Laman

Sabtu, 23 April 2016

Product Knowledge, memperkenalkan novel karya sendiri ke toko buku Gramedia

Sudah sejak dua minggu sebelumnya editor kami menyarankan kami untuk melakukan product knowledge. Apa itu? Yaitu mempresentasikan novel karya kami kepada staf toko buku Gramedia saat toko buku itu belum dibuka.

Karena itu kami harus sudah sampai Gedung Kompas Gramedia pukul 7.30 pagi.

Sesudah subuh siap-siap berangkat ke stasiun kereta. Harus sampai di Gedung Kompas Gramedia pukul 7:30 WIB. Pertama kali naik commuter line di jam sibuk. Ternyata memang penuh. Tapi masih penuh yang normal.

Eleanor narsis dulu dalam kereta menuju Stasiun Palmerah

Baru tahu, kereta dari Stasiun Rawabuaya yang jadwal pukul 6:30 langsung menuju Manggarai. Aku nggak perlu turun di Duri, cukup menunggu sebentar, kereta lanjut menuju Stasiun Tanah Abang. Jelas lebih cepat daripada naik bus. Pukul 7:05 sudah sampai Stasiun Palmerah. Tinggal jalan sedikit, sampailah di Gedung Kompas Gramedia.

Sarapan bubur ayam, lalu berangkat ke Gramedia Central Park sebelum dibuka untuk pengunjung.

Ada briefing di setiap toko buku Gramedia sebelum dibuka. Pada saat itulah dua minggu sekali ada kesempatan bagi penulis memperkenalkan karyanya.

Agar staf toko buku tersebut mengenal novel kami, kemudian membantu tampilannya di rak. Untuk novel seri #AroundTheWorldWithLove diminta dipajang berjajar sebagai satu seri. Pengunjung buku pun diharapkan akan teralihkan perhatiannya ke seri ini.

Aturan cara menata seri Around the world with love



Kemudian ada sesi tanya jawab. Bagi yang bertanya, mendapat hadiah buku-buku kami. Senang sekali bisa berkenalan langsung dengan staf dan pimpinan Gramedia Central Park.

Lalu kami belanja beberapa barang mumpung mendapat diskon menyenangkan.








Setelah itu makan siang bareng sambil mendiskusikan rencana-rencana kami selanjutnya. Senangnya bertukar pikiran demi kemajuan kami selanjutnya.

Makan siangku pancake plus es krim coklat dengan taburan kacang almond dan kacang mede. Enaak. 😊

#AroundTheWorldWithLoveSeries




Minggu, 17 April 2016

Commuter Line, transportasi umum massal di Jakarta yang makin nyaman

Dulu, aku tidak berani mencoba naik commuter line. Walau rumahku tak terlalu jauh dari Stasiun Rawa Buaya. Hanya sekitar 1 km. Buatku, jalan kaki sejauh itu biasa. Stasiun ini dekat sekali dengan perumahan Semanan Indah. Di belakang deretan pertokoan dan bank. Tempat yang seringkali kusambangi.

Bermula di awal tahun ini saat pulang dari Jogja naik kereta ekonomi turun di Stasiun Senen. Lalu aku pun mencoba melanjutkan perjalanan dengan naik commuter line. Ternyata cepat dan praktis. Akhirnya aku malah ketagihan naik commuter line. Karena beberapa kali memang terbukti hemat waktu dan biaya.

Perjalanan di awali di Stasiun Rawabuaya


Selalu ada novel karya sendiri yang dibawa buat narsis ^_^

Selasa lalu, aku pun mencoba tur ke beberapa stasiun commuter line. Berawal dari Stasiun Rawabuaya, transit Stasiun Duri, transit Stasiun Tanah Abang, lanjut Stasiun Palmerah. Santai sesaat di stasiun ini. Duduk-duduk, baca novel sendiri.

Setelah mengamati keadaan stasiun dua lantai ini, aku kembali ke Stasiun Tanah Abang. Stasiun ini cukup besar dan luas. Menjadi stasiun transit yang penting. Dari berbagai tempat turun di sini untuk berganti kereta melanjutkan ke tujuan berikutnya. Namun fisik stasiun sudah lama. Tidak sekinclong Stasiun Palmerah. Banyak sekali orang yang transit di sini.

Tujuan selanjutnya aku ingin melihat stasiun transit Manggarai. Stasiun ini pun merupakan stasiun transit dengan bangunan fisik yang sudah lama. Luas dan penuh orang. Ada banyak jalur. Jika masih kurang paham membaca petunjuk, bisa bertanya pada petugas yang banyak berjaga.

Kemudian aku melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kota. Setelah menunggu agak lama, datang juga kereta dari Bekasi tujuan Kota. Ternyata banyak sekali penumpangnya. Aku harus berdiri tapi tidak berdesak-desakan. Keadaan dalam kereta masih normal.

Melewati Stasiun Cikini dan Gondangdia membuatku teringat lagu keroncong Kemayoran.

Lalalala lalalalaaaa...
Laju laju perahu laju.
Jiwa manis indung disayang...

Cikini, si Gondangdia ...

ah, lupa bagaimana tepatnya liriknya :D


Stasiun Palmerah


Stasiun Palmerah ini bagus, masih baru dan fasilitas lengkap

Disediakan ruang untuk menyusui bayi lho 

Bersiiiiiiih

Nyaman karena nggak banyak orang




Namun setelah Stasiun Cikini, cukup banyak yang turun. Akhirnya aku dapat duduk. Makin nyaman menikmati kereta.

Tak lama sampai di Stasiun Kota. Stasiun peninggalan zaman Belanda ini masih kokoh. Interior antiknya masih dipertahankan. Makin banyak orang yang ada di sini. Stasiun ini juga dilengkapi dengan toko-toko, restoran dan bank. Aku tidak keluar dari stasiun ini. Setelah melihat-lihat dan memotret beberapa sudut, aku kembali naik kereta menuju stasiun transit Manggarai.

Menyenangkan sekali tur hari itu. Melihat sekeliling, merekam peristiwa, mengamati. Wawasan bertambah. Stasiun Palmerah mengesankan. Baru, bersih dan bagus. Masih banyak stasiun yang perlu dibenahi. Salah satunya Stadiun Duri. Ini stasiun penting karena menjadi stasiun transit. Sayangnya bangunannya kecil. Hanya sedikit yang diberi atap. Jika hujan pasti terkena tampias air hujan. Padahal banyak orang menunggu kereta di sini. Aku menduga saat malam sekeliling stasiun menjadi pasar. Karena banyak sampah sisa-sisa sayuran.

Sementara Stasiun Kota masih menampakkan keantikannya. Muter-muter sampai puas naik kereta cuma kena biaya 2000.

Stasiun Kota. Ramai bangeeet

Love in Adelaide mejeng dengan latar belakang interior Stasiun Kota era kolonial.
Jamnya antik ^_^

Kapan-kapan aku ingin mencoba ke Bogor naik commuter line. Mencoba kuliner sana, lalu kembali pulang. Sepertinya bakal menjadi perjalanan yang asyik murah meriah 😊

Karena nggak penuh, lantainya dipel lho, jadi kinclong dan wangi ^_^
Ini kereta dari Stasiun Kota menuju Manggarai




Kereta berhenti di Stasiun Gambir, tapi pintu tidak dibuka. Menunggu kereta lain lewat.
Monas terlihat dari sini, diabadikan deh :)

Hari biasa jam 12 siang kereta tidak penuh. Dan aman karena ada penjaga di setiap gerbong

Kereta khusus wanita

Mencoba beberapa kali naik commuter line di jam tidak sibuk, memang terasa nyaman. Kebetulan pula tiap aku naik kereta ini perjalanan selalu lancar.

Cerita dari adikku  yang setiap hari naik CL, ada kalanya perjalanan kereta terkendala berbagai sebab. Jika sudah begitu, perjalanan pun terhambat. Apalagi kalau terhenti di Stasiun Duri. Stasiun ini jauh dari jalan besar. Jika terjebak di sini, agak sulit mencari transportasi alternatif lain.

Kisah dari temanku yang rutin pulang pergi kerja naik CL, itu artinya temanku ini naik di jam sibuk dan di jalur-jalur padat, perlu perjuangan ekstra keras hanya untuk berdiri tegap. Kereta penuuuh sekali. Dan perjuangan di kereta khusus wanita justru lebih berat dibanding gerbong umum.

Namun perbaikan ke arah lebih baik memang butuh waktu dan akan berjalan bertahap. Setidaknya sekarang ini sudah jauh lebih nyaman. Ada petugas keamanan di tiap gerbong, rutin dibersihkan, tak ada lagi penumpang yang naik di atap atau bergelantungan di pintu.

Semoga ke depannya nanti, pelayanan commuter line bisa lebih baik lagi. Aku menunggu rute commuter line menuju bandara. Waaah, bakal makin mudah buatku kalau perlu ke Bandara Soekarno Hatta ^_^

‪#‎LoveinAdelaide‬ ‪#‎book‬ ‪#‎books‬ ‪#‎bookstagram‬ ‪#‎bookworm‬ ‪#‎commuterline‬ ‪#‎train‬ ‪#‎railway‬ ‪#‎railwaystation‬


Jumat, 01 April 2016

Blogtour #AroundTheWorldWithLoveSeries April 2016



Welcome April! Ada banyak kabar baik menyambut awal bulan ini. Sesi kedua #AroundTheWorldWithLoveSeries yang dipercepat jadwal terbitnya bikin kami bahagia banget.

Buat teman-teman yang sudah menunggu, sebentar lagi ya, antara akhir April sampai awal Mei.

Buat yang belum punya sesi pertama #AroundTheWorldWithLoveSeries yuk ikut blogtour-nya full sebulan ini, dipandu 2 blogger sekaligus, Mbak Rizky Mirgawati dan Stefanie Sugia Ada 8 buku yang dibagikan. Mantap kan? Catat jadwalnya yaaa ^_^

#LoveinAdelaide #LoveinEdinburgh #LoveinMarrakech #LoveinParis Indah Hanaco Irene Dyah Nadia Silvarani Lubis