Laman

Tampilkan postingan dengan label Event. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Event. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Juni 2016

On Air #AroundTheWorldWithLoveSeries batch 2 di 94.7 UFM

Bulan ini memang bulan yang padat promosi novel baru kami, yang tergabung dalam seri Around The World With Love.

Kamis, 16 Juni, aku dan Mbak Irene Dyah berkesempatan ngobrolin tentang novel-novel kami di 94.7 UFM Jakarta.


Mas Tony Thamrin yang menjadi host kali ini membawakan acara dengan asyik. Seru jadinya. Semoga ada di antara teman-teman yang mendengarkan yaa 

Mas Tony ini benar-benar membaca buku-buku kami, sehingga tahu dengan pasti seperti apa ceritanya.







Aku menjelaskan cerita Love in Adelaide dan
Love in Sydney

Selain menceritakan latar belakang terbitnya label seri around the world with love, menceritakan juga apa tema yang aku usung di novelku Love in Adelaide dan Love in Sydney. Begitu juga dengan Mbak Irene Dyah berceita serunya kisah dalam dua novelnya Love in Marrakech dan Love in Blue City.

Setelah itu ada bagian kami membacakan peran di novel. Mas Tony berperan sebagai Zach, aku sebagai Aleska. Begitu juga giliran Mbak Dyah bermain karakter, Mas Tony menjadi Haikal, Mbak Irene menjadi Nada. Ini asyik banget, pendengar jadi punya gambaran seperti apa kira-kira dialog-dialog yang ada di novel ini.

Aku jadi sering ketawa

Mbak Irene Dyah ngomongin Love in Marrakech
dan Love in Bue City

Sabtu, 11 Juni 2016

On Air #AroundTheWorldWithLoveSeries batch 2 di V Radio

Saat ini, promosi untuk seorang penulis dibutuhkan. Begitulah perkembangan zaman. Tugas penulis bukan hanya menulis, tapi juga harus mau mempromosikan buku hasil karyanya.

Salah satu caranya melalui talk show di radio.



Jumat kemarin, 10 Juni 2016, kami, Arumi, Mbak Indah Hanaco, Mbak Irene Dyah dan Silvarani mendapat kesempatan mengenalkan buku terbaru kami pada pendengar V Radio.

Selalu senang tiap kali ada kesempatan berkumpul bersama. Berbagi cerita, rasanya energi kami jadi terisi kembali. Semoga banyak teman-teman yang kemarin ikut mendengarkan yaa... ^_^







Selasa, 07 Juni 2016

On Air #AroundTheWorldWithLoveSeries batch 2 di RRI Pro 1 Jakarta

Selamat Juni, tak terasa bertemu lagi dengan bulan Ramadan. Sudah hari kedua. Belum terlambat untuk mengucapkan selamat menjalani ibadah bulan Ramadan bagi teman-teman yang menjalani.

Semoga kita dapat menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya, tak lupa peduli pada sesama.

Dua hari sebelum Ramadan, tepatnya tanggal 4 Juni, aku, penulis novel Love in Sydney, Mbak Irene Dyah penulis novel Love in Blue City dan Silvarani penulis novel Love in London, mendapat kesempatan on air mengenalkan novel terbaru kami ini kepada pendengar RRI Pro 1 FM dalam acara Cakrawala Pustaka.

Semestinya Mbak Indah Hanaco juga ikut untuk memperkenalkan novel terbarunya juga, Love in Auckland. Tapi dikarenakan satu dan lain hal, Mbak Indah tidak bisa ikut serta.

Siaran dimulai pukul 5 sore, tapi pukul 4 lewat aku sudah sampai, begitu juga Mbak Irene.





Buat teman-teman yang nggak sempat dengerin siaran kami, bisa nih ditonton di video youtube ini ^_^


Sabtu, 23 April 2016

Product Knowledge, memperkenalkan novel karya sendiri ke toko buku Gramedia

Sudah sejak dua minggu sebelumnya editor kami menyarankan kami untuk melakukan product knowledge. Apa itu? Yaitu mempresentasikan novel karya kami kepada staf toko buku Gramedia saat toko buku itu belum dibuka.

Karena itu kami harus sudah sampai Gedung Kompas Gramedia pukul 7.30 pagi.

Sesudah subuh siap-siap berangkat ke stasiun kereta. Harus sampai di Gedung Kompas Gramedia pukul 7:30 WIB. Pertama kali naik commuter line di jam sibuk. Ternyata memang penuh. Tapi masih penuh yang normal.

Eleanor narsis dulu dalam kereta menuju Stasiun Palmerah

Baru tahu, kereta dari Stasiun Rawabuaya yang jadwal pukul 6:30 langsung menuju Manggarai. Aku nggak perlu turun di Duri, cukup menunggu sebentar, kereta lanjut menuju Stasiun Tanah Abang. Jelas lebih cepat daripada naik bus. Pukul 7:05 sudah sampai Stasiun Palmerah. Tinggal jalan sedikit, sampailah di Gedung Kompas Gramedia.

Sarapan bubur ayam, lalu berangkat ke Gramedia Central Park sebelum dibuka untuk pengunjung.

Ada briefing di setiap toko buku Gramedia sebelum dibuka. Pada saat itulah dua minggu sekali ada kesempatan bagi penulis memperkenalkan karyanya.

Agar staf toko buku tersebut mengenal novel kami, kemudian membantu tampilannya di rak. Untuk novel seri #AroundTheWorldWithLove diminta dipajang berjajar sebagai satu seri. Pengunjung buku pun diharapkan akan teralihkan perhatiannya ke seri ini.

Aturan cara menata seri Around the world with love



Kemudian ada sesi tanya jawab. Bagi yang bertanya, mendapat hadiah buku-buku kami. Senang sekali bisa berkenalan langsung dengan staf dan pimpinan Gramedia Central Park.

Lalu kami belanja beberapa barang mumpung mendapat diskon menyenangkan.








Setelah itu makan siang bareng sambil mendiskusikan rencana-rencana kami selanjutnya. Senangnya bertukar pikiran demi kemajuan kami selanjutnya.

Makan siangku pancake plus es krim coklat dengan taburan kacang almond dan kacang mede. Enaak. 😊

#AroundTheWorldWithLoveSeries




Jumat, 01 April 2016

Blogtour #AroundTheWorldWithLoveSeries April 2016



Welcome April! Ada banyak kabar baik menyambut awal bulan ini. Sesi kedua #AroundTheWorldWithLoveSeries yang dipercepat jadwal terbitnya bikin kami bahagia banget.

Buat teman-teman yang sudah menunggu, sebentar lagi ya, antara akhir April sampai awal Mei.

Buat yang belum punya sesi pertama #AroundTheWorldWithLoveSeries yuk ikut blogtour-nya full sebulan ini, dipandu 2 blogger sekaligus, Mbak Rizky Mirgawati dan Stefanie Sugia Ada 8 buku yang dibagikan. Mantap kan? Catat jadwalnya yaaa ^_^

#LoveinAdelaide #LoveinEdinburgh #LoveinMarrakech #LoveinParis Indah Hanaco Irene Dyah Nadia Silvarani Lubis

Selasa, 29 Maret 2016

Car Free Day Jakarta

Halo ... apa kabar semua?

Yang tinggal di Jakarta apakah pernah ikut acara car free day? Dari Bunderan Senayan sampai Monas jalan arteri ditutup untuk kendaraan bermotor kecuali Trans Jakarta. Sudah berlaku sejak lama, tapi aku baru ikutan Minggu kemarin. Ya, telat yaaa ... Ternyata enaaaak banget yaa ^_^

Berangkat dari rumah setelah subuh. Naik kereta dari Stasiun Rawa buaya, transit di Stasiun Duri. Lalu lanjut lagi ke Stasiun Sudirman. Baru kali ini ke stasiun ini. Ternyata bagus ya. Nggak kalah dengan Stasiun MRT di Kuala Lumpur.



Setelah sekian lama ada Jakarta Car Free Day, baru Minggu kemarin merasakan jalan kaki menyusuri Jalan Sudirman sampai Thamrin, Jalan kaki sampai Semanggi, putar balik ke arah Sarinah, melewati Bunderan HI, total jalan kaki 4 km.







Jalanan selebar itu hanya untuk pejalan kaki. Berbagai kegiatan tumpah ruah, ada yang senam bareng, gerak jalan bareng sambil nyanyi, ada ondel-ondel, ada reog Ponorogo, ada kelompok yang menari, ada kampanye mendukung badak Indonesia. Beragam orang berjualan. Ada yang naik sepeda, jogging, jalan kaki, dorong stroller bayinya, ada yang main sepatu roda, skate board, ada yang ngajak anjingnya jalan-jalan. Semua tampak menikmati minggu yang cerah. Berolahraga murah meriah. Sepertinya layak dijadikan kegiatan rutin

Sempat selfie, sayangnya lupa senyum :D





Istirahat di Sarinah. rencana mau ditraktir adikku di Chili's. Tapi baru buka jam 11. Jadinya minum dulu di Dunkin Donuts.

Ohya, sebelumnya aku dibeliin sepatu olahraga sama adikku. Baik ya adikku, maklum, habis gajian dia :D


Akhirnya, jam 11 Chili's buka. Kata adikku makanan di sini enaaak dan porsinya banyak, walau harganya memang mahal. Tapi layak deh dengan enak dan banyaknya. Dia pesan rib yang enaaak banget. Aku boleh nyicip. Aku milih steak ayam siram keju mozarella dan mess potato aja. Maaf ya, ga difoto. Nggak enak motonya. Tapi aku sempat moto makananku sesaat sebelum habis. Soalnya adikku nggak hobi lihat sesuatu yang difoto-foto gitu. Jadi nggak enak sama dia :D

Novelku aja deh yang mejeng di sini sebagai bukti aku memang ke sini ^_^

Sisa-sisa kenangan ... kata adikku sih nggak lagi-lagi dia nraktir di sini :D

Sabtu, 12 Maret 2016

Radio Talkshow #AroundTheWorldWithLoveSeries RRI Pro1 FM



Jumat, 11 Maret 2016 aku dan 3 temanku sesama penulis seri terbaru GPU #AroundTheWorldWithLoveSeries berkesempatan tapping talkshow di RRI Pro1 Jakarta. Dalam acara Cakrawala Pustaka.

Janjian dengan penyiarnya Mas Yudhi Ismail jam 2 siang. Kami berlima kumpul dulu di Sarinah Thamrin untuk makan siang. Di salah satu restoran yang foto-foto makanan di daftar menunya agak bohong, nggak sesuai dengan aslinya. Iya, di foto kelihatan banyaaak dan enak banget. Eh, pas datang ukuran aslinya hanya separuh dari di foto. Tapi rata-rata makanan di resto cepat saji di Jakarta berdasarkan pengalamanku memang begitu. Terpaksa maklum.

Setelah ngobrol-ngobrol sebentar berbagi pengalaman tentang dunia penulisan, setengah dua kami siap-siap meluncur ke RRI yang nggak jauh dari situ. Di seberang Monas.

Ini gedung bersejarah lho. Bangunannya sudah tuaa banget. Jadi saksi banyak peristiwa. Diresmikan tahun 1977. Sudah lama banget kaan?

Tapi aku paling suka siaran di radio ini, karena paling mudah dijangkau dari rumahku ^_^.

Sudah 4 kali aku talkshow radio di RR1 Jakarta. Tapi baru kali ini siaran berempat sekaligus. Seruuuuu banget! Harus dengerin deh. Karena suasananya jadi lucuuuu banget.

Tahun lalu aku nggak promo radio, jadinya saat mulai lagi gugup juga. Entah deh aku kemarin ngoceh apa aja. Nanti didengerin ^_^

Radio talkshow ini akan disiarkan Sabtu, 12 Maret 2016. Acara akan berlangsung selama 3 jam, dari pukul 5 sore sampai 8 malam.

Selain itu,bakal ada 8 novel yang akan dibagikan kepada pemenang kuis kali ini.

Stay tune ya di PRO 1 RRI Jakarta 91.2 FM Jam 5-8 malam. ^_^




Welfie juga akhirnya, Ini arah matanya pada nggak sama :D




Selasa, 01 Maret 2016

Talkshow dan launching #AroundTheWorldWithLoveSeries


Welcome Maret!

Nggak berasa, sudah bulan ketiga tahun 2016. Waktu terus berjalan, bagai berlari. Lega, akhirnya aku berhasil mencapai tenggat waktu penyerahan naskah calon novelku berikutnya di akhir Februari.

Sehingga, kemarin, Senin 29 Februari 2016, aku bisa dengan tenang melaksanakan tugas mengisi acara talkshow bersama tiga penulis temanku dalam seri yang sama terbaru dari GPU #AroundTheWorldWithLove.

Suatu kehormatan diberi kesempatan oleh Gramedia Pustaka Utama untuk mendapat tempat istimewa di panggung utama Istora Bung Karno, berbagi cerita tentang novel terbaru kami yang terbit serentak tanggal 18 Februari 2016.

Acara dimulai pukul 14.30, dibawakan oleh Mbak Ika sebagai host yang memandu jalannya acara. Kemudian kami menjelaskan asal muasal terbitnya seri ini. Bagaimana kami punya misi mulia, memberi bacaan yang bukan hanya menghibur, tapi juga bermuatan kebaikan yang disampaikan secara halus, tidak menggurui. Aman dibaca oleh remaja dan anak muda. Semoga kisahnya bisa memberi motivasi, tentang pantang menyerah, kemanusiaan, toleransi dan menghargai orang lain.









Rabu, 23 Desember 2015

Giveaway #MerinduCahayadeAmstel

Ada yang mau novel gratis? Yuk, ikutan giveaway "Merindu Cahaya de Amstel".



 Boleh baca dulu review dari Mbak Atria Sartika yang saya copy paste dari link berikut : http://www.atriadanbuku.blogspot.co.id/2015/12/review-giveaway-merindu-cahaya-de-amstel.html

“Kalau kau sudah punya niat kuat ingin mewujudkan sesuatu, selalu ada jalan untuk mencapainya. It law of attraction namanya. Yakinlah dengan keinginanmu.” (Hal. 184)


Penulis: Arumi E
Editor: Donna Widjajanto
Tata letak isi: Fajarianto
Desain sampul: Shutterstock & Suprianto
Penerbit: Gramedia
Jumlah hal.: 271 halaman
ISBN: 978-602-03-2010-6

“Pekerjaanku adalah menangkap cahaya.”
Cahaya mentari sore menciptakan warna keemasan di permukaan Sungai Amstel. Mengingatkan Nicolaas Van Dijk, mahasiswa arsitektur yang juga fotografer, pada sosok gadis Belanda dengan nama tak biasa. Khadija Veenhoven. Gadis yang terekam kameranya dan menghasilkan sebuah foto “aneh”.

Rasa penasaran pada Khadija mengusik kenangan Nico akan ibu yang meninggalkannya sejak keci. Tak pernah terpikir olehnya untuk mencari sang ibu, sampai Khadija memperkenalkannya pada Mala, penari asal Yogya yang mendapat beasiswa di salah satu kampus seni di Amsterdam.
Ditemani Mala, Nico memulai pencariannya di tanah kelahiran sang ibu. Namun Pieter, dokter gigi yang terpikat pada Mala, tak membiarkan Nico dan Mala pergi tanpa dirinya. Dia menyusul dan menyelinap di antara keduanya.

Tatkala Nico memutuskan berdamai dengan masa lalu, seolah Tuhan belum mengizinkannya memeluk kebahagiaan. Dia didera kehilangan dan rasa kecewa itu dia lampiaskan pada Khadija yang telah mengajarinya menabur benih harapan.

Kembali Nico mencari jawaban. Hingga sinar yang memantul di permukaan Sungai Amstel menyadarkannya. Apa yang dicarinya ada di kota Amsterdam ini dan sejak awal sudah mengiriminya pertanda. Akankah kali ini Nico berhasil memeluk kebahagiaannya?

***

“Jangan menilai aku setinggi itu, Mala. Aku malu sama Allah. Allah tahu kesalahanku sebanyak apa. Tidak ada manusia suci. Manusia sering salah dan khilaf. Tapi, dari kesalahan kita belajar memperbaikin diri.” (Hal. 53)

Novel ini bercerita tentang kehidupan muslim di Eropa. Dalam novel ini ada 4 tokoh dengan porsi yang hampir sama banyak. Mereka adalah Khadija, Nico, Mala, dan Pieter. Namun Khadija dan Nico mendapat porsi yang sedikit lebih banyak.

Diceritakan bahwa Khadija Veenhoven adalah perempuan Belanda yang menjadi muallaf. Sejak memutuskan menjadi seorang muslimah, Khadija berusaha mengamalkan sebaik mungkin hal – hal yang sudah ia pelajari tentang Islam, termasuk dalam hal memakai hijab dan membatasi pergaulan dengan yang bukan mahram.

Di sisi lain, perkenalannya dengan Mala dan Nico membawa hal baru dalam hidupnya. Khadija merasa memiliki teman baik sejak berkenalan dengan Mala. Sedangkan dengan Nico, Khadija meras bingung harus bersikap seperti apa. Awalnya Khadija merasa terganggu dengan kehadiran pemuda itu di kehidupannya namun lama kelamaan ia mulai merasa nyaman dengan Nico.

Kemudian Khadija memperkenalkan Mala pada Nico yang kemudian jadi akrab. Nico bahkan ikut ke Indonesia saat Mala sedang ada kegiatan yang membuatnya harus kembali ke Indonesia selama beberapa waktu.

Di sisi lain, ada pula Pieter. Pieter ini sepupu Khadija yang mendadak tertarik dengan Islam. Selain itu, Pieter ternyata jatuh hati pada Mala setelah Khadija memperkenalkan mereka berdua. Sedangkan Mala malah tertarik pada Nico.

Bagaimanakah akhir dari kisah keempat orang ini?


“Aku tidak memaksamu menjalani hidup seperti aku, Mala. Karena yang akan menjalani hidupmu adalah kamu sendiri. Kamu yang paling tahu seperti apa cara hidup yang paling nyaman buatmu.” (Hal. 99)

***

“Soal dosa atau tidak dosa, cuma Allah yang berhak menilai.” (Hal. 100)

Novel ini sebenarnya bergenre novel religi, lebih tepatnya novel Islami. Kenapa? Karena di dalam novel ini banyak dibahas tentang Islam. Menariknya yang diketengahkan adalah cerita kehidupan Khadija sebagai muallaf.

Kehadiran Mala, mahasiswi Indonesia yang juga menggeluti seni tari menghadirkan warna tersendiri dalam hidup Khadija yang seorang muallaf. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim yang banyak. Meski bukan negara Islam, Indonesia identik dengan Islam. Namun Mala sendiri digambarkan masih sering lalai dalam menjalankan ibadahnya sebagai seorang muslim.

Selain itu, dihadirkannya sosok Nico yang terus berusaha memahami tentang agama. Ini karena ia tidak mengerti pilihan ibunya yang meninggalkan ia dan ayahnya karena alasan beda agama.

Selain itu, Arumi menghandirikan penggambaran yang tepat namun menyentil tentang beberapa hal yang berkembang di masyarakat. Seperti kisah di awal pertemuan Mala dan Khadija. Pikiran – pikiran Mala yang cenderung berburuk sangka pada Khadija memang banyak tejadi *dan saya pun sering mengalami hal serupa..hiks..* Entah kenapa ada sejumlah pandangan bahwa mereka yang “terlihat” memiliki penampilan yang lebih Islami (baju longgar, jilbab panjang dan lebar) punya “hobi” menceramahi orang lain. Ini membuat sejumlah orang merasa tidak nyaman. Mereka berpikir bahwa orang dengan penampilan seperti itu akan mudah men-judge orang lain kemudian sibuk menceramahi orang tersebut. Sayangnya, tidakkah mereka berpikir bahwa bisa jadi merekalah yang telah lebih dulu men-judge orang tersebut hanya karena penampilannya? Apa yang disampaikan oleh Arumi E dalam adegan perkenalan awal Mala dan Khadija ini cukup menyentil. Dan bisa jadi pemikiran yang menarik jika dicermati.

Selain itu di halaman 173, digambarkan ketertarikan Nico, laki-laki yang berasal dari Belanda, pada masyarakat Indonesia. Ia menyampaikan keheranannya pada sikap orang Indonesia yang seolah tidak merasa dendam pada orang Belanda padahal mereka tahu bahwa Indonesia punya sejarah buruk dengan Belanda. Orang Indonesia masih tetap ramah padanya.

Semua kondisi yang diketengahkan oleh Arumi E dalam novel ini adalah pelajaran yang menarik.

Salah satu bagian yang paling berkesan adegan di halaman 230. Saat diceritakan proses menjadi muallaf. Bagian dari proses ini menjadi “peringatan halus” bagi mereka yang menjadi muslim sejak kecil. 

Novel ini terasa sangat pas. Percakapannya menarik tanpa kesan menggurui namun memberi banyak pelajaran penting. Deskripsi tempatnya pun menarik. Porsiromance dalam novel ini pun pas, ada untuk memberi warna untuk cerita namun tidak terlalu banyak sehingga mengaburkan hal yang berusaha disampaikan oleh penulis melalui kehidupan tokoh – tokohnya.

Oiya, pilihan menggunakan POV 3 pun terasa lebih pas. Ini membuat semua sudut pandang jadi mendapat kesempatan untuk ditampilkan dan membuat pembaca memahami sikap dan karakter tokoh-tokohnya.

Yang terasa kurang adalah layout di dalam buku yang kaku. Terkesan monoton dan penuh. Sehingga bisa mengundang rasa bosan pembaca.

Namun kekurangan itu menjadi tidak begitu berarti karena cerita yang disuguhkan menarik dan cover bukunya manis. :)

“Semua butuh proses, Mala. Allah menilai proses yang kamu lalui. Yang penting kamu sudah berusaha menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.” (Hal. 100)

***

“Hidup memang sering kali terasa tidak adil. Manusia baru sadar hikmahnya setelah beberapa waktu kemudian.” (Hal. 198)

“Karena manusia memang diciptakan beragam. Tuhan bilang supaya kita saling mengenal. Manusia memang tidak akan bisa seragam, punya cara hidup dan keyakinan pilihan sendiri. Yang harus kita lakukan adalah saling menghargai pilihan masing – masing.” (Hal. 237)
***
“.... soal keyakinan adalah soal hati. Biarkan hatimu mencari sendiri apa yang paling nyaman untuk kamu jalani.” (Hal. 240)

Alhamdulillah ... "Merindu Cahaya de Amstel" menjadi salah satu dari 10 buku terlaris bulan November 2015 di toko buku onlie scoop.


Rabu, 28 Oktober 2015

Menghadiri Gala Premiere Ayah Menyayangi Tanpa Akhir MD Pictures

Tanggal 27 Oktober 2015 kemarin aku diundang hadir di gala premiere film "Ayah Menyayangi Tanpa Akhir" yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Mbak Kirana Kejora.




Film ini diproduksi MD Pictures yang juga meminang novelku "Tahajud Cinta di Kota New York" untuk diadaptasi menjadi film.

Selama ini aku mendapat undangan menonton premiere film Starvision. Ini yang pertama kali aku hadir di gala premiere film MD Pictures.

Ada beberapa perbedaan. Kali ini konferensi pers diadakan di dalam bioskop. Para pemain duduk di kursi berjajar di hadapannya ada meja. Waktu yang sangat mepet menyebabkan tanya jawab hanya singkat saja.



Menurut Pak Manoj, ini adalah film MD Pictures yang tidak diproduseri Pak Manoj sendiri, melainkan oleh Pak Hany R. Saputra sang sutradara.

Karena MD ingin mengembangkan usaha bukan hanya memproduksi film, tapi juga menjadi distributor.

Syuting film ini dilakukan saat bulan ramadhan kemarin, jadi lumayan deh tantangannya kata Fedi Nuril.



Nih, yang paling kiri Ihsan ^_^

Film ini berkisah tentang perjuangan seorang ayah bernama Arjuna yang harus merawat sendiri anak lelakinya bernama Mada sejak lahir, karena istrinya yang warganegara Jepang meninggal setelah melahirkan anak mereka. 

Cobaan buat Juna, masih ditambah dengan kenyataan Mada mengidap kanker otak. Juna ngotot ingin mengobati Mada lewat obat herbal tanpa operasi. Tapi Mada tak sanggup menahan sakit, akhirnya harus dioperasi.

Bagaimana kelanjutannya? Silakan saksikan sendiri ya. Filmnya mulai resmi tayang serentak besok 29 Oktober 2015. 

Selama film berjalan, aku hanya membayangkan, andaikan yang menjadi Juna adalah Reza Rahardian, hasil filmnya pasti beda. Mungkin bisa lebih bernyawa.

Ohiya, soundtrack film ini dinyanyikan Ihsan Tarore. Enak lagunya, suaranya mantap dan sosok Ihsan aslinya hm ... boleh juga.

Sempat foto bareng Mbak Kirana, seniorku dalam menulis. Semoga menyusul film yang diadaptasi dari novelku akan mengadakan gala premiere juga tahun depan. Aamiin.


Oh iya, ada satu kejutan di film ini saat disorot teh kepala djenggot dan Japanese Green tea latte minumanku sehari-hari. Waah, nggak sangka, ada juga yang minum teh hijau cap kepala djenggot. Semoga dengan rajin minum teh hijau jadi sehat, aamiin ^_^