aku pun telah melihat fotonya, tentang sepeda, tentang perpustakaan Leiden dan tentang gedung-gedung yang ada di Belanda. 

Perjuangan Anggi, terinspirasi dari perjuangan sepupuku Nany Rahayu, hingga akhirnya bisa sukses hidup di Belanda. Kisah Anggi kuramu dengan imajinasiku, kutambahkan kisah romantisme antara Anggi dengan Jayden Merkel, Pieter de Boer dan Ryuga Abimanyu. 

Goede morgen... selamat pagi...
Ik mis je ... aku merindukanmu ... 
meneer, mevrouw, meisje... tuan, nyonya, nona.
ik zal nooit opgeven ... aku tak akan menyerah
Dank u wel ...terima kasih

Beberapa kosakata Belanda tersebut di atas berdasarkan referensi dari sepupuku Nany Rahayu, yang sudah sangat fasih berbahasa Belanda. Aku juga menanyakan padanya, peribahasa apa yang terkenal di Belanda? Aku masukkan juga itu ke dalam novelku ini.

Ini sedikit kutipannya :

“Entah bagaimana aku bisa membalas kebaikan papa dan mama. Aku masih tak mengerti mengapa papa dan mama baik sekali padaku?” ucap Anggi seraya digenggamnya erat kedua tangan Nyonya Mirthe, lalu ia pindahkan ke atas pangkuannya.

We goed doet, goed ontmoet,” sahut Nyonya Mirthe seraya membalas senyum Anggi.

“Apakah itu artinya, Ma?” tanya Anggi sembari memiringkan sedikit kepalanya, menunggu penjelasan Nyonya Mirthe.

“Jika kita berbuat baik pada orang lain, kebaikan juga akan datang kepada kita. Aku senang bila hidupmu nanti menjadi lebih baik. Kamu bisa bekerja di tempat yang bagus dan mendapat gaji yang banyak, kamu bisa mengirim uang untuk membantu biaya hidup ibu dan adikmu di Jogja,” jawab Nyonya Mirthe menjelaskan makna pepatah bijak bangsa Belanda yang tadi diucapkannya.

Selain itu, aku juga menanyakan pada sepupuku, bagaimana kebiasaan warga Belanda yang khas? Salah satunya adalah, warga Belanda senang memberi salam jika bertemu seseorang dengan cium pipi tiga kali. Pipi kanan, pipi kiri, kemudian pipi kanan lagi. Ini kualami sendiri. Tiap kali aku bertemu dengan Fred, suami sepupuku itu, beliau selalu memberi salam tempel pipi tiga kali. ^_^

Well, untuk tujuan saling menghormati, kenapa tidak?



Lagu Yogyakarta Kla Project pas banget sebagai 
soundtrack saat adegan Anggi kembali ke Yogya ^_^.


Ini lagu Belanda "Ik Hou Van Holland"


Cerita tentang Belanda
Hm, kapan-kapan harus ke sini :)

Wedang uwuh, yang dalam novel "Amsterdam Ik Hou Van Je" kutuliskan sebagai minuman khas Imogiri favorit Mevrouw Mirthe de Boer. Minuman rempah hangat menyehatkan. Saat Anggi mudik ke Jogja, Mevrouw Mirthe nggak lupa memesan minuman ini. Dan kemarin, sepulang ibuku dari Jogja, bawa oleh-oleh ini juga. Wow, kok ibuku tau aja yaaa... Love you, ibu...  ‎#BanggaProdukIndonesia ‎#AmsterdamIkHouVanJe


Amsterdam Ik Hou Van Je juga tersedia dalam bentuk ebook. Bagi teman-teman yang ingin membeli ebook-nya, silakan klik saja di sini yaaa 







"Amsterdam Ik Hou Van Je" mejeng manis di Gramedia Puri Mal.
Baca dulu yuk. Nikmati kisah romantisme Anggi yang dilema di antara
tiga cowok keren, Ryuga, Jayden dan Pieter.
Kata yang sudah baca sih,  Anggi cocoknya sama Pieter ^_^

@thamarthapusvta  katanya suka Amsterdam Ik Hou Van Je
Makasih ya Martha.



Molen ... (kincir angin) Bij het sloten
Foto by Nany Rahayu

Real summer now in De Dijk, Vijfhuizen ( baca : de daik, Faifhausen)
Foto kiriman sepupuku Nany Rahayu

Rumah khas Belanda di Enkhuizen
Foto kiriman sepupuku Nany Rahayu

Sepupuku Nany Rahayu dan Mevrouw Pais,
yang menjadi inspirasi tokoh Mevrouw Mirthe
dalam novel "Amsterdam Ik Hou Van Je"

Alkmaar Cheese Market, kejunya gede-gede
Foto by Nany Rahayu
Kata sepupuku cheese-nya beraaat saking gedenya ^_^

From Alkmaar to Vinkeveen
Foto by Nany Rahayu

Senin, 20 Mei 2013

Kumpulan cerpen unik : HEART LATTE, kisah romantis di Crown Cafe

Telah terbit, buku terbaruku; "HEART LATTE". Sudah tersedia di semua toko buku Gramedia...

Yuk, dikoleksi, romantisssss deh kisah-kisahnya :)




Judul : HEART LATTE
Penulis : Arumi E
Penerbit : Salang Publisher
Tebal : 206 halaman
Terbit : Mei 2013


Sebelas tokoh menikmati secangkir cappucino yang dihias latte art oleh seorang barista, masing-masing menyampaikan kisahnya di café yang sama, Crown Café.

Karina yang memiliki janji bertemu mantan kekasihnya. Raiya dihadapkan pada pilihan tetap setia pada tunangannya, atau menerima cinta adik tunangannya. Bastian tanpa sengaja bertemu kembali dengan cinta masa remajanya. Sasya yang diam-diam jatuh hati pada bos tampannya. Raysaka yang merasa dikutuk hujan. Digita mengalami déjà vu setelah bertemu lelaki yang sama tiga kali berturut-turut. Ayunda yang memiliki indera keenam. Diandra yang tidak percaya mitos, tertantang membuktikan kebenaran sebuah mitos. Sandra yang resah dituduh menjadi penyebab ibunya jatuh sakit karena tak kunjung menikah.

Terkadang dua insan bertemu untuk saling berpisah, terkadang pula rasa iri bisa membuat seseorang terluka.

Café ini menjadi saksi semua kisah. Kopi racikan Galang sang barista, menemani kesebelas tokoh bercerita. Sampai kemudian di hari kedua belas, tak ada yang menyangka, bahkan sang barista sendiri, secangkir cappuccino dengan hiasan heart latte art yang dibuatnya tepat tengah malam itu adalah hasil karyanya yang terakhir.

oOo

kisah beragam karakter dengan masing-masing masalahnya dalam cinta. Bukan hanya cinta pasangan kekasih, tetapi ada kisah cinta seorang kakak pada adiknya dalam satu panti asuhan, cinta ayah kepada anaknya, cinta seorang bayi kepada ibunya. Semua kisah itu memiliki benang merah yang sama, diawali dengan kehadiran tokoh utamanya di Crown Cafe, bersantai sejenak sambil memesan secangkir cappuccino yang berhiaskan heart latte art. Satu kisah, mewakili satu karakter yang berkunjung ke Crown Café di hari yang berbeda-beda.

Heart Latte Art
Crown Café day #1
 Karina memiliki janji bertemu dengan lelaki masa lalunya. Dalam hatinya membuncah harap, mengira lelaki masa lalunya itu mengajaknya bertemu untuk kembali menjalin hubungan mereka yang dulu sempat terputus. Karena sesungguhnya, delapan tahun belum mampu membuat Karina sanggup melupakan Bian. Namun ia kecewa saat melihat Bian datang ke Crown Café tidak sendiri.

“Berhentilah menilai orang lain. Kau juga pasti tak suka kan dinilai oleh orang lain?”
“Berapa kali kubilang, aku tidak menilai, aku hanya menganalisa,” jawabku waktu itu.
“Baiklah, coba kau analisa aku. Menurutmu aku bagaimana?” tanyamu menantangku.
“Hm, kamu tak banyak bicara, kamu lebih suka langsung bertindak. Itu yang membuatku suka kamu,” jawabku lalu tersenyum lebar.
“Okay, memang tidak tepat memintamu menganalisaku. Kamu sudah tahu aku bagaimana,” katamu lagi.
“Kamu kesepian…” lanjutku kala itu.
Wajahmu tampak tercengang.
“Kok bisa-bisanya kamu menuduh aku kesepian?” tanyamu heran.
“Terlihat dari caramu memandangku,” jawabku yakin.
Kemudian kau tertawa. Tawamu yang pertama yang kudengar seharian itu.


~oOo~

Cinta Yang Terpilih
Crown Café day #2
Raiya mengenal baik barista yang meracik kopi di café ini. Ia berteman saat sang barista bekerja di Jogja. Kemudian kisahnya mengalir diawali di sebuah jalan Malioboro. Tentang kegundahan hatinya, karena mencintai adik tunangannya sendiri. Ia disergap dilema. Mungkinkah ia membatalkan pertunangannya bersama Ardian kemudian memilih Rega, adik Adrian?

“Mengapa kau mau aku ajak ke sini, Rai?” tanya Rega aneh.
Aku menatapnya tak berkedip, gusar bercampur sedikit sebal mendengar pertanyaannya itu.
“Maksudmu? Kau yang mengajakku ke sini. Setelah aku mau, kau malah bertanya kenapa aku mau?” alisku sedikit terangkat.
“Kau pasti sadar, aku mengajakmu ke sini bukan sebagai calon kakak iparku,” sahut Rega, tanpa menoleh ke arahku.
Wajahku semakin gusar.
“Lalu, sebagai apa?”
“Aku tak mungkin mengajakmu ke tempat seromantis ini hanya berduaan jika aku menganggapmu sebagai calon kakak iparku. Kau tahu itu kan, Rai?”

~oOo~

Kau, Aku dan Gerimis
Crown Café day #3
Bastian bertemu seorang wanita yang ia yakini adalah gadis yang ia sukai saat remaja dulu. Yang meninggalkannya sebelum ia sempat menyatakan cinta. Namun wanita ini hadir dengan nama yang berbeda, Prulina. Tetapi Bastian yakin, Prulina adalah Hana, gadis yang dicintainya saat SMA dahulu. Hana, yang pergi begitu saja meninggalkannya tanpa penjelasan. Kali ini Bastian tak ingin kehilangan Hana lagi, walau Hana telah menjelma menjadi Prulina.

Aku tertawa kecil,“Itu karena salahmu sendiri,” sahutku.
“Salah kenapa?”
“Kau membuatku jatuh cinta sejak pertama aku melihatmu.”
Kau hanya tersenyum.
“Lalu, kenapa kau tega sekali pergi meninggalkan aku tanpa pesan? Padahal aku satu-satunya yang mau dekat denganmu…”

~ oOo ~

One Fine Day
Crown Café day #4
Sasya merasa Kevra bosnya ini bisa menjadi bos hanya karena ia adalah anak pemilik majalah tempatnya bekerja. Ia menganggap bosnya ini sebagai saingannya karena ia merasa diperlakukan tidak adil. Ia yang telah bertahun-tahun bekerja tidak juga dinaikkan jabatannya, sedangkan Kevra yang baru saja lulus dari luar negeri langsung diangkat menjadi manajer kreatif. Sasya terkejut ketika suatu pagi Kevra datang ke rumah kontrakannya untuk menjemput dan mentraktirnya sarapan. Apakah ini benar-benar terjadi atau hanya khayalan Sasya? Karena diam-diam sesungguhnya ia menyimpan rasa pada bosnya yang menyebalkan itu.

“Sepertinya sekarang aku bisa meramal lewat mimpi,” ucapku pada Kevra seusai menuntaskan nasi uduk bagianku dan meneguh teh manis hangat.
“Ohya? Memangnya kau mimpi apa? Dan meramal apa?” tanya Kevra sembari membersihkan bibirnya dengan sapu tangannya yang berwarna biru tua.

~oOo~

Karma Hujan
Crown Café day #5
Raysaka merasa aneh. Ia yakin telah dikutuk hujan. Ia menjadi sangat kecanduan pada hujan. Jika musim hujan, ia merasa gembira sekali karena bisa bermandikan air hujan kapan saja. Namun saat musim kemarau, ia merasa tersiksa. Tubuhnya lemas jika lama tak terkena hujan. Sampai kemudian ia bertemu seorang anak lelaki lusuh yang tiap kali anak itu muncul, pastilah hujan turun. Raysaka menyebut anak itu sebagai pembawa hujan.

“Ini pertanyaan mudah, Ta. Jawabannya juga mudah,” sahut Raysaka.
“Ini tidak mudah, Ray,” sanggahku.
“Kenapa tidak?”
“Karena…perasaanku padamu tidak hitam putih…” jawabku.
Raysaka tersenyum sinis.
“Jadi, perasaaanmu padaku abu-abu? Atau ada warna lain?”

~oOo~

Déjà vu
Crown Café day #6
Digita yang gundah karena di usianya yang sudah kepala tiga,ia masih saja belum menemukan lelaki yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Kemudian secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki sebanyak tiga kali. Digita pun sadar, sepertinya ini sebuah takdir.  Bertemu dengan seseorang yang sama sebanyak tiga kali tidak bisa dibilang sebagai peristiwa kebetulan biasa.

“Silakan duduk Mbak! Gantian...”
Suara itu berasal dari seorang lelaki yang duduk di kursi paling pinggir di samping aku berdiri. Aku memandanginya agak lama, mendadak kurasakan waktu berhenti untuk sesaat. Momen ini, rasanya kuingat pernah kualami. Deretan kursi yang penuh, aku tak kebagian duduk, lalu seorang lelaki menawarkan kursinya untukku. Rasanya seperti de javu.

~oOo~

Violet
Crown Café day #7
Ayunda bukan wanita biasa, ia memiliki indera keenam. Ia sendiri tak tahu bagaimana ia bisa memiliki kemampuan ini. Namun kemampuannya ini malah membuatnya resah. Ia bisa mengetahui tanda-tanda seseorang akan meninggal.

“Jangan pergi, Mas!” cegahku.
Kupeluk dari belakang tubuh suamiku yang sedang sibuk membereskan barang-barang yang besok akan dibawanya keluar kota.
“Hei, kenapa tiba-tiba kau jadi manja begini? Jangan bilang ini permintaan calon bayi kita, ya?” sahut Raditya, ia membalikkan tubuhnya menghadapku, lalu dibelainya lembut kepalaku.
“Jika memang ini permintaannya?” tanyaku sambil mengerling.


~oOo~

Jasmine Project
Crown Café day #8
Diandra seorang fotografer yang bergaya cuek. Ia juga tak peduli saat semua teman sebayanya sudah menikah sementara dirinya sendiri belum juga ada tanda-tanda akan menuju ke sana. Sampai kemudian ia mulai merasa gundah, saat sadar ia tinggal sendiri sebagai single. Diam-diam ia berniat melaksanakan saran sahabatnya untuk mencuri melati pengantin. Ia namakan msisinya ini adalah Jasmine Project.

Mission is not accomplished! Huft! Segera aku berlalu dari panggung pelaminan pengantin.
I know what you did, Diandra.”
Sebuah suara berbisik membuatku menoleh cepat. Segera mataku menangkap senyum usil pada seraut wajah menarik. Aih! Aku menggeleng-gelengkan kepalaku hampir tak percaya dengan penglihatanku sendiri. Aku pasti berkhayal. Tapi tidak, seraut wajah yang tidak asing lagi itu masih tetap ada di hadapanku.

~oOo~

Setelah Aku Menikah
Crown Café day #9
Sandra telah mengalami banyak kisah cinta yang gagal. Hingga kemudian ia memilih pasrah tak lagi berusaha mencari cinta. Namun ibunya sakit karena Sandra tak juga menikah. Kenyataan ini membuat Sandra gundah. Sampai kemudian ia bertemu Ferdi, yang tidak seperti kekasih-kekasih masa lalunya.

~oOo~

Pertemuan Terakhir
Crown Café day #10
Ranti janji bertemu dengan kekasihnya di tempat ini tepat pukul tujuh malam. Ini bukan pertemuan romantis, ia berniat ingin memutuskan hubungannya dengan Angga, kekasihnya selama enam tahun ini. Di sisi lain, Angga juga sedang bersiap-siap menuju Crown Café untuk bertemu Ranti. Bagi Angga, ini juga bukan pertemuan romantis. Ia berencana ingin memutuskan hubungannya dengan Ranti, kekasihnya selama enam tahun ini. Kedua pasangan kekasih ini berjanji saling bertemu di Crown Café justru untuk saling memutuskan hubungan satu sama lain.

“Jadi, kekasihmu akan datang terlambat?” tanya lelaki tadi yang ternyata masih belum beranjak dari hadapanku.
Aku tertegun sesaat menatapnya, namun kemudian aku mendapat ide brilian.
“Dia akan terlambat sekitar dua puluh menit. Silahkan duduk saja di sini. Lagipula kekasihku itu sebentar lagi tidak menjadi kekasihku lagi,” jawabku.

~oOo~

Cinta Untuk Putri
Crown Café day #11
Dea menunggu kekasihnya Devan yang berjanji akan menemuinya di sini. Seusai menjadi relawan korban banjir di beberapa bagian Kota Jakarta. Devan adalah seniornya dalam usahanya menjadi relawan. Devan dan Putri adalah dua tokoh dalam hidup Dea yang telah menjadi inspirasi terbesarnya hingga kemudian membuatnya memilih menjadi sukarelawan. Putri adalah sesama penghuni panti asuhan yang telah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Walau pun awalnya, Dea sempat merasa cemburu pada Putri yang lebih banyak mendapat perhatian. Namun dalam suatu kejadian menegangkan, Dea rela mempertaruhkan keselamatannya sendiri untuk menolong Putri.

~oOo~

Last Love Latte Art
Crown Café day #12
Galang adalah barista di kafe ini. Dialah yang membuat semua latte art pesanan pengunjung Crown Café. Ia senang dengan pekerjaannya ini. Ia seringkali menganggap dirinya adalah pekerja seni yang senang berkreasi dengan latte. Di hari kedua belas itu, tak ada yang menyangka, bahkan dirinya sendiri, secangkir cappuccino dengan hiasan heart latte art yang dibuatnya tepat tengah malam itu adalah hasil karyanya yang terakhir.

Aku mulai merasa dingin. Aneh, aku membayangkan menyeruput cappuccino hangat racikanku sendiri yang berhias dua lambang cinta di atas permukaannya.
“Double love latte art…”
Itu menjadi ucapanku yang terakhir.

~oOo~





"Heart Latte" sampai  Gramedia Sun Plaza Medan ...Yuk, dikoleksi ^_^

"Heart Latte" di Gramedia Matraman

"Heart Latte" mejeng manis di Gramedia Puri Mal.